"Oh. Ternyata kamu disini Jaemin?."
Sepasang manusia itu terkejut mendengar suara itu. Mereka berdua menoleh ke belakang. Yang Jaemin lihat ada Giselle, Karina, Haechan, Renjun, dan Jeno.
Giselle berjalan menghampiri Jaemin. Matanya menatap Jaemin tajam.
"Giselle, aku.," belum sempat Jaemin menyelesaikan ucapannya, Giselle sudah menampar pipi Jaemin dengan keras. Suara tamparan yang nyaring itu, cukup membuat semuanya diam mematung.
"Aku kecewa sama kamu." Setelah selesai mengucapkan itu, Giselle menatap gadis yang bersama Jaemin sebelumnya. Gadis itu adalah Lia, si model cantik yang baru saja Giselle kenal. Setelahnya, Giselle kembali menatap Jaemin, lalu berlari pergi meninggalkan Jaemin yang masih diam mematung.
Karina berjalan mendekati Jaemin dan Lia. "Kalian berdua bajingan." Lalu Karina ikut pergi menyusul Giselle.
Haechan dan Renjun hanya menatap Jaemin. Lalu berlalu pergi menyusul Karina dan Giselle.
Tersisa Jeno yang masih menatap Jaemin. Jeno melangkahkan kaki mendekati Jaemin. Ia memegang kerah baju Jaemin. Lalu memukul rahang Jaemin hingga Jaemin tersungkur.
"Lo. Brengsek!." Jeno kembali memukul Jaemin.
"Stop, stop, stop." Lia berusaha melerai Jaemin dan Jeno. Tapi nihil. Jeno masih saja memukuli Jaemin. Sedangkan Jaemin hanya diam, ia pasrah dipukuli sahabatnya karena memang dia salah.
"Please! Stop!." Teriak Lia dengan air mata yang mengalir. "Gue mohon, berhenti ya, Jeno."
Jeno pun berhenti memukuli Jaemin. Bukan karena dia menuruti ucapan Lia. Tapi karena dia mengingat Giselle yang masih sedih. Ia yakin, Giselle pasti lebih membutuhkan dirinya disana. Ia pun berlalu pergi meninggalkan Jaemin yang tertidur di atas tanah dengan Lia yang duduk disampingnya.
"Jaemin. Bangun ya. Biar aku obatin dulu luka kamu." Lia berusaha memapah Jaemin. Ia akan mengantarkan Jaemin ke tenda kesehatan. Ia akan mengobati Jaemin disana.
✷‿✷
Jaemin duduk di kursi. Sedangkan Lia sedang mencari kotak P3K. Lia pun menemukan kotak itu. Segera saja ia mengobati luka Jaemin. Banyak luka pukulan di wajah Jaemin. Jaemin yang diobati pun sesekali meringis kesakitan.
Jaemin menatap Lia yang sedang fokus mengobati lukanya. Tiba-tiba, Jaemin terbayang wajah kecewa Giselle yang menatapnya dengan tajam.
Jaemin jadi merasa bersalah pada Giselle. Ia telah menyakiti Giselle.
Hubungan Jaemin dengan Giselle sudah terjalin cukup lama. Mereka menjalin kasih sejak mereka masih kelas 10 semester 2. Sedangkan hubungan Jaemin dengan Lia, mereka baru menjalin kasih sekitar 3 minggu yang lalu. Entah setan apa yang merasuki Jaemin, ia malah berselingkuh dari Giselle.
Jaemin kembali lagi menatap Lia yang masih fokus mengobati Jaemin.
"Li.."
"Iya?." Ucap Lia dengan masih fokus mengobati Jaemin.
"Kita putus aja ya." Tangan Lia yang sedang mengobati luka Jaemin pun berhenti bergerak. Matanya yang menatap luka Jaemin beralih menatap mata Jaemin.
"Kamu lebih milih Giselle daripada aku?." Tanya Lia dengan pelan.
"Maaf, Li. Tapi... aku lebih milih Giselle daripada kamu."
Lia menoleh ke samping. Ia menghela napasnya pelan. Lalu kembali menatap Jaemin.
"Oke. Kita putus." Lia mengucapkan kata itu dengan senyumannya yang mengembang. Tak lupa, matanya pun ikut tersenyum.
"Aku tau hubungan kita salah. Aku tau kita udah nyakitin Giselle. Aku tau. Ini semua salah aku, Jaem." Lia menunduk ke bawah.
Jaemin memegang pundak kanan Lia, "Nggak, Li. Ini bukan salah kamu. Ini salah aku. Karena udah selingkuh dari Giselle. Ini salah aku karena mengajak kamu pacaran. Ini salah aku, Li. Salah aku."
Lia mendongak dan menatap Jaemin, "Nggak, Jaemin. Ini salah aku. Kalo saja aku nolak ajakan kamu. Ini pasti nggak bakalan terjadi. Ini salah aku karena nerima ajakan kamu untuk pacaran. Padahal saat itu aku tau, kalo kamu masih ada hubungan sama Giselle." Air mata Lia mengalir perlahan. Ia sesenggukan dibuatnya.
✷‿✷
Giselle berlari memasuki tenda. Yeji yang sedang duduk santai di depan tenda melihat Giselle datang berlari memasuki tenda. Ia sedikit bingung. Karena sekilas melihat ada sedikit air mata yang keluar di mata Giselle.
Lalu tak lama kemudian, Karina juga datang dengan berlari. Yeji sempat ingin menghentikannya, tapi Karina hanya melihatnya sekilas dan berlalu memasuki tenda. Jujur saja, Yeji benar-benar bingung sekarang.
Ia pun melihat dua laki-laki yang berlari menghampiri tendanya. Yeji tau dua laki-laki itu. Mereka adalah teman-temannya Jeno. Sepertinya mereka tau dengan apa yang terjadi pada Giselle. Ia pun menghentikan Haechan dan Renjun.
"Eh tunggu, tunggu, tunggu." Haechan dan Renjun berhenti. Haechan menatap Yeji. "Ada apa?."
"Kalian lagi kenapa sih? Tadi gue liat sekilas Giselle lagi nangis. Terus tadi Karina juga lari langsung masuk tenda. Dan sekarang, kalian lari kesini. Ada apa sih?."
"Lo nggak perlu tau." Renjun langsung saja masuk ke dalam tenda. Haechan yang melihat Renjun sudah masuk pun ikut menyusul.
"Dih. Ini tenda cewe ya. Kenapa mereka main masuk aja sih." Yeji ingin masuk, tapi tidak jadi karena mendengar obrolan mereka didalam.
"Selle. Lo jangan sedih ya. Lo jangan tangisin cowo brengsek kayak dia itu." Ucap Karina yang mengelus punggung Giselle.
"Apaan sih. Gue nggak lagi nangis. Lagipula buat apa gue nangis cuma gara-gara disakitin cowo?." Ucap Giselle yang nyatanya memang sedari tadi dia tidak menangis. Ada sih, dikit tapi, itu pun mungkin cuma dua tetes yang keluar dari mata Giselle.
"Bagus, Selle. Gue jadi nggak bisa bayangin kalo lo nangis. Giselle yang tangguh, masa tiba-tiba nangis." Ucap Haechan. Haechan tau, Giselle termasuk gadis yang tangguh. Karena dia adalah teman masa kecilnya Giselle. Dulu, Haechan dan Giselle selalu bermain bersama. Dan Giselle memang tipikal cewe yang tangguh, bukan menye-menye.
Giselle tertawa, "Itu kan berkat lo. Karena lo sering jahilin gue, otomatis gue jadi kebal, gue jadi tangguh."
Haechan ikut tertawa, ia pun mengelus puncak kepala Giselle. "Tuh, Jun. Kejahilan gue ada gunanya kan." Ucap Haechan bangga, dan memamerkannya pada Renjun. Renjun hanya menatap Haechan malas.
"Terserah lo aja deh, Chan."
"Lo lagi ngapain?." Yeji yang sedang mendengar obrolan mereka yang didalam tenda jadi terkejut karena mendengar suara Jeno.
"Jeno?."
"Lo lagi ngapain?." Tanya Jeno lagi.
"Itu.. gue tadi mau masuk. Tapi nggak jadi, karena kayaknya.. mereka lagi serius." Mendengar penjelasan Yeji, Jeno pun ikut mengintip. Berada di sedekat ini dengan Jeno, membuat pipi Yeji memanas. Karena posisi mereka sudah seperti Jeno sedang mengurung Yeji.
Jeno menatap Yeji. "Gue boleh masuk?."
"B..boleh."
Jeno dan Yeji pun masuk kedalam tenda. Giselle, Karina, Haechan, dan Renjun pun menoleh untuk melihat siapa yang datang.
"Eh lo, Jen. Gimana tadi? Udah lo pukulin si Jaeminnya?." Tanya Haechan.
Jeno ikut bergabung duduk dibawah, "Udah."
"Jaemin dipukulin?." Tanya Giselle.
Semua seketika terdiam, "Mm.. iya. Lo jangan marah sama gue ya." Ucap Jeno, karena ia takut, Giselle malah berganti marah ke dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AERISELLE
FanfictionTentang Aeri dan Giselle yang mempunyai wajah mirip namun memiliki gaya yang berbeda.