Dengan perut keroncongan dan emosi meluap aku berjalan gontai keluar dari kantor.
Kepalaku terasa pusing, efek belum makan siang. Namun, bukannya mencari warteg terdekat, aku malah memilih duduk di halte bus, diam memandangi lalu lintas jalan yang ramai lancar.
Sesekali aku memperhatikan beberapa orang random yang nampak sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, berjalan cepat dengan wajah tegang.
Tidak terasa sepuluh menit berlalu begitu saja, rasa marahku sudah lebih mengecil dari sebelumnya. Aku menghela napas berat, rasanya sangat sulit untuk kembali ke kantor bertemu bos gila dan tatapan sinis para karyawan.
Sungguh itu membuatku tidak nyaman.
"Gue harus resign bulan ini !" tekadku kali ini sangat bulat, lebih bulat dari tahu bulat.
Sebelumnya, aku masih maju mundur untuk berhenti. Satu-satunya yang tidak aku suka dari kantor hanyalah Arhan, boskku.
Selebihnya, ini pekerjaan impianku. Jenjang karir yang stabil dan tentunya gaji yang sangat cukup atau mungkin lebih untukku.
Bisa masuk di perusahan sebesar HG compay merupakan impian semua orang, termasuk aku.
Saat lulus dalam seleksi masuk yang begitu ketat, rasanya aku seperti manusia beruntung dari ratusan pelamar lain.
Aku berjingkrar girang saat melihat namaku tertera di daftar karyawan yang diterima. Aku tidak peduli kalo saat itu aku tengah berada di cafe.
Dapat kurasakan debar bahagia itu sekarang meski telah satu tahun lamanya. Mirisnya, sekarang aku harus melepas semua begitu saja hanya karena Arhan Dirga ?
Ini gak adil ! Tapi aku bisa apa? Aku menghela napas keras, berharap bersamaan hembusan nafas itu semua bebanku juga akan menghilang.
"Kayaknya bakal hujan nih ...." Aku mendongak menatap langit yang tidak sebiru saat aku keluar dari kantor.
Jalanan pun mulai legah, hanya di dominasi kendaraan bermobil dan beberapa motor saja. Beberapa pejalan kaki sudah menepi mengantisipasi hujan yang tiba-tiba menguyur.
Inilah kondisiku sekarang. Aku terjebak hujan di halte dengan keadaan perut keroncongan dan rasa nyeri lambung yang mulai terasa.
"Oke ... hujan itu anugerah, gue gak boleh ngomelin hujan cuma karena gue kesel sama tuh bos gila." Aku berujar pelan sembari menghembus nafas berkali-kali untuk menetralkan hati.
"Hm ... rasanya udah lama gak mandi hujan .... " Aku mulai tertarik memandangi rintik hujan yang turun teratur dari langit.
Aku tersenyum kecil, seperti terhipnotis meneruskan langkah, meninggalkan halte.
Entah kapan terakhir kali aku merasakan sensasi dingin yang menyengakan ini. Langit kembali menampilkan keindahannya setelah mendung menghilang.
Tubuhku terasa seperti kapas yang ringan, aku jadi ingin menari-nari di bawah hujan. Menikmati semua ini, melepas semua penat yang ada.
Kebahagianku itu sirna saat sebuah
mobil tiba-tiba berhenti di hadapanku, entah kenapa perasaan tidak enak menyeruap di benakku. Aku seperti mengenal mobil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Atau Potong Gaji ?!
ChickLit"Nikah atau potong gaji ?!" Pertanyaan yang terus Khayla dengar setiap kali bertemu bosnya, Arhan. Jika kalian berpikir, Arhan itu semacam om-om berperut buncit dengan wajah yang tak enak di pandang serta otak mesum yang menjijikkan. Kalian salah be...