Sudah dua Minggu kinara tidak sadarkan diri, sudah dua minggu juga ivano merasakan kesepian yang sangat amat sepi. Rasanya separuh nyawanya terbawa kinara, tidak ada suara kinara yang sangat indah dan merdu. Tidak ada nada sinis kinara, tidak ada elusan lembut dari kinara.
Bahkan tubuh ivano sangat kurus, rambut mulai panjang, kumis tipis mulai bertumbuh. Baju yang kusut. Seperti bukan ivano ariggo. Pria yang sangat rapi.
Selama dua Minggu juga ivano tidak pulang ke rumah, ia terus menjaga istrinya. Berharap kinara sadar dan memanggil namanya, dengan sebutan yang sering wanita itu panggil. Jika bisa ditukar, ivano mau menggantikan kinara yang lemah seperti ini. Tapi, nyatanya tidak bisa.
Adi menatap lurus depan, pria itu juga sama hancurnya. Ia tidak sanggup kehilangan kinara sepenuhnya, Sudah cukup ia kehilangan kinara bersama pria lain. "Kinara cinta sama lo, harusnya lo berubah jadi lebih baik untuk dia." Ucap adi lirih, menahan sesak di dadanya.
Ivano melirik Adi yang ada disampingnya, selama dua Minggu ini hubungan mereka membaik. Tidak ada lagi pertengkaran, mereka kompak menjaga kinara. "Dulu kinara cinta sama lo----"
"Itu dulu, sekarang hati kinara sepenuhnya milik lo. Kinara cinta sama lo." Potong adi.
"Tahu darimana?." Tanya ivano, walaupun ia sudah tahu dari kinara sendiri.
Adi menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi tunggu. Memejamkan matanya, mengingat kejadian dimana ia bertemu kinara di acara ulang tahun temannya. "Lo pasti enggak sadar kalau gue lihat lo dan kinara ke acara ulang tahun bulan lalu, gue ngikutin kalian berharap lo bisa lengah. Gue pengen ajak kinara pergi jauh dari lo, dan gue sama dia bisa bersama. nyatanya kinara menolak itu semua dia mengatakan kalau dia mencintai lo, dan dia tidak mau kembali sama gue."
Adi mengusap air matanya. "Dia bilang dia sudah cinta sama lo, dan dia tidak akan meninggalkan lo. Dia juga tidak mau kehilangan belva, dulu emang kinara cinta sama gue dia berusaha lepas dari lo. Tapi itu dulu, sekarang beda lagi." Lanjutnya dengan suara bergetar.
Ivano menahan air matanya ia mencengkram kursi erat. "K-kin----"
"Gue titip kinara, ya, van. Sekarang gue lepasin kinara sepenuhnya buat lo. Gue janji gue enggak bakal ganggu hubungan kalian berdua lagi, dengan syarat Lo jangan jahat dan sakiti hati dia. Kinara itu lembut, hatinya mudah tersentuh, dia itu keras kepala, tapi dia juga lembut." Potong adi serius.
Ivano mengangguk pelan. "Pasti, gue janji sama diri gue sendiri, kalau gue akan berubah jadi suami sekaligus papa yang baik buat anak-anak gue nanti."
Adi berdiri dari duduknya berjalan menuju jendela kamar rawat kinara. "Gue boleh ketemu kinara untuk terakhir kalinya, enggak?." Izin adi.
Ivano mendongak menatap adi. "Enggak----"
"Untuk terakhir kalinya, gue cuma mau berpamitan sama dia. Setelah itu gue pergi jauh dari kalian." Potong adi.
Vano yang memang ada di situ menepuk pundak ivano. "Untuk terakhir kalinya, setelah itu adi enggak akan ketemu kinara lagi."
Ivano mengangguk pelan. "Jangan macam-macam sama istri gue."
Adi mengangguk ia langsung masuk kedalam, kakinya sulit digerakkan, melihat kabel-kabel yang menempel di tubuh kinara. Untuk bisa membantu kinara bernapas. "Hallo kinara, ini aku adi." Sapa adi.
Belum apa-apa adi sudah menangis tersedu-sedu di samping kinara, melihat wajah pucat kinara yang tidak pernah ia lihat sbelumnya. "Sayang, rasanya sakit lihat kamu seperti ini. Sakit banget, kin. Bahkan rasa sakit ini melebihi kamu ninggalin aku untuk nikah dengan pria lain."
Adi menganggam tangan kinara yang tidak diinfus. "Sayang, kalau waktu busa diulang lagi. Aku mau kita nikah setelah lulus SMA, nyatanya takdir berkata lain. Kamu sudah menjadi istri orang lain, yang kamu benci sekarang kamu cintai." Adi mencium lama punggung tangan kinara. "Aku pamit pergi, ya. Aku enggak mau ganggu rumah tangga kalian lagi, kamu sudah mencintai ivano, berarti tugas aku selesai."
Adi mengusap rambut kinara lembut. "Teruslah bertahan demi orang-orang yang kamu cintai, demi belva. Anak kecil yang sangat cantik persis seperti kamu. Cinta aku sama kamu enggak berubah ko, masih sama seperti dulu. I love you kinara leonara." Bisik adi. Mencium lama pipi kinara. Setelah itu adi langsung berlari keluar, air matanya mengalir deras.
Tanpa disadari adi kinara meneteskan air matanya, jarinya bergetar.
***
Ivano masuk kedalam ruang rawat kinara, sambil mengendong belva yang mengigit mainan ditangannya. "Pagi sayang, liat belva sudah cantik harum juga." Sapa ivano, menunjukkan kinara. Walaupun kinara tidak akan melihatnya, bahkan mendengarnya saja mustahil.
Belva merosot duduk di ranjang kinara, menatap kinara yang terus memejamkan matanya. "Mama, mama." Panggil belva.
Ivano duduk di kursi, menatap belva dan kinara bergantian. "Bangunin mama kamu cepat, suruh dia jaga kamu, bilang sama mama kalau papa rindu." Ucap ivano.
"Mama, ba-nggun." Ucap belva, menepuk-nepuk tangan kinara pelan.
Ivano mencium punggung tangan kinara. "Sayang, kamu enggak capek tidur terus?. Aku aja capek liat kamu tidur lama seperti ini. Ayo bangun, aku janji enggak akan kasar lagi sama kamu. Kita perbaiki semuanya, ya. Kamu boleh hukum aku, pukul aku, tendang aku, tampar aku semua kamu. Asalkan kamu bangun."
"Mama." Beo belva.
Cklek.
Kedua orangtua kinara masuk menatap anaknya yang masih belum sadarkan diri. Rasanya mereka hancur melihat anak mereka yang sangat mereka sayangi, terbaring lemah di kasur. Dibantu alat-alat rumah sakit yang tidak mereka tahu.
"Saya mau urus surat penceraian kamu sama anak saya." Ucap arul, dingin menatap ivano.
Ivano yang mendengar itu menggeleng cepat. Wajahnya seketika berubah panik. "Enggak, saya tidak mau cerai sama kinara. Daya cinta sama kin----"
"Kalau kamu cinta sama anak saya kenapa kamu sakiti dia?, kenapa kamu enggak jaga dia sebaik mungkin. Kalau anda lupa anda memaksa anak saya menikah dengan anda, dan berusaha memisahkan kinara dari orangtuanya." Potong arul, mencengkeram kerah baju ivano.
Ivano terus menatap wajah mertuanya yang marah, dan penuh kebencian. "Saya akui saya salah, tapi. Sekarang saya sudah berubah, saya akan belajar dari suami dan papah yang baik. Tolong jangan pisahkan saya dari kinara. Saya mohon."
Arul mendorong pelan tubuh ivano. Terkekeh hambar. "Sejak kapan seorang ivano ariggo memohon pada orang yang tidak memiliki harta seperti orang tuanya kinara?."
Ivano tidak menjawab ia langsung berlutut di kaki arul, ini pertama kalinya ia merendahkan harga dirinya demi bersama kinara. "Kalau mau pukul saya silahkan, tapi tolong jangan pisahkan saya sama kinara. Hidup saya hanya untuk kinara, saya tidak bisa tanpa kinara. Saya mohon."
Gia Berjongkok memegang pundak ivano yang begetar, gia tahu menantunya ini sedang menangis tanpa suara. "Berdirilah, kami tidak suka kamu seperti ini. Mau bagaimanpun kamu masih menantu kami, kalau kinara lihat suaminya seperti ini, dia pasti akan marah sama ibu dan bapaknya. Kami juga bukan tuhan yang harus kamu sembah." Gia membantu ivano berdiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband devil
Teen Fictionbanyak perempuan yang mengatakan berdekatan dengan suami kenyamanan yang sempurna, tapi tidak dengan kinara yang setiap harinya harus dekat dengan suaminya yang menurutnya tidak ada rasa nyaman sedikitpun malahan sebaliknya. pokonya baca aja aku bin...