"Bagus deh. Biar tau rasa tuh. Berani banget mainin gue." Geram Giselle.
"Lo nggak marah sama gue kan, Selle?." Tanya Jeno lagi.
"Ya nggak lah. Buat apa coba gue marah sama lo. Malahan nih ya, gue tuh berterimakasih sama lo karena udah mukulin dia."
"Makasih juga sama gue dong, Selle. Soalnya gue yang nyaranin Jeno buat mukulin Jaemin." Ucap Renjun. Dan itu memang benar. Faktanya, saat Giselle menampar Jaemin, Renjun berbisik pada Jeno, menyuruhnya agar memukul Jaemin, karena menurut Renjun, tamparan Giselle itu belum seberapa. Dan fakta dari Jeno pula, memang itulah keinginan Jeno juga. Karena dia merasa kesal dengan Jaemin. Berani-beraninya ia menyakiti Giselle, perempuan yang ia sukai. Jadi, seandainya tidak disuruh Renjun pun, Jeno pasti akan memukul Jaemin habis-habisan.
"Ini maksudnya gimana ya? Giselle putus sama Jaemin?." Tanya Yeji yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka. Dan mereka pun baru sadar jika ada Yeji bersama mereka.
Pintu tenda terbuka, dan muncullah sosok Lia. Lia terkejut, karena ternyata didalam tendanya sedang ramai orang. Lia bertatapan dengan Giselle. Sudah tidak ada tatapan kecewa dari Giselle. Tatapan Giselle sudah terlihat biasa. Bahkan matanya tidak sembab. Berbeda dengan Lia, mata Lia malah memerah karena menangis.
"Kita makan-makan yuk. Di tas gue ada cemilan enak-enak tau." Ajak Haechan pada Giselle, Karina, Renjun, dan Jeno. Mereka pun setuju, lalu keluar meninggalkan Lia dan Yeji yang masih berdiri di tenda.
"Giselle sama Jaemin putus?." Tanya Yeji yang pastinya ditujukan pada Lia.
"Jangan bilang, mereka putus gara-gara lo?." Ucap Yeji lagi.
"Li, jawab!."
"Iya!." Teriak Lia. "Hubungan gue sama Jaemin udah ketauan sama Giselle."
"Astaga Liaa.. kok bisa ketauan sih? Kan gue udah bilang. Lo boleh berhubungan sama Jaemin, tapi jangan sampe ketauan. Kalo gue tau lo bakal ketauan gini, dari dulu gue bakal tetep larang lo supaya lo nggak berhubungan sama Jaemin. Kalo udah kayak gini, Giselle sama Jaemin jadi putus kan. Bisa jadi peluang besar kan buat Jeno deketin Giselle." Yeji sekarang frustasi.
Karena sejak pertama kali Yeji tau hubungan Lia dengan Jaemin, Yeji sudah melarang Lia untuk tidak berhubungan dengan Jaemin. Karena Yeji tau, Jaemin sedang berpacaran dengan Giselle. Tapi, Lia menolak. Karena Lia juga mencintai Jaemin, Lia sudah menyukai Jaemin sedari kelas 10. Tetapi malah ia mendapat kabar, bahwa Jaemin dengan Giselle baru saja jadian. Jadi, melihat ada kesempatan Lia bisa menjadi pacar Jaemin, maka Lia merasa senang bisa menjadi pacar Jaemin. Walaupun hanya menjadi pacar kedua Jaemin. Tapi Lia senang. Dan karena melihat sahabatnya itu senang, terpaksa Yeji pun menyetujui hubungan Lia dengan Jaemin.
Dan yang dipikiran Yeji hanya satu saat itu. Bagaimana agar hubungan Lia dengan Jaemin tidak ketauan? Karena Yeji tidak ingin hubungan Giselle dengan Jaemin putus. Niat Yeji ini bukan untuk kebaikan Giselle dan Jaemin. Tetapi niat ini demi kebaikan Yeji sendiri. Karena menurut Yeji, jika Giselle dan Jaemin putus, maka Jeno akan mempunyai peluang besar untuk menjadi pacar Giselle. Yeji tidak mau jika hal itu terjadi.
Tetapi kini, sepertinya kejadian Jeno akan menjadi pacar Giselle akan terjadi. Karena hubungan Lia dan Jaemin diketahui oleh Giselle. Dan hubungan Jaemin dengan Giselle pun tampaknya sudah tidak bisa diperbaiki. Yeji benar-benar kesal saat ini. Untuk menghilangkan rasa emosinya pada sahabatnya, Yeji pun keluar dari tenda untuk mencari angin segar.
Lia yang ditinggal sendiri di tenda kembali mengeluarkan air matanya. Lia tau, Yeji, sahabatnya pasti sedang kesal. Andai saja dulu ia menuruti kata Yeji untuk tidak berhubungan dengan Jaemin. Pasti Lia tidak akan merasa bersalah seperti ini.
✷‿✷
Pagi ini, Aeri sedang bersiap-siap untuk berangkat camping. Ia menyiapkan banyak barang.
"Aeri, bawaan kamu banyak banget sayang." Ucap ibu Aeri yang terkejut melihat barang bawaan Aeri yang begitu banyak.
"Hehehe, iya bu. Kan ada kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Jadi ini barang yang Aeri bawa untuk jaga-jaga, bu. Barangkali nantinya Aeri butuh kan."
Ibunya Aeri tersenyum, "Ya tapi jangan sebanyak itu sayang. Apalagi mama lihat, barang yang kamu bawa itu.. belum pasti bakal kamu butuhin.."
Ibu Aeri mengeluarkan beberapa barang Aeri yang menurutnya tidak akan dipakai Aeri. "Mendingan, kamu bawa barang yang sekiranya bakal kamu butuhin. Jadi, kamu nggak keberatan bawanya."
Aeri hanya tersenyum. "Tapi rasanya aneh bu, kalo Aeri bawanya nggak banyak. Biasanya kan Aeri bawanya banyak-banyak."
Ibunya Aeri mencolek hidung Aeri gemas, "Ya makanya kamu biasain jangan bawa barang banyak-banyak."
"Iya, bu."
"Udah, ayo. Ibu antar kamu ke Sekolah."
"Siap, bu."
Aeri pun pergi ke sekolah dengan diantar ibunya. Aeri senang, akhirnya ia akan camping jauh. Biasanya, sekolah Aeri akan mengadakan acara camping hanya di lapangan sekolah. Tidak pernah ditempat jauh-jauh seperti ini. Entah angin apa yang sedang merasuki sekolah Aeri.
Di depan sekolah, sudah ada tiga bis yang siap akan mengantar Aeri dan teman-teman yang lain ke tempat Bumi Perkemahan.
"Bu, Aeri masuk ke dalam bis dulu ya."
"Iya, sayang. Hati-hati. Kalo sudah sampai, kabarin mama ya."
"Oke bu." Aeri pun masuk ke dalam bis. Ia mencari kursi kosong. Dan ia melihat dua kursi yang masih kosong, ia pun mendudukinya. Ia melihat ada gadis yang ia kenal.
"Salsa, sini." Gadis yang bernama Salsa pun menghampiri Aeri. "Hai, Aeri." Salsa langsung duduk disamping Aeri.
"Gue nggak sabar banget buat liat pemandangan Bumi Perkemahan. Pasti cantik kan?." Tanya Salsa.
"Gue liat di google sih iya. Pemandangannya cantik." Jawab Aeri.
"Duh, makin nggak sabar gue."
Bis pun berjalan. Sepanjang perjalanan, mereka bernyanyi bersama.
"Baik. Ada yang ingin beernyanyi?." Pemandu menawarkan siswanya untuk bernyanyi.
"Ri, lo yang nyanyi, Ri. Suara lo kan cakep."
"Nggak deh. Gue lagi males nyanyi."
"Yah malesan lo."
Tanpa terasa lama, mereka sudah sampai di Bumi Perkemahan.
"Aeri!! Kita udah sampe, Ri." Heboh Salsa. Salsa memang selalu heboh. Bahkan dari kemarin. Aeri pun juga sebenarnya. Tapi dia tidak terlalu ditunjukan sekali kehebohannya.
"Oke, semuanya. Silahkan kalian bangun tendanya bersama teman sekelompok kalian ya."
"Iya, bu." Aeri dan Salsa terpaksa terpisah. Karena mereka tidak satu kelompok, alhasil, mereka pun tidak tidur dalam satu tenda.
"Hai, lo Aeri ya?." Tanya gadis yang tiba-tiba datang menghampiri Aeri.
"Iya. Kenapa?."
Gadis itu melemparkan sebuah tenda yang masih tergulung, "Tuh, lo bangun tendanya, cepetan ya!. Gue cape, udah kepengin istirahat." Gadis itu mengipasi wajahnya dengan telapak tangannya.
"Loh, cuma aku sendiri?."
KAMU SEDANG MEMBACA
AERISELLE
FanfictionTentang Aeri dan Giselle yang mempunyai wajah mirip namun memiliki gaya yang berbeda.