14

134 18 6
                                    

Nana dan Lily langsung saja berlari mendekat kearah Aeri dan Jeno yang masih terdiam.

"Aeri." Panggil Lily.

"Lily.." lirih Aeri yang sudah diturunkan Jeno.

Haechan, Renjun, Giselle, Jaemin dan Pak Sura juga ikut mendekat kearah Jeno.

Raut wajah Aeri terlihat terkejut ketika melihat Giselle yang menghampirinya.

"Wajah kamu.." ucap Aeri.

"Gue tau. Wajah kita mirip kan?." Sahut Giselle yang memotong ucapan Aeri. Aeri mengangguk.

"Gue juga bingung. Tadi waktu gue hampir jatuh ke jurang, temen lo ini nolongin gue." Tunjuk Giselle pada Lily dan Nana.

"Dan mereka terus-terusan manggil gue Aeri. Padahal nama gue bukan Aeri. Tapi setelah mereka ngasih tau siapa Aeri, dan gue ketemu lo secara langsung saat ini, gue tau kenapa mereka manggilin gue Aeri terus." Jelas Giselle.

"Lo juga pasti heran kan waktu temen gue yang dua ini manggil lo Giselle? Itu karena mereka ngira lo itu gue." Ucap Giselle yang merujuk pada Jeno dan Jaemin.

"Gue nggak anggap dia Giselle. Karena gue tau dia bukan Giselle." Ucap Jaemin.

Jeno menatap Jaemin, "Gimana caranya lo bisa tau kalo dia bukan Giselle?." Tanya Jeno penasaran. Pasalnya Jaemin dari tadi memang terus-terusan bilang, kalo gadis yang mereka temui dan Jeno gendong itu bukan Giselle. Dan ternyata itu memang benar bukan Giselle.

"Gue kenal Giselle bukan satu hari dua hari. Gue tau banget detail Giselle, sedetail-detailnya. Gue tau semua tentang Giselle. Jadi udah pasti gue tau, dia Giselle atau bukan." Ucap Jaemin seraya menatap Giselle yang berada disampingnya dalam. Giselle yang merasa ditatap begitu pun menghindar dari tatapan dalam Jaemin. Pipi Giselle terasa panas.

Jeno yang melihat mereka berdua pun terdiam. Ternyata ia masih belum mengenal Giselle sedalam itu. Padahal awalnya ia berpikir, bahwa ia lebih mengenal Giselle dibanding Jaemin. Namun ternyata, dia salah besar.

"Eh, kita langsung balik aja. Kasian tuh Aeri kakinya kesakitan." Ucap Haechan.

"Eh iya. Ayok."

Giselle melihat Aeri yang kesusahan saat berjalan. "Siapapun tolongin Aeri lah. Dia nggak bisa jalan noh."

Semuanya hanya terdiam. Tidak ada yang berinisiatif untuk menggendong Aeri. Giselle pun gemas. Ia menepuk pundak Jaemin, "Lo gendongin Aeri gih. Dia nggak bisa jalan."

"Nggak mau. Aku mau gendongin kamu aja."

"Lo nggak liat kaki gue baik-baik aja? Gue bisa jalan sendiri. Cepetan lo gendong Aeri aja, mau gue maafin nggak lo?." Ucap Giselle dengan mata melotot.

"Kamu masih belum maafin aku?." Tanya Jaemin dengan mengedipkan matanya sedih.

"Nggak usah gitu lo, dikira lo lucu apa." Ucap Giselle seraya memalingkan wajahnya agar tidak menatap Jaemin.

"Biasanya kan kamu suka cubit pipi aku kalo aku kedipin mata kayak tadi."

"Itu dulu ya. Sekarang beda. Udah, lo gendong Aeri. Biar kita cepet balik. Gue capek ini. Nggak kasian apa lo sama gue?."

"Justru karena aku kasian sama kamu, makanya ayo sini aku gendong kamunya. Biar Aeri digendong Jeno."

"Nggak nggak nggak, gue mau jalan sendiri aja. Lo buruan gendong Aeri."

"Aku."

"Iya, lo gendong Aeri cepetin."

"Aku kamu."

Giselle yang tau maksud Jaemin pun menghela napasnya. "Oke. Jaemin, aku minta tolong sama kamu. Gendongin Aeri ya."

"Senyum."

AERISELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang