10

129 19 3
                                    

"Woi, tolongin woi!." Haechan datang dengan berteriak kencang. Semua yang sedang bersantai di dekat api unggun langsung saja menatap Haechan yang sedang mengatur nafasnya karena kelelahan.

"Eh, Chan. Lo kenapa deh?." Tanya Renjun yang datang sembari membawa segelas air putih. Ia memberikannya pada Haechan untuk diminum agar sedikit tenang. Tapi Haechan menolak untuk meminumnya, karena ada yang lebih penting daripada minum.

"Giselle.. Giselle jatuh ke jurang."

"Apa?." Semua yang mendengar ucapan Haechan terkejut. Jaemin langsung mendekati Haechan dan menarik kerah baju Haechan.

"Maksud lo apa? Lo jangan bercanda bisa?!." Jaemin emosi, karena menurutnya candaan Haechan sangat tidak lucu.

"Gue beneran. Gue nggak bercanda." Jaemin langsung saja menonjok rahang Haechan.

"Lo tuh gimana sih?! Kan gue udah nyuruh lo buat jagain Giselle!." Emosi Jaemin sungguh tidak dapat ditahan. Ia terus saja memukuli Haechan, sedangkan Haechan hanya pasrah saja.

Melihat pertengkaran antara Jaemin dan Haechan, Renjun langsung saja menarik Haechan untuk menjauh dari Jaemin. "Udah cukup wei. Jaemin jangan pukulin Haechan!."

Namun tak digubris oleh Jaemin. Jaemin masih saja mendekati Haechan dan memukulnya. Renjun yang melihat Jaemin malah melanjutkan tonjokannya kesal. Ia melihat Jeno yang hanya diam menonton.

"Jen! Bantuin gue napa pisahin mereka!." Teriak Renjun. Jeno pun menurut. Ia menarik Jaemin dengan kuat. Karena tenaga Jaemin juga kuat. Sedang Renjun menarik Haechan untuk menjauh dari Jaemin yang masih ngamuk.

Melihat keadaan yang sudah mulai tenang, Karina mendekati Haechan dan Renjun.

"Terus Gisellenya gimana? Dia jatuh di jurang mana?." Tanya Karina.

Haechan yang kesakitan akibat pukulan dari Jaemin pun berusaha menjawabnya, "Giselle.. dia.. masih berusaha.. pegangan sama akar.. pohon."

"Tunggu apalagi?! Bawa gue ke tempat Giselle jatuh." Teriak Jaemin yang masih di pegang oleh Jeno.

"Oke.. lo ikutin gue." Haechan berlari dengan sekuat tenaga. Diikuti oleh Jaemin di belakangnya. Jeno pun ikut berlari mengikuti Jaemin dan Haechan.

"Rin, lo nggak usah ikut nyari Giselle." Ucap Renjun ketika melihat Karina yang akan pergi mengikuti Jaemin, Haechan dan Jeno.

"Lepasin! Giselle itu sahabat gue. Gue harus ikut nolongin dia." Teriak Karina yang menyuruh Renjun untuk melepaskan pegangannya pada Karina.

"Lo lebih baik disini aja. Biar gue, Haechan, Jeno, sama Jaemin yang nolongin Giselle. Lo disini sama anak-anak yang lain."

Renjun menatap para guru yang juga khawatir melihat keributan yang terjadi. "Pak, bu, saya izin pergi ya."

"Renjun." Renjun menoleh pada satu guru yang baru saja memanggilnya.

"Bapak ikut kamu."

Renjun mengangguk saja. Ia tidak mau berdebat lebih lama lagi. Karena ia sudah pasti tertinggal jauh dari Haechan, Jaemin, dan Jeno.

✷⁠‿⁠✷

Jaemin, Haechan, dan Jeno sudah sampai di posisi dimana Giselle terjatuh.

"Giselle jatuh di sekitar sini."

Jaemin langsung saja menyenteri sekitar. Dan ada sebuah jurang. Tapi... dimana Giselle?

"Lo yakin disini posisinya? Tapi dimana Giselle?." Tanya Jeno.

"Iya. Gue yakin banget disini tempat gue ninggalin Giselle karena mau minta bantuan kalian." Ucap Haechan yakin.

"Lo kenapa ninggalin dia, bego!." Bentak Jaemin pada Haechan.

"Gue juga sebenernya nggak mau ninggalin dia. Tapi dia yang nyuruh gue buat pergi balik ke tempat perkemahan kita. Buat minta tolong sama kalian. Karena nggak mungkin kalo gue cuma diam aja disini ngeliatin Giselle yang berusaha bertahan biar nggak jatuh ke jurang." Jelas Haechan.

"Ya kan lo bisa berusaha nolongin Giselle sendiri." Ucap Jaemin.

"Lo pikir gue nggak mikir gitu?! Gue juga udah berusaha buat nolongin Giselle. Gue ulurin tangan gue ke Giselle buat di pegang Giselle, terus gue tarik ke atas. Tapi nyatanya? Tangan gue nggak nyampe. Kalo gue tetep maksa buat bantuin Giselle, yang ada gue juga ikut jatuh ke jurang bareng sama Giselle."

"Jadi lo nggak mau ikut jatuh bareng sama Giselle? Pengecut lo!."

"Bukan nggak mau. Gue mau kalo gue jatuh ke jurang bareng Giselle. Kalo bisa, gue aja yang gantiin Giselle buat jatuh ke jurang. Tapi masalahnya, kalo gue beneran jatuh bareng sama Giselle ke jurang, yang ada, siapa yang bakal ngasih tau kalian? Yang ada, gue sama Giselle bakal hilang entah kemana. Dan kalian nggak bakal tau apa-apa." Jelas Haechan yang kesal dengan Jaemin.

"Kalian sudah ketemu dengan Giselle?." Tanya Pak Sura yang tadi ikut dengan Renjun untuk mencari Giselle.

"Belum, pak. Tapi saya yakin, Giselle jatuhnya di jurang ini. Tapi setelah kita sampe disini, Gisellenya nggak ada pak." Jawab Haechan.

"Lo serius, Chan?." Tanya Renjun.

"Gue serius. Sumpah. Gue nggak bakal lupa. Emang ini tempatnya."

"Kalo emang ini tempatnya. Terus dimana Giselle? Dimana? Dimana gue tanya?!." Tanya Jaemin. Haechan hanya diam. Tidak tau harus menjawab apa.

"Udah. Tenang. Kita lanjut cari Giselle aja. Siapa tau Giselle ada di sekitar sini."

"Kalo ternyata Giselle udah jatuh ke jurang gimana, pak? Apa nggak lebih baik kita turun aja ke jurang buat cari Giselle?." Tanya Jeno yang sedari tadi diam melihat perdebatan Haechan dan Jaemin. Ia benar-benar khawatir pada Giselle. Ia tidak ingin kehilangan Giselle. Lebih baik ia tidak berhasil mendapatkan hati Giselle dan membiarkan Giselle dengan laki-laki lain, daripada Giselle kenapa-kenapa dan menghilang dari pandangan Jeno.

"Lo kalo ngomong jangan sembarangan dong. Gue yakin, Giselle nggak apa-apa. Giselle pasti selamat."

"Yang bilang Giselle nggak selamat itu siapa? Gue cuma bilang, bisa aja Giselle udah jatuh ke jurang."

"Ya dengan lo bilang gitu, secara nggak langsung lo bilang kalo Giselle itu nggak selamat."

"Itu lo aja yang mikir begitu. Nyatanya, gue nggak bermaksud begitu." Ucap Jeno yang kesal dengan Jaemin.

"Udah. Kenapa jadi kalian sih yang ribut. Udah, mending kita cari Giselle di sekitar sini. Kalo emang Giselle nggak ada di sekitar, kita baru turun ke jurang buat cari Giselle." Usul Renjun yang menghentikan perdebatan antara Jeno dan Jaemin.

Mereka berlima pun berjalan menyusuri hutan yang gelap karena sudah malam. Mereka terus saja memanggil nama Giselle. Berharap si punya nama dapat mendengar dan merespon mereka.

AERISELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang