Hari ini adalah hari terakhir Star High School di Bumi Perkemahan. Karena sudah ada lima hari mereka bercamping.
Giselle, Karina, Lia, dan Yeji sudah membereskan barangnya masing-masing. Sekarang tendanya benar-benar sudah kosong.
Karina melihat Jeno sedang berjalan sambil membawa ember berisi air.
"Jeno!" Panggil Karina dengan melambaikan tangannya pada Jeno sebagai tanda untuk menyuruhnya kemari.
"Ada apa?" Tanya Jeno.
"Lo bongkarin tendanya dong."
"Loh, itu kan tenda lo sama kelompok lo. Yang bongkarin lo sama temen kelompok lo dong." Tolak Jeno.
"Ish." Dengus Karina. Karina berjalan mendekati Jeno dan menggandengnya untuk sedikit menjauh dari tempat Giselle berada lalu berbisik, "Lo nggak mau caper apa sama Giselle?" Bisiknya dengan menaik turunkan alisnya.
Jeno tampak berpikir sebentar. Ada benarnya juga kata kakak sepupunya ini. Tapi, ia melihat ember berisi air ditangannya. Ia harus cepat-cepat mengantarkan seember air ini ke Pak Sam, karena katanya beliau lagi butuh air ini.
"Mikir apa lagi? Cepetan bongkarin." Suruh Karina yang gregetan sendiri.
"Ntar dulu. Gue mau ngasih air ini dulu ke Pak Sam."
"Yaelah. Siniin embernya. Biar gue aja yang ngasih ke Pak Sam."
Jeno pun menurut, dia mengoper embernya pada Karina. Karina kembali berjalan mendekati Lia dan Yeji.
"Li, lo gandeng temen lo gih." Pinta Karina yang langsung dituruti Lia. Lia menggandeng tangan Yeji.
"Nah, ayo sekarang kalian ikut gue." Karina menggandeng tangan Lia dengan tangan kirinya karena tangan kanannya sudah menggenggam satu ember berisi air. Mereka bertiga berjalan menjauh meninggalkan Giselle dan Jeno yang masih ada di tempat.
"Lah? Kok gue nggak diajak sih!" Dumel Giselle.
"Selle, gue bongkarin tenda lo dulu ya." Ucap Jeno yang langsung saja mengeksekusi tendanya.
Giselle langsung saja mendekati Jeno, "Eh, gue bantuin ya, Jen."
"Nggak usah. Lo duduk manis aja. Biar gue sendiri aja."
"Ihh. Jangan gitu dong. Ini kan tendanya punya gue sama kelompok gue. Harusnya yang bongkarin itu gue sama yang lain. Lagian itu si Karina gimana sih. Dia yang nyuruh lo buat bantu bongkarin, tapi dianya malah pergi. Harusnya kan dia juga ada disini buat bantuin lo. Ya kan?"
Jeno tertawa mendengar ocehan Giselle. "Karina mah emang kayak gitu. Udah biasa. Udah deh Selle, lo mending duduk manis aja. Serius nih gue. Gue bisa sendiri, Selle. Jangan di bantu."
"Ihh. Gue nggak enak Jeno."
"Enakin aja Giselle. Dah sono pergi, jauh jauh dari gue." Usir Jeno agar Giselle menurut.
"Dih lo ngusir gue? Yaudah, ini beneran kemauan lo ya.. jangan bilang kalo gue jahat karena gue nggak bantuin lo. Inget! Ini kemauan lo!" Akhirnya Giselle benar-benar duduk manis dengan melihat pemandangan seorang Jeno membongkar tenda yang ukurannya cukup besar.
Tiba-tiba saja Jeno merasa grogi karena dillihatin Giselle begitu. Sampai akhirnya dia tanpa sengaja terkena pasak tenda hingga telapak tangan kirinya terluka.
Giselle yang sadar akan hal itu segera berlari dan mendekati Jeno. "Jeno, tangan lo luka. Tangan lo harus segera diobati. Mendingan lo langsung ke tenda darurat aja deh. Biar tangan lo bisa diobati secepatnya."
"Bentar. Gue bakal selesaiin ini dulu. Kalo udah selesai, baru gue ke tenda darurat. Lagian, cuma luka kecil doang Giselle."
"Tapi nanti bisa infeksi Jeno! Kalo sudah infeksi, luka sekecil apapun bisa jadi bahaya. Obatin sekarang nggak!" Suruh Giselle.
"Iya, okay. Gue bakal obatin nih luka. Tapi nanti habis selesaiin bongkar tenda kelompok lo dulu." Ucap Jeno yang masih ngeyel.
"Gue bilang sekarang Jeno!" Perintah Giselle dengan penuh tekanan.
"Udah, lo langsung pergi ke tenda darurat aja Jen. Obatin luka lo. Biar yang lanjut bongkarin tendanya, gue aja." Ucap Jaemin yang baru saja datang.
"Nahh, udah ada Jaemin kan. Cepetan sana obatin dulu." Ucap Giselle.
Jeno menghela napasnya pasrah. "Yaudah, kalo gitu.. gue pergi dulu."
Jeno berlalu pergi. Giselle menatap punggung Jeno yang berjalan menjauh. Lalu berganti ia menatap Jaemin yang sudah mulai eksekusi tendanya.
"Jaemin. Gue tinggal dulu boleh nggak?"
Jaemin menoleh, "Lo mau kemana emangnya?"
"Gue mau susul Jeno. Mau bantu ngobatin tangannya. Ntar kalo udah selesai, gue bakal balik ke sini lagi kok."
"Oh.., yaudah boleh." Mendengar jawaban dari Jaemin, Giselle langsung saja lari menyusul Jeno.
Jaemin yang ditinggal sendiri itu hanya menatap kepergian Giselle, "Duhh. Pengin cemburu, tapi siapa lah gue ini.."
Karena tidak mau meratapi nasib, ia kembali fokus untuk membongkar tenda Giselle dan kawan-kawan.
✷‿✷
"Jeno!"
Jeno menoleh ke belakang, dan yang ia lihat adalah Giselle yang berlari mendekatinya.
"Loh, Selle. Kok lo di sini? Mau ngapain?" Tanya Jeno.
"Gue mau bantu ngobatin luka lo." Giselle menggandeng tangan Jeno dan mengajaknya masuk ke dalam tenda darurat. Giselle membuka lemari obat dan mencari obat merah, alkohol, beserta kapas dan plester luka. Giselle mengambil segelas air mineral kemasan untuk digunakan membersihkan lukanya Jeno nanti.
"Duduk Jen." Perintah Giselle dengan menunjuk kursi yang ada disamping Giselle. Giselle membersihkan tangannya dulu sebelum mulai mengobati Jeno.
Giselle meraih telapak tangan kiri Jeno. Ia membersihkan dulu lukanya dengan air mineral kemasan gelas lalu mengelapnya dengan kapas bersih.
Selanjutnya Giselle mencelupkan kapas lain ke dalam alkohol untuk membersihkan area sekitar luka dengan pelan dan lembut.
Setelah lukanya sudah bersih dan kering, Giselle mengoleskan obat merahnya pada luka itu dengan lembut. Lalu menutupnya dengan plester luka.
Jeno yang sedang diobati itu hanya diam tanpa mengaduh kesakitan. Dirinya terlalu fokus memandang wajah Giselle yang sedang serius dari dekat. Wajahnya begitu cantik sekali. Jeno senang mendapatkan momen ini bersama Giselle, ya walaupun tangannya harus terluka. Berterimakasih lah dengan pasak tenda yang sudah mekukai telapak tangan Jeno.
"Udah, Jen." Ucap Giselle dengan tersenyum.
"Thanks ya, Selle."
"Sama-sama."
Jeno memandang hasil kerja Giselle, "Rapi juga lo ngobatin luka gue. Udah biasa ya lo ngobatin ginian?"
"Nggak juga. Gue paham dikit-dikit tentang ngobatin ginian."
Jeno mengangguk-angguk mendengar jawaban Giselle.
"Oh iya, kita langsung ke tempat tenda gue tadi yuk. Susulin Jaemin, dia udah beres belum bongkarin tendanya." Ajak Giselle yang menggandeng tangan Jeno. Jeno sih hanya ngikut aja ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AERISELLE
FanfictionTentang Aeri dan Giselle yang mempunyai wajah mirip namun memiliki gaya yang berbeda.