Selama perjalanan menuju gedung tempat manusia menimba ilmu, Reizo menggerutu dalam hati menahan rasa kesalnya. Setibanya di parkiran dia langsung menghampiri teman-temannya mencari keberadaan Davin.
"Mana, Davin?" tanyanya. Ekspresi bingung terpancar dari wajah teman-temannya.
Reizo mendesis kesal. Semalam saat pulang, dia sudah tidak menemukan keberadaan Davin di apartemennya.
"Dia belum dateng," jawab Razka.
Reizo berdecak, dia membuka kancing atasnya untuk meredakan emosinya yang semakin bertambah karena melihat Razka, dia teringat kejadian di pasar malam.
"Biasanya lo berdua berangkat bareng, kalian ada masalah?" Ferdian bertanya.
"Enggak," balas Reizo singkat.
Suasana berubah sedikit canggung. Kalvin dan Oji saling berbisik, penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Noh, itu Davin!" seru Bagas sambil menunjuk ke arah lapangan, semua teman-temannya langsung menoleh. Ferdian melambaikan tangannya memberi kode.
Sorot tajam menyambut kedatangan Davin. Lantas, Oji mencoba mencairkan suasana.
"Jangan bilang, semalem lo ngedit foto sampai subuh cuma buat nyari vibes doang, gue jadi gak bisa bedain lo sama panda gembrot, hitam banget tuh kantung mata, Bang." Razka tertawa hingga tersedak air liurnya mendengar komentar Oji yang tidak mengenal filter.
Davin menarik napas dalam-dalam, menahan diri untuk tidak menggeplak Oji dengan tangan sucinya. "Spion di sini banyak, lo mau ngaca sendiri atau gue getokin kaca ke muka lo?" tanya Davin dengan tersenyum manis yang tampak mengerikan.
Oji menelan ludahnya melihat keseriusan di mata Davin, lalu dia menyengir lebar. "Gak usah repot-repot, Bang, terima kasih."
Davin memutar matanya hingga pandangannya tidak sengaja bertatapan dengan mata sahabatnya yang menatapnya menuntut, meminta penjelasan. Dengan sigap dia segera menghindari mata itu.
"Davin!" panggil Reizo.
Davin meneguk ludahnya susah payah, dia merasa saat ini nyawanya sedang terancam. Perlahan tapi pasti, kepalanya dia toleh ke arah Reizo.
"Ikut gue!" Davin merasakan jantungnya berdetak kencang mendengar suara Reizo yang terdengar sangat marah. Dengan langkah gontai dia mengikuti Reizo yang berjalan ke arah rooftop.
"Kali ini oleh-oleh dari iblis itu apa?" tanya Reizo dengan nada menyindir.
Meski sedikit takut, Davin berusaha tidak menampilkan gelagat apapun. "Rahasia, gue gak mau nanti lo pengen," ujarnya sok asik.
Reizo berdecak, dia menatap Davin dengan sengit.
"JAWAB!" tuntutnya tegas.
Davin tersentak, dia sedikit terkejut mendengar bentakan Reizo tanpa aba-aba. Dia kembali menelan ludah melihat tatapan yang sangat tajam seolah-olah dapat menguliti dirinya.
"Gak ada," jawab Davin pelan.
Reizo mengangkat sebelah alisnya menantang Davin. "Lo beneran gak mau jawab?"
Davin tetap kekeh dengan pendiriannya, dia menggelengkan kepalanya mantap dan menutup bibirnya rapat-rapat.
Reizo mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Dia menatap lamat-lamat cowok di depannya yang sedang menunduk.
"Berarti lo lebih milih hukuman dari gue," putusnya.
Matanya melotot panik. "Gak bisa gitu dong, Zo!"
![](https://img.wattpad.com/cover/364233225-288-k257755.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya
Random⚠️WARNING⚠️ Pasal 380 ayat (1) angka 1 dan ayat (1) angka 2 KUHP mengatur tentang sanksi pidana bagi pelaku plagiarisme: •Menaruh nama atau tanda palsu di atas atau di dalam karya sastra, karya ilmiah, kesenian, dan kerajinan •Memalsu nama atau tand...