Episode 27 (Flash Back)

118 70 14
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○


Hari ini adalah hari penyelenggaraan MOS di SMP Jayanegara untuk para calon siswa tahun ajaran baru. Tentunya kegiatan ini sangat diwajibkan bagi semua peserta yang telah mendaftarkan diri.

Seperti anak-anak lain yang akan memasuki sekolah baru. Di dalam sebuah kamar terdapat seorang gadis yang terlihat sangat antusias dengan kegiatannya, gadis berusia sekitar tiga belas tahun itu senang sebab besok adalah hari pertamanya masuk sekolah, bahkan sudah berulang kali dia menempelkan seragam putih biru itu ketubuhnya lalu berdiri di depan cermin dengan tersenyum lebar. Rasanya dia benar-benar sudah tidak sabar menyambut hari esok.

Karena terlalu antusias, akibatnya malam ini dia tidak bisa tidur, bahkan sudah beberapa kali dia membolak-balikkan tubuhnya mencari posisi ternyaman dan mencoba memejamkan mata, tapi malah matanya saja yang tertutup sedangkan otak dan batinnya masih terjaga. Untung saja pagi harinya sang Bunda sudah siap siaga membangunkan dirinya, meski mata hitamnya tidak bisa membohongi keadaan dirinya yang sebenarnya.

Gadis itu sudah siap mengenakan seragam barunya yang sedikit kebesaran, dia memperhatikan penampilannya di cermin. Rambut terkuncir kuda dengan sedikit poni dan bedak tipis menandakan dia siap memulai perjalanan barunya hari ini. Setelah itu dia mengambil tas dan memakai sepatu barunya kemudian keluar dari kamar untuk sarapan.

Sosok gadis bertubuh kecil yang sedang menikmati sarapan paginya dengan damai adalah Alisha Naraya Adhirajasa yang sering disapa Nara. Hari ini merupakan hari di mana dia akan merubah statusnya yang semula siswi sekolah dasar, menjadi siswi sekolah menengah pertama.

"Kemana tas pink lo, Dek? Kenapa berubah jadi hitam?"

Nara merengut meletakkan sendoknya menoleh ke Harsya. "Aku kan sudah besar, jadi gak pakai warna pink lagi."

"Lo baru SMP berarti masih bocil, kayak gue dong SMA," sombong Harsya.

"Gak usah sombong, baru juga mau masuk SMA, gue yang udah kelas dua belas aja diem," sahut kakak tertua mereka yaitu Arsen yang berjalan menuruni tangga dengan seragam SMA, dia tampak gagah dengan seragam itu.

"Cepat dihabisin dek! Nanti kakak antar ke sekolah," sambung Arsen ketika sampai di dekat Nara.

"Siap kak Arsen."

Kening Harsya berkerut mendengar panggilan Nara untuk Arsen. "Kok lo gak adil banget sih Dek, kenapa manggil kak Arsen pakai kak, sedangkan kalau manggil gue pakai bang?"

"Gak tau," cuek Nara.

Arsen tertawa ikut mengompori. "Udah dek, gak usah ngurusin anak bunda, nanti kalau dia ngambek kita bakal diadukan ke bunda."

"Gue bukan anak bunda ya kak!" pekik Harsya kesal dengan tangan mencangklong tas di bahu sebelah kanan.

"Kalau bang Harsya bukan anaknya Bunda, terus anak siapa?" tanya Nara pura-pura polos.

"Anak orang," jawab Arsen singkat tanpa memperdulikan raut Harsya yang semakin tidak enak dipandang. "Ayo berangkat sekarang, kita tinggalin manusia itu."

Kemudian Kakak beradik itu berjalan keluar meninggalkan sosok yang menatap mereka dengan tatapan tajam, dia sangat kesal karena mendapat penindasan di pagi hari dari kedua saudaranya. Sepertinya pepatah, awali pagimu dengan cacian dan hinaan sangat cocok untuk Harsya.

"Awas aja Bang, nanti PS lo gue ambil."

Ancaman itu dihiraukan Arsen, cowok itu tetap berjalan menggandeng Adiknya yang tersenyum lebar mendengar nada frustasi dari abang keduanya. "Tunggu gue kak! Dek!"


Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang