Episode 30

106 55 14
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

"Razka, di mana kamu? Keluar sayang! Jangan blokir nomor aku!"

Pagi yang cerah ini, seluruh murid SMA Jaya Negara dikejutkan oleh kedatangan seorang remaja perempuan berpakaian mini yang berteriak-teriak di depan gerbang sekolah.

"Anjir, cewek itu beneran ke sini dong?" Menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kenekatan cewek itu.

"Siapa, Gas?" Kalvin yang baru tiba penasaran dengan kehebohan yang terjadi.

"Biasa, salah satu korban Razka." Bagas melihat lapangan yang dipenuhi para murid. "Itu yang dulu nyegat gue di jalan," tunjuknya.

Mengikuti telunjuk Bagas. "Gila, emang nekat banget tuh cewek." Davin ingat, dulu Bagas pernah mengadu gara-gara pas dia berangkat ke sekolah, dia dihadang sama cewek yang katanya suaranya cempreng. Cewek itu meminta tolong pada Bagas untuk mengadukan ke Razka agar nomornya yang diblokir itu dibuka, kalau tidak dibuka juga, dia mengancam akan datang ke sekolahnya. Dan terbukti sekarang, cewek itu ada di sini.

"Apa mungkin cewek itu petugas pinjol ya, sampai segitunya nyariin bang Razka?" Otak Oji yang selalu berpikir di luar nalar kali ini berhasil membuat teman-temannya sedikit setuju.

Kalvin mengangguk. "Bisa jadi, muka Razka memang muka-muka tukang ngutang."

Davin menatap Bagas yang mengutak-atik handphonenya, sepertinya dia berusaha menghentikan kehebohan pagi ini, tentu saja dengan menghubungi sumber masalahnya.

"Gimana?" Davin bertanya setelah Bagas menghentikan tangannya.

Bagas mendengus kesal. "Gak diangkat, mungkin lagi di jalan." Semua mengangguk berbarengan, sependapat dengan Bagas.

Reizo yang sejak tadi hanya menjadi pengamat, berjalan mendahului mereka.

"Mau kemana, Rei?" Davin mengikuti langkah kaki Reizo, lalu ikut berhenti saat cowok itu berhenti.

"Kelas." Mereka ada di sekolah, tentu saja tujuan Reizo sudah pasti menuju kelasnya. Kenapa Davin bertanya hal yang sudah jelas jawabannya?

"Terus, gimana dengan cewek itu?" Kalvin melirik gerbang, setelah itu dia bergidik ngeri melihat cewek itu yang seperti orang gila.

"Biarin!" cueknya.

Reizo berjalan dengan langkah lebarnya menuju kelas meninggalkan teman-temannya yang menatap cengo dirinya.

Meski sudah berteman lama dengan Reizo, tapi meraka masih sering terperangah dengan ucapan dan tingkah laku cowok itu yang selalu ke intinya tanpa basa basi.

"Kita ikuti Reizo aja! Biarin Razka yang ngurus masalah ini, dia harus tanggung jawab dengan apa yang dia buat," usul Kalvin sambil membetulkan tasnya.

"Masak kita gak bantu dia, kita kan bestie?" Oji menampilkan ekspresi bersalah yang sangat jelas kalau itu hanya dibuat-buat.

Bagas mengangkat sudut bibir atasnya. "Bantu aja sendiri, gue capek ikut campur urusan tuh bocah yang gak pernah kelar masalahnya." Bagas sangat lelah mengurus masalah-masalah yang dibuat Razka, entah itu soal cewek atau soal masalah yang diakibatkan dari sifat tengilnya.

"Gak usah sok gak enak, biasanya juga lo yang bikin suasana jadi gak enak." Davin tertawa diakhir kalimatnya, kemudian dia bergabung dengan Bagas, berjalan menuju kelas mereka.

Oji menatap teman-temannya yang meninggalkan dirinya di tengah lapangan sendirian. "Cewek itu apa gak capek teriak-teriak terus kayak orang gila?" Dia cukup kagum dengan energi yang dimiliki cewek aneh itu.

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang