Episode 31

62 27 18
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

Saat ini adalah waktu yang paling dinantikan oleh seluruh rakyat kelas dua belas. Guru yang seharusnya mengajar Matematika tidak masuk, padahal biasanya meski banjir menghadang, hujan badai angin ribut, beliau akan tetap hadir dengan kuda putihnya yang kurus kering lengkap dengan jubah perang.

Jam kosong itu benar-benar definisi kemerdekaan bagi kelas dua belas. Mereka semua melakukan ritual masing-masing, mulai dari main game, bertukar informasi yang menjanjikan, dan ritual-ritual lain seperti silaturahmi ke kantin.

Seperti murid-murid lain, Nara dan teman-temannya juga merayakan kemerdekaan itu dengan cara mereka. Tiga sekawan itu berkumpul di bangku Sela. Tiga sekawan? Iya, karena Mona tidak terlihat wujudnya, entah lah cewek itu pergi entah kemana mereka tidak tau, mungkin saja dia salah masuk portal.

Sekarang posisinya, Sela duduk di tempatnya dan Dhara duduk di samping sedangkan Nara berdiri bersandar di meja lain. Sesekali mereka tertawa bersama karena pembahasan random yang terus meluncur tanpa jeda, dari pembahasan kucing sekop tiba-tiba membahas ayam selingkuh sama megalodon.

Keseruan mereka mendadak berhenti saat tangan kiri Nara tidak sengaja tercoret balpoin seseorang, spontan tangan kanan Nara hendak menghapus coretan itu, tapi refleknya kalah cepat, karena tangan lain sudah meraih lebih dulu. Pelan-pelan kepalanya mendongak, melihat siapa pelaku itu. Matanya terbuka sempurna saat mengetahui siapa sosok itu.

"Razka!"

Cowok itu  langsung menarik tangan Nara dan menggosok-gosok punggung tangan gadis itu, dia berusaha menghapus coretan tersebut.

"Sorry, gue gak sengaja." Dengan masih berusaha menghapus noda di tangan Nara. Tanpa sadar, tubuh tiga sekawan itu membeku bersamaan.

Rasa cemburu menggerogoti salah satu dari mereka. Bibir tersenyum itu menutupi tangan yang mengepal erat.

"Cieee, cieee."

Sorakan menggoda menggema dari seluruh penjuru kelas. Tanpa bisa dicegah, kedua pipi Nara bersemu. Sedangkan Razka yang sadar akan tindakannya langsung mematung.

"Razka!"

Seorang cewek muncul menghentikan adegan romantis itu. Dia datang dan langsung melepaskan kedua tangan tersebut.

"Halo Razka." Dia tersenyum manis, berdiri menutupi pandangan Razka dari Nara, melambaikan tangannya.

"Aku baru masuk hari ini karena aku habis sakit demam berdarah," jelasnya. Padahal tidak ada yang menanyakannya, benar-benar sangat mandiri.

"Begitukah?" Bukan Razka yang menjawab, tetapi Mona yang berdiri di pintu kelas.

Nara tersenyum cerah mengabaikan sinetron di depannya. "Udah, Mon?" sambut Nara.

Mona menggeleng, membuat wajah secerah matahari itu langsung mendung disertai petir.

Kekehan geli keluar dari bibir Mona. "TARA!" Dia mengeluarkan satu kantung kresek dari punggungnya. Sontak, senyum merekah tampak di wajah teman-temannya.

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang