Kinara mengalami koma, sedangkan ivano hanya luka-luka di bagian kening, dan kaki. Ivano sudah sadar ia berusaha mengingat kejadian yang menimpanya dan istrinya.
Tubuhnya lemas mengingat semua kejadiannya dari awal, menoleh mendengar suara tangisan mamanya. Tepat disamping ranjang rumah sakit. "Mama, p-papa." Lirih ivano, menahan sakit di tubuhnya.
"Ivano, anakku." Febri memeluk tubuh ivano, tangisnya semakin kencang. "Kamu kenapa bisa kecelakaan, nak. Mama khawatir banget sama kamu, hiks. Kenapa kamu hobi banget bikin mama khawatir." Teriak febri.
"Ma, udah ivano lagi sakit." Tegur rico, mengelus punggung istrinya.
Ivano memejamkan matanya sebentar. "Ma, pa, kinara mana?. Dia baik-baik aja, kan?." Tanya ivano khawatir.
Rico menatap prihatin anaknya. "K-kinara koma." Jawab rico.
DEG
Bagaikan ke samber petir disiang bolong, mendengar kabar yang membuat tubuhnya lemas. Dan seakan berhenti berfungsi. "K-kinara k-koma." Cicit ivano.
"Iya, benturan di kepala kinara cukup keras." Jelas rico.
Deg
Ivano menggeleng cepat, air matanya mengalir deras. "Enggak, kinara enggak mung-----"
BRAK.
Pintu dibuka paksa, mereka menoleh menatap vano yang panik. Diikuti eli yang menangis tersedu-sedu di depan pintu, sambil mengendong belva.
"Vano ka-----"
"Ma, pa, k-kinara m-meninggial." Lirih vano.
Deg
"JAGA UCAPAN LO VANO, ISTRI GUE ENGGAK MUNGKIN MENINGGAL. LO KALAU MAU BERCANDA SAMA GUE LIHAT-LIHAT SITUASI." Bentak ivano marah besar.
Vano menggeleng lemah. "Gue enggak bohong, van. Kinara meninggal, kalau lo enggak percaya silahkan liat sendiri."
Febri memeluk rico menangis dipelukan suaminya, ia tidak menyangka kinara akan meninggalkan mereka secepat ini. Kinara perempuan baik-baik dan penurut. Rasanya seperti mimpi buruk.
Tanpa sepatah katapun ivano melepaskan ingusan di tangannya, berjalan sempoyongan keluar ruangan. Air matanya mengalir deras, darah dari suntikan menetes ke lantai.
"Ivano, kamu belum stabil." Teriak vano yang tidak dihiraukan ivano. Yang berjalan membuka setiap pintu ruangan mencari keberadaan istrinya.
Ivano terjatuh lemas dilantai, namun. Dengan cepat ia berdiri melawan sakit ditubuhnya dan hatinya. Ivano menghampiri dokter yang sedang berbicara di depan pintu IGD. "Dokter, istri saya baik-baik aja kan?." Tanya ivano.
Dokter menoleh menatap ivano, ia tahu ivano suami kinara. "M-maaf pasien telah meninggal duni-------"
"JAGA UCAPAN DOKTER, SAYA TIDAK SEGAN-SEGAN BUNUH DOKTER. TELAH LANCANG MEMBERIKAN KABAR YANG BOHONG." Bentak ivano.
Suster menatap ivano prihatin. "Yang dikatakan dokter benar, atas nama kinara leonara telah menghembuskan napasnya di jam 19.00 WIB."
Ivano terduduk lemas dilantai, memukul-mukul dadanya yang terasa sakit. Bukan lagi sakit fisik, melainkan sakit hati. Rasanya sesak napas. "Kinara enggak mungkin ninggalin saya, dia bilang dia cinta sama saya." Lirih ivano.
Bruk.
Ivano jatuh pingsan, buru-buru dokter membawa ivano ke ruang rawat. Memeriksa keadaan ivano yang memang dari awal belum stabil. Dan memerlukan istirahat yang cukup.
***
Hanya sepuluh menit ivano pingsan, pria itu kembali melepas infusnya. Berjalan menuju ruang IGD, menatap kinara yang sudah tidak berdaya. Menatap dokter yang sedang melepaskan infusan yang menempel di tubuh kinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband devil
Teen Fictionbanyak perempuan yang mengatakan berdekatan dengan suami kenyamanan yang sempurna, tapi tidak dengan kinara yang setiap harinya harus dekat dengan suaminya yang menurutnya tidak ada rasa nyaman sedikitpun malahan sebaliknya. pokonya baca aja aku bin...