Episode 09

158 126 15
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

Setelah dari kantin, Nara dan Dhara pergi menuju kelas mereka.

"Lo tau gak, Nar?" tanya Dhara.

"Gak," jawab Nara cepat. Dhara menatap kesal sahabatnya yang benar-benar menyebalkan.

"Gue kan belum selesai ngomong."

Nara behenti, lantas dia berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya yang lepas.

"Emangnya, lo mau ngomong apa?" Setelah cukup rapi, dia berdiri kembali dan melanjutkan jalannya.

"Lo tau gak? Tadi pas di lapangan, Pak Savin marah besar!" ujarnya dengan raut muka serius.

"Kok bisa?" Nara memutar tubuhnya menghadap Dhara dengan sebelah alis terangkat.

"Semua itu karena pujaan hati lo sama terman-temannya, padahal mereka semua tuh belum penilaian, eh malah pada pergi ke kantin, alhasil pak Savin emosi dong, dan sekarang mereka lagi di hukum." Setelah menjelaskan panjang lebar, cewek itu langsung menghirup udara dengan rakus.

"Gue gak punya pujaan hati ya!" Melirik Dhara, sinis.

"Terus siapa tuh yang dulu nangis kejer pas dengar dia suka sama cewek lain?" cibir Dhara.

Nara menghela napas kasar, kenapa juga si Dhara ini masih ingat kejadian itu, sekarang dia jadi gak bisa mengelak.

"Waktu itu gue khilaf, jadi gak usah diingat lagi!"

Dhara memutar matanya malas, dia sudah bosan dengar alasan klise itu.

"Halah, mungkin kalau dengar kabar gitu lagi, nanti lo juga bakal nangis bombay lagi," cecar Dhara sinis.

"Yang pentingkan, gue gak pernah suka sama suami orang!" balas Nara, menekan kalimat
terakhirnya.

"Kok lo ngungkit itu lagi sih!" Dhara melotot dan menghentakkan kakinya kesal. "Saat itu, gue gak tau kalau dia udah punya istri, jadi jangan salahkan gue!"

"Tapi gue gak nyesel sih suka sama tuh orang. Udah ganteng, badannya macho lagi, idaman gue banget," lanjutnya membayangkan cowok itu dengan mata melirik ke atas langit-langit.

"Tobat Dhar! Masak lo mau jadi pelakor sih." Nara menabok pundak Dhara untuk menyadarkannya.

"Yakali gue jadi pelakor, mubazir dong muka cantik gue."

"Cih, pede banget lo," ejek Nara menggelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir dengan sahabat satu-satunya ini.

Di tengah candaan mereka, Dhara menghentikan langkahnya tepat di depan kamar mandi.

"Lo duluan aja, gue mau ke toilet bentar."

"Mau ngapain?"

"Biasa, panggilan alam," jawab Dhara cengengesan, lalu segera pergi menuju toilet.

"Kalau gitu, gue duluan ya."

"Oke, hati-hati. Kalau dikasih permen sama om-om jangan mau!" teriak Dhara, kemudian cewek dia tertawa.

"Gue bukan anak kecil, burung Dhara!" tekannya.

Nara menggelengkan kepalanya memandang ke arah perginya Dhara, kemudian dia tersenyum tipis dan berjalan kembali.

ʕ •ᴥ•ʔ

Saat Nara menaiki tangga untuk menuju kelasnya yang berada di lantai atas, dia bertemu dengan segerombol siswa, mereka adalah teman sekelas Nara, lebih tepatnya Oji beserta gengnya.

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang