05

129 13 1
                                    

"Ji, lo jangan sampe ketara nggak suka sama Giselle gitu dong." Ucap Lia pada Yeji. Kini mereka berdua sedang duduk dibawah pohon karena yang sedang mengantri mengambil tenda masih panjang. Jadi Lia dan Yeji tidak mau lama-lama berdiri mengantri panjang. Lebih baik mereka lama menunggu dengan duduk dibawah pohon begini.

"Ya gue masih kesel aja gitu. Kenapa Jeno bisa suka sama itu cewe? Apa sih yang dilihatnya."

Ya, Yeji tau bahwa Jeno menyukai Giselle. Karena Yeji menyukai Jeno, jadi dia sering memandang Jeno dari jauh. Dari situlah Yeji tau, bahwa sebenernya, Jeno menyukai perempuan yang bernama Giselle itu. Makanya, Yeji kesal ketika bertemu dengan Giselle.

"Ya mulai sekarang, lo harus sembunyiin rasa nggak suka lo itu sama Giselle. Gue nggak mau nantinya Giselle ngerasa risih ditatap sinis kayak gitu sama lo. Apalagi, Giselle nggak tau apa-apa kan."

Yeji menghela napasnya. "Iya. Ntar gue bakal usahain buat biasa aja sama Giselle."

Lia menatap tempat pengambilan tendanya yang sudah mulai sepi.

"Eh, udah mulai sepi tuh. Yuk kita ikut antri." Yeji mengangguk. Mereka berdua berdiri dan mengantri untuk ambil tenda.

Karena antriannya sisa sedikit, Lia dan Yeji sudah mendapatkan tendanya. Mereka berjalan menuju tempat dimana mereka berempat bertemu tadi.

"Hey, udah dapet nih." Ucap Lia yang mengangkat tinggi-tinggi tendanya.

Karina melompat kegirangan, "Asyik. Ayo kita bangun tendanya."

Mereka berempat pun bekerja sama untuk membangun tendanya.

"Butuh bantuan nggak nih?." Tanya Jaemin yang baru saja datang.

"Emangnya lo udah selesai?." Tanya Karina.

"Udah dong. Kalo belum, ngapain gue ada disini? Yang ada gue digampar sama Renjun, Jeno, sama Haechan tuh."

"Yaudah. Lo lanjutin nih sisanya. Gue sama Giselle mau istirahat. Ayo Selle. Lia sama Yeji juga ayo istirahat. Kita duduk-duduk dulu. Biar Jaemin sendiri yang lanjutin."

"Eh ada Lia." Jaemin tersenyum menatap Lia.

"Hai Jaemin." Lia melambaikan tangannya dan tersenyum menatap Jaemin, hingga matanya pun ikut tersenyum.

"Li, cepetan." Yeji menarik Lia untuk segera ikut menyusul duduk bersama Karina dan Giselle.

Jaemin pun kembali fokus untuk membangun tenda yang akan ditempati pacarnya dan sahabat pacarnya.

Sehingga tenda pun sudah selesai dibangun. Jaemin pun berjalan mendekati keempat perempuan tadi.

"Udah tuh. Sana kalian beres-beresin barang-barang kalian."

"Makasih ya, Jaemin." Karina langsung saja masuk ke dalam tendanya.

"Makasih, Jaemin." Ucap Lia pada Jaemin.

"Iya, sama-sama." Lia dan Yeji pun berjalan memasuki tendanya.

Kini sisa Jaemin dan Giselle yang masih duduk diatas rerumputan.

"Makasih ya." Ucap Giselle dengan senyuman tulusnya.

"Sama-sama." Jaemin mengusap puncak kepala Giselle dengan lembut.

"Kamu capek? Aku ambilin minum dulu ya."

"Nggak usah. Aku nggak haus kok. Cukup duduk disini sama kamu, capek aku langsung hilang."

"Dih, apaan sih. Udah lah, gue mau masuk ke tenda." Giselle sudah bersiap bangun tapi ditahan sama Jaemin.

"Aku, sayang. Aku." Ucap Jaemin untuk meralat ucapan Giselle yang mengatakan kata gue bukan aku.

"Iya. Aku mau masuk ke tenda dulu ya sayang." Giselle mengucapkan kata itu dengan memamerkan senyuman manisnya. Lalu berlari pergi memasuki tendanya.

Jaemin yang melihat tingkah Giselle pun hanya tertawa kecil. Lucu, menurutnya.

Jaemin pun bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju ke arah tendanya yang letaknya cukup jauh dari tendanya Giselle dkk.

"Dari mana aja lo?." Tanya Renjun ketika melihat Jaemin yang baru saja datang langsung meminum dua gelas air putih.

"Gue dari tendanya Giselle." Jawab Jaemin.

"Habis ngapain lo di tenda sama Giselle sampe kecapean gitu kelihatannya?." Tanya Haechan.

"Gue habis bantu bangunin tendanya Giselle."

"Ohh. Kirain lo habis anu sama Giselle di dalam tenda." Renjun langsung saja memukul kepala Haechan dengan cukup keras. Haechan pun mengaduh kesakitan, "Apa sih, Jun? Getok pala gue sembarangan."

"Mulut sama otak lo tuh. Jangan sembarangan. Ini itu di alam bebas tau nggak!."

"Ya tau. Tanpa lo kasih tau juga gue tau, Jun."

"Ribut apa sih? Beresin dulu cepet barang-barang lo, Chan." Ucap Jeno yang kesal mendengar keributan Haechan dengan Renjun. Dan Haechan pun menurut untuk membereskan barang-barangnya dahulu. Karena barang-barangnya sendiri lah yang belum beres. Sedangkan barang Jeno, Renjun, dan Jaemin, sudah tertata rapi di tenda.

✷⁠‿⁠✷

Malam pun tiba. Para siswa sudah berkumpul di dekat api unggun untuk makan malam bersama. Mereka mendapatkan makan malam bukan dengan memasak sendiri-sendiri ya. Mereka mendapatkan makan malam itu dengan memesan catering. Jadi semua siswa tidak perlu repot untuk membawa alat masak dan bahan-bahan makanan. Mereka cukup membawa pakaian, cemilan ringan, serta barang keperluan pribadi yang lain.

Giselle sedang menoleh ke kanan ke kiri. Ia berniat untuk mencari Jaemin. Tapi yang ia lihat hanya Haechan, Jeno, dan Renjun.

"Haechan, Jeno, Renjun." Panggil Giselle yang sedang duduk bersama Karina.

Haechan, Jeno dan Renjun yang terpanggil pun berjalan menghampiri Giselle dan Karina.

"Kenapa?." Tanya Renjun mewakili dua temannya.

"Kalian nggak bareng Jaemin?." Tanya Giselle.

"Tadi sih kata Jaemin, dia mau keluar duluan. Katanya dia mau ketemu sama pacarnya. Gue kira dia udah sama lo, Selle." Jawab Renjun.

"Dia belum nemuin gue. Terakhir gue ketemu, pas dia bantuin gue bangunin tenda." Kini Giselle jadi merasa khawatir. Dia takut Jaemin dalam bahaya.

"Lo jangan khawatir. Jaemin pasti baik-baik aja. Dia kan cowo." Ucap Jeno yang berusaha menenangkan Giselle.

"Bener tuh kata Jeno. Siapa tau dia lagi bareng sama temennya yang lain." Ucap Renjun.

"Iya, Selle. Lo tenang ya. Kita makan dulu aja ya." Ucap Karina. Giselle pun mengangguk. Akhirnya mereka berlima makan malam bersama.

✷⁠‿⁠✷

Di suatu tempat, ada sepasang manusia yang sedang berdua. Si perempuan bersandar di bahu si lelaki.

"Sayang, aku satu tenda sama pacar kamu loh."

"Iya. Aku tadi kaget banget pas lihat kamu ada disana."

"Kamu kenapa nggak putus aja sih sama dia? Biar kita bisa leluasa. Jadi kita nggak usah sembunyi-sembunyi begini."

"Aku nggak bisa putus sama dia sayang."

"Ya tapi kenapa? Kenapa kamu nggak bisa putus sama dia? Kamu lebih cinta sama dia daripada aku?."

"Bukan begitu sayang. Aku cinta sama kamu. Tapi aku nggak bisa putus sama dia sekarang."

"Ya tapi kenapa?!." Perempuan itu tampak kesal karena pertanyaan intinya tidak dijawab-jawab.

"Itu karena..."

AERISELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang