LXV

3.8K 151 3
                                    

"Mohon bantu saya ...."

Lasmi tertegun melihat Arhan tiba-tiba berlutut di hadapannya.

"Saya tidak tahu harus apa lagi. Saya tidak ingin kehilangan istri saya."

"Tuan ...." Lasmi menghela napas panjang. "Saya merasa tidak pantas menjadi seorang ibu. Tuan tahu bahkan saya kehilangan anak karena saya seorang ibu yang buruk."

"Saya mohon ...." Arhan tidak bergeming dari tempatnya. "Dokter berkata jika dia bersama saya, ketakutan itu mungkin akan lebih parah dan dia tidak akan segera pulih."

"Saya tidak bisa, Tuan. Setelah kehilangan putri saya, saya bahkan tidak sanggup melihat diri saya sendiri. Saya tidak akan bisa menjaga istri, Tuan."

"Saya mohon ... saya tidak punya siapa-siapa lagi. Hanya Anda yang bisa saya mintai pertolongan. Saya tidak ingin kehilangannya lagi."

Lasmi spontan menghela napas, dia tidak kuasa melihat kesedihan pada mata Arhan.

Selama ia mengabdi pada keluarga Arhan, Lasmi tidak pernah melihat Arhan menampakan ekspresinya.

Namun, hari itu Lasmi bisa melihat dengan jelas apa yang Arhan rasakan. Seolah tembok yang Arhan bangun setelah orang tuanya meninggal runtuh seketika.

"Saya mau membantu dengan satu syarat ...." Lasmi menatap lurus ke depan. "Saya ingin dia menjadi anak saya, Khayla."

***

"Kenapa kamu menerima permintaan Kakak?"

Arhan tersenyum. "Jika saya jawab jujur apa kamu akan percaya?"

"Memang apa jawabannya?" cicitnya bingung. "Kenapa saya tidak percaya? Kalo jawabannya karena kamu berutang budi pada kakak, maka saya akan membebaskan kamu dari utang itu."

"Kamu bisa pergi dari sini dan kembali memulai hidupmu."

"Tanpamu?"

Gadis itu spontan mengangkat kepalanya.

"Karena setiap melihat kamu, saya semakin jatuh hati pada Sang Pencipta."

"Saya pernah merasakan hidup tanpa melibatkan Tuhan dan itu terlalu berat. Hidup ini sulit, saya tidak bisa jika harus hidup tanpa Tuhan lagi."

"Kamu membantu saya untuk menapaki jembatan itu dan karena itu Allah mengirimkan perasaan ini di hati saya."

"Maksud kamu?"

"Saya mencintaimu karena Allah."

"Maukah kamu menikah dengan saya dan hidup bersama saya?"

Ingatan Arhan berhenti bertepatan dengan mobilnya yang juga berhenti di sebuah kafe. Arhan bergegas turun dari mobil untuk segera bertemu Prisil.

Di dalam kafe, Prisil sudah menanti Arhan. Prisil duduk di salah satu kursi yang terletak di sudut kafe.

"Bisa beri tahu saya apa informasi yang kamu ketahui tentang Khayla," kata Arhan to the poin.

Prisil yang sedikit terkejut dengan kedatangan Arhan, terenyak sesaat sebelum menyambut kedatangan bosnya itu.

"Maafkan saya karena meminta Bos datang ke kafe ini. Saya hanya merasa kalo ini harus saya katakan pada Bos secara langsung."

"Saya tidak tahu sekarang Khayla di mana sekarang. Tapi sebelum Khayla menghilang dia mengirimkan saya pesan. Soal ibunya dan soal ..." Prisil terdiam sesaat.

"Tingkah gila bos," sambung Prisil.

Prisil kembali diam sesaat untuk memberikan Arhan kesempatan merespon perkataannya, tapi Arhan tidak menyahut hanya diam mendengarkan.

Nikah Atau Potong Gaji ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang