35

21 4 11
                                    

Sekarang sudah waktunya untuk pulang sekolah. Semua siswa berjalan sambil menggendong tas di punggungnya.

"Kita pulangnya gimana, Selle?" Tanya Haechan. Karena dia berangkat bersama Giselle dianterin papinya Giselle, dan motornya ditinggal di Rumahnya Anderson.

"Nggak tau. Telepon papi aja kali ya, buat jemput kita." Ucap Giselle yang sudah mengotak atik layar handphonenya.

"Sama gue aja, Selle. Gue anterin." Ucap Jaemin.

"Terus guenya gimana?" Tanya Haechan dengan menunjuk wajahnya sendiri.

"Ya lo minta bonceng sama Jeno atau Remjun lah." Jawab Jaemin.

"Ehh nggak bisa. Jeno udah gue booking. Dia yang bakal boncengin gue." Ucap Karina.

"Ya berarti sama Renjun lah. Kosong kan jok belakang motor lo?" Tanya Jaemin.

"Ya iya sih. Yaudahlah, ayo gue anterin Chan." Ucap Renjun.

"Asik. Lo emang sohib gue paling best deh, Njun. Kagak kayak mereka berdua tuh, maunya cewe mulu." Ucap Haechan yang merangkul Renjun.

"Itu lah nasib si jomblo." Ucap Jaemin.

"Dih, emangnya lo nggak jomblo? Inget, lo udah putus sama Giselle sama Lia ya." Ucap Renjun.

Jeno tertawa, "mampus. Nggak sadar diri emang lo." Sedangkan Jaemin hanya menatap Renjun kesal.

"Giselle.." Keenam remaja itu menatap ke asal suara. Ternyata ada Janet dan Ben yang berdiri di depan sekolah.

Janet langsung berlari untuk memeluk Giselle, namun Haechan dengan sigap berdiri didepan Giselle. Untuk menghalangi pandangan Janet pada Giselle.

"Haechan, minggir dulu. Tante mau pelukan sama anak tante." Ucap Janet yang menyuruh Haechan untuk minggir.

"Giselle itu bukan anak tante Janet, tapi anaknya tante Yuma." Ucap Haechan.

Janet yang mendengar itu terkejut, dia belum tau bahwa Giselle sudah kembali dengan keluarga kandungnya. "Apa maksud kamu? Giselle itu anak tante. Bukan anak Yuma Yuma siapa itu, tante nggak kenal."

Giselle berjalan untuk berdiri disamping Haechan, "Nggak usah bohongin Giselle lagi. Giselle udah tau semuanya."

"Giselle.." Janet hendak memeluk Giselle, tapi lagi-lagi dihalangi Haechan. "Tante nggak boleh peluk Giselle ya." Ucap Haechan dengan tersenyum ramah.

"Giselle." Panggil Ben, yang kini sudah berdiri disamping istrinya.

Giselle menatap Ben, "Pa.., em maksud Giselle, om Ben, makasih ya udah nggak beneran ngebunuh kembaran Giselle." Ucap Giselle dengan tersenyum.

"Apa?!" Janet menatap suaminya, "Kamu nggak ngebunuh bayi itu?!" Sedangkan Ben tidak menjawab.

"Tante Janet.. tante kok tega sih, nyulik anak orang, dan mau ngebunuh anak yang tante culik itu. Tante beneran nggak punya hati nurani ya." Ucap Giselle dengan rasa kecewa. Orangtua yang sedari kecil merawatnya, ternyata sejahat itu.

"Giselle!" Papi Ken berlari untuk mendekati Giselle. Papi Ken menyembunyikan Giselle dibelakangnya, "Mau apa lagi kalian?" Tanya papi Ken.

"Kamu.. Ken! kembalikan anak aku!" Teriak Janet.

"Anak kamu? Anak aku yang udah kamu culik maksudnya? Jangan pernah mengakui Giselle anak kamu lagi. Nyatanya dia adalah anak kandung saya."

"Ken.., maaf.. maafin perbuatan gue sama istri gue ya." Ucap Ben.

Ken menatap Ben, "Karena lo udah bener-bener nggak bunuh anak gue, maka gue akan membiarkan lo dan istri lo, untuk nggak gue penjara. Kalian bisa hidup bebas. Tapi plis, jangan ganggu keluarga gue lagi."

"Iya. Gue janji." Ben pun pergi dengan menarik paksa istrinya yang masih memanggil nama Giselle.

Ken dan Ben dulu adalah sahabat akrab dibangku kuliah. Namun entah kenapa, malah jadi begini.

"Giselle, Haechan, ayo kita pulang." Ajak papi Ken.

"Hai papi mertua." Sapa Jaemin. Papi Ken menatap Jaemin.

"Heh, berani banget lo." Ucap Haechan yang menggetok kepala Jaemin.

"Kamu siapa?" Tanya papi Ken.

"Kenalin, nama saya Jaemin. Calon suaminya Giselle." Cengir Jaemin.

"Dih. Apaan. Nggak om, yang calon suaminya Giselle itu saya." Ucap Jeno.

"Kamu Jeno kan?" Tanya papi Ken, karena ia seperti pernah melihat Jeno.

"Iya, om. Saya sepupunya Karina, yang dulu pernah diajak buat main bareng sama Clara." Jawab Jeno dengan menunjuk Karina. Karina tersenyum ramah pada Ken.

"Wahh, udah gede juga ya kalian berdua." Ucap papi Ken menatap Jeno dan Karina.

"Jadi ini siapa calon suami Giselle yang bener?" Tanya papi Ken.

"Papi! Apaan sih, nggak ada yang bener." Ucap Giselle.

"Loh. Kok mereka ngakunya gitu tadi?" Tanya papi Ken.

Haechan tertawa, "Mereka berdua mah naksir sama Giselle om. Lagi saingan mereka buat dapetin hatinya Giselle."

"Ohh. Cantik juga anak papi sampe direbutin dua cowo." Ucap Papi Ken dengan mengelus puncak kepala Giselle.

"Saya juga om, calon mantunya om." Ucap Renjun yang tiba-tiba mengangkat tangannya.

"Lah! Lo suka Giselle juga, Njun?" Tanya Haechan dengan tatapan tak percaya.

"Lo jangan ikut-ikutan jadi saingan gue napa, Njun." Ucap Jaemin kesal. Begitupun dengan Jeno, yang menatap Renjun dengan kesal.

"Lah, siapa juga yang mau jadi saingan lo pada."

"Terus lo mau ngincer siapa? Clara?" Tanya Haechan.

"Ya bukanlah. Sama Aeri dong. Nggak dapet Giselle, sama Aeri boleh juga tuh." Ucap Renjun.

"Yee.., nggak ada ya. Gue nggak kasih restu lo deketin Aeri." Ucap Giselle.

"Yaelah, Selle. Cemburu lo? Yaudah, kalo lo cemburu, mending lo aja yang sama gue yuk."

"Sialan. Gue juga nggak kasih restu lo deketin Giselle." Ucap Haechan yang sekarang memiting leher Renjun.

"Haechan! Gue bercanda doang astaga! Mana ketiak lo bau lagi! Lepasin nggak!" Teriak Renjun.

Mereka tertawa melihat tingkah Renjun dan Haechan.

"Giselle sama Aeri nggak boleh pacaran dulu ya. Fokus sama sekolah dulu. Kalian yang mau dapetin Giselle atau Aeri, boleh aja. Tapi jangan pacaran dulu ya. Biarin Giselle sama Aeri fokus sama pendidikan dulu." Jelas papi Ken.

"Tuh, dengerin tuh." Ucap Haechan, yang tertuju pada Jaemin dan Jeno.

"Kalo kuliah boleh om?" Tanya Jeno.

"Kuliah juga nggak boleh. Biar Giselle sama Aeri bisa fokus sama kuliahnya, dan lulus cepet. Giselle sama Aeri boleh pacarannya nanti kalo udah lulus kuliah aja ya sayang." Ucap papi Ken dengan mengelus kepala Giselle.

"Oke, papi." Giselle dan papi Ken jalan bareng menuju mobilnya. Haechan menatap Jeno dan Jaemin dulu, "Rasain tuh." Haechan memeletkan lidahnya dan berlari untuk menyusul om Ken dan Giselle.

Karina tertawa kecil, "Kasian, harus nunggu Giselle lulus kuliah dulu, baru bisa kalian ajak pacarin."

Renjun tertawa keras, "Hahaa, mampus lo pada."

"Lah, lo kan juga sama kan kayak kita. Harus nunggu Aeri lulus kuliah dulu, baru lo bisa pacarin." Ucap Jeno.

"Gue tadi cuma bercanda aja elah. Kagak beneran gue suka Aeri. Masa iya, baru sekali ketemu waktu di acara Camp, gue langsung naksir." Ucap Renjun.

"Ya siapa tau aja lo baru rasain cinta pandangan pertama." Ucap Jeno yang terkekeh kecil.

"Yaudah deh nggak apa-apa. Gue mulai pedekate sama Gisellenya mulai sekarang aja. Biar pas lulus kuliah, gue bisa langsung ngelamar Giselle." Ucap Jaemin dengan tersenyum dan langsung berjalan meninggalkan ketiga temannya.

AERISELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang