Episode 23

100 73 11
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

Saat ini Razka sedang menaiki motornya dengan kecepatan sedang.

"Kalau gue langsung pulang pasti bakal diomelin kanjeng mami," pikirnya.

Karena keasikan melamun, dia menjadi tidak fokus menyetir.

Brak

Motor Razka menabrak pembatas jalan yang menyebabkan dirinya terjatuh. Cowok itu langsung melepas helmnya dengan kesal. Dia berusaha berdiri meski saat ini kakinya terasa nyeri karena tertimpa motor.

"Kenapa hari ini gue apes banget sih, udah muka bonyok, ditambah lagi kaki pincang, plus motor ganteng gue lecet." Razka berusaha mendirikan motornya susah payah.

"Maaf ya motor, gara-gara kecerobohan gue, lo jadi lecet kayak gini."

Dia mengelus permukaan motornya yang lecet karena tergores aspal.

"Mungkin ini yang di maksud, sudah jatuh tertimpa kontainer."

Tubuh yang awalnya sudah lelah kini semakin terasa remuk. Razka kembali memakai helmnya dan menaiki motornya, lalu dia menengok kanan kiri dan bernapas lega.

"Untung jalanan sepi, jadi gak ada orang yang melihat kebodohan gue." Razka memukul kepalanya pelan.

Cowok itu menoleh, menatap pembatas jalan yang tadi dia tabrak.

"Maaf ya kalau tadi gue nabrak lo, padahal lo gak punya salah apa-apa sama gue, tapi lo juga sih gak mau menghindar malah diem bae, jadi gue juga gak sepenuhnya salah." Razka kesal memarahi pembatas jalan yang tidak bernyawa itu.

Kemudian dia meninggalkan pembatas jalan itu dan mengemudikan motornya lagi, bukan untuk pulang, tapi dia berbelok menuju taman.

Sesampainya, Razka langsung berjalan menuju kursi taman dan duduk di sana, seketika angin malam yang dingin langsung menerpa tubuhnya.

"Cek," Decaknya ketika melihat luka gores di tangan mulusnya.

Sangking sibuknya mengamati luka itu, dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikan dirinya.

"Razka!"

Cowok itu berjingkat kaget dan langsung menatap sang pelaku. Ketika mengetahui siapa orang yang telah mengagetkannya, matanya seketika membola.

"Nara, ngapain lo jam segini ada di taman?"

Tanya Razka ketika mengetahui bahwa pelakunya adalah Nara.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Razka penasaran, kenapa jam segini cewek itu masih berada di taman.

"Seharusnya gue yang tanya, ngapain lo ada di sini?" Nara heran karena jarak taman dan rumah Razka itu cukup jauh, kalau dari rumah Nara ke sini mah cuma jalan kaki lima menit paling sudah sampai.

"Emang gak boleh?"

Nara menelan salvianya ketika mendengar suara Razka yang terdengar sangat merdu di telinganya. Nara mengalihkan tatapannya ke pemandangan taman yang tampak indah di malam hari.

Setelah detak jantungnya cukup reda, netranya kembali menatap Razka yang sejak tadi tidak melepas pandangan padanya barang sedetik pun.

"Terserah lo, gue mau balik," ujar Nara. Sepertinya lebih baik dia mengurungkan niatnya untuk menenangkan diri di taman, karena bukannya tenang, dia malah semakin pusing gara-gara makhluk di sampingnya itu.

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang