"Loh tuh siapa, Na?." Tunjuk Lily pada sesuatu yang bergerak di dekat jurang.
Nana langsung saja mengarahkan senternya ke sesuatu itu. Dan ternyata, itu adalah seorang gadis yang berusaha merangkak untuk naik ke atas.
"Na, itu manusia kan?." Tanya Lily ragu.
"Pasti lah. Nggak mungkin hantu. Udah ayo kita bantuin. Kasihan itu." Nana berjalan mendekati orang itu. Lily pun mengikutinya.
"Mba, ayo pegang tangan gue ya. Gue bantu." Nana mengulurkan tangannya pada seseorang gadis itu. Gadis itu berusaha meraih tangan Nana, tapi tetap saja tidak sampai.
"Ly, lo pegang badan gue. Gue bakal berusaha nurunin badan gue, supaya tangan gue sampe ke dia."
Lily pun menurut. Tangannya melingkar di perut Nana. Nana mulai menurunkan tubuhnya agar tangannya bisa meraih tangan gadis itu. Hingga akhirnya, tangan mereka pun tertaut. Nana langsung saja memberi kode ke Lily untuk menarik tubuhnya. Lily yang paham akan kode tersebut, langsung saja menarik tubuh Nana. Seorang gadis itu pun ikut tertarik ke atas.
Nafas gadis itu tampak tersendat-sendat. Mungkin karena kelelahan. Lily berbisik pada Nana, "Na, itu beneran manusia kan?." Tanya Lily, karena ia melihat gadis itu terus menunduk hingga rambutnya yang tergerai berantakan menutupi wajahnya.
"Iyalah, manusia. Lo nggak denger nafasnya?!." Jawab Nana. Lily pun hanya mengangguk.
Gadis itu mulai mengangkat wajahnya, dan terlihatlah wajahnya. "Thanks ya, udah bantuin gue." Gadis itu tersenyum pada Nana dan Lily.
Nana dan Lily mematung. Pasalnya, gadis yang baru saja mereka tolong adalah Aeri.
"Aeri!." Panggil Lily. Ia langsung saja mendekat ke arah Aeri. "Lo nggak apa-apa kan?."
Raut wajah gadis itu terlihat kebingungan, "Aeri? Nama gue Giselle. Bukan Aeri." Aku gadis itu.
"Ha? Ri? Lo pasti masih syok ya? Sampe ngomong nggak jelas gini." Ucap Lily.
"Lo kok bisa sampe sini duluan sih? Harusnya kan lo masih jauh dibelakang kita?." Tanya Nana yang merasa heran. Bukannya Aeri itu kakinya sakit dan merasa capek, jadinya istirahat dulu? Dan ia dengan Lily pun meninggalkannya? Lalu, bagaimana bisa Aeri sudah sampai disini duluan dengan keadaan hampir jatuh ke jurang?
"Lo pasti lewat jalan pintas lain ya? Ngaku lo?! Mau gue aduin ke guru apa karena lo udah coba curang dengan lewat jalan pintas, bukan jalan yang udah ditentuin sekolah kita?" Tuduh Nana.
Oke, cukup. Sekarang Giselle beneran kebingungan. Aeri? Curang? Sekolah kita? Giselle saja tidak kenal mereka. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
"Udah, Na. Lo jangan ngomong sembarangan. Kasihan tuh Aeri kebingungan mukanya." Ucap Lily yang melihat wajah Giselle kebingungan.
"Kalo gue tau itu lo, nggak bakal gue tolongin lo!." Ucap Nana lalu pergi begitu saja meninggalkan Lily dan Giselle.
"Tuh orang kenapa sih? Nolongin nggak ikhlas banget. Mana sok kenal lagi. Oy! Nama gue Giselle ya! Bukan Aeri! Inget itu!." Teriak Giselle pada Nana yang sudah berjalan lumayan jauh. Lily yang masih disamping Giselle pun bingung.
"Ri, lo nggak amnesia kan?." Tanya Lily.
"Lo lagi. Nama gue Giselle. Bukan Aeri. Gue nggak amnesia. Gue belum pikun." Kesal Giselle.
"Fiks, lo amnesia. Udah lo ikut gue aja. Kita harus cepet-cepet sampe ke tenda kita, biar lo bisa diperiksa dan diobatin." Lily terus menggandeng Giselle.
"Senter yang gue kasih ke lo dimana? Udah jatuh ke jurang ya?." Ucap Lily disela-sela mereka berjalan bersama mengejar Nana.
"Gue dari awal ke sini nggak pegang senter. Dan gue pun baru ketemu sama lo barusan." Jawab Giselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
AERISELLE
FanfictionTentang Aeri dan Giselle yang mempunyai wajah mirip namun memiliki gaya yang berbeda.