LXVIII

4.2K 157 2
                                    

Dimana aku?

Aku berada di ruangan kosong serba putih. Tidak ada apa-apa di sini. Terasa hampa dan dingin.

"Siapa pun tolong saya!" Suaraku bergema, memantul lalu hilang.

"Gina!" Suaraku kembali memantul.

Tempat apa ini? Terasa tidak asing. Aku terus berlari, tanpa menemukan apa pun. Semakin aku berlari, semakin aku merasa terjebak di dalamnya.

"Apa boleh saya sekarang memanggilmu hubby?"

"Tentu saja ...."

"Hubby? Siapa di sana? Apa ada orang di sini?" Aku berlari mengejar asal suara yang kudengar.

"Hallo, apa ada orang di sana?"

"Tolong jawab saya ..."

Hening.

"Saya tidak tahu ada di mana?"   Aku kembali melangkah ke arah sumber suara yang kudengar tadi.

Tiba-tiba ...

"Awas!"

"Dor ...."

Tiba-tiba dua orang berlari melewatiku begitu saja. Mereka seolah tidak melihat keberadaanku di sana.

"Arhan?" Aku terperanjat saat melihat wajah pria yang melewatiku. Aku sangat yakin itu Arhan.

"Kita harus pergi dari sini."

"Tidak! Saya tidak akan meninggalkan kakak saya!"

"Kakak kamu sudah berusaha melindungi kamu, jika kita kembali ke sana, itu sama saja seperti menyia-nyiakan usahanya."

"Kalo kamu takut tidak perlu, biar saya saja. Saya tidak akan membiarkan kakak saya sendirian di sana."

Gadis itu berbalik, wajahnya langsung bertemu tepat di depan wajahku.

"Gak mungkin!" Aku spontan mundur ketakutan, tidak ada kaca di sana, tapi krnapan aku melihat pantulan wajahku sendiri.

"Tidak! Kamu tidak boleh ke sana. Kita harus pergi dari sini sekarang!"

"Tapi, Hubby ..."

"Hubby?"  Kepalaku mendadak sakit.

Tiba-tiba aku melihat ada banyak sekali klip seperti foto yang berterbangan masuk di kepalaku, membanjiri kepalaku, foto itu berputar satu persatu.

"Sah ..."

"Mulai sekarang boleh saya panggil kamu hubby?"

"Awas!"

"Asyha!"

Saat aku membuka mata, aku melihat diriku sendiri di ujung mulut jurang, bergelantung pada ranting yang rapuh. Aku histeris berusaha menolongnya ....

Apa ini ...

Tidak ....

***

Hey ...
Save nomor ponsel baru saya.
Arhan.

Gina menatap layar ponselnya, tidak percaya. Dua bulan sudah ia jalani hidupnya tanpa percikan jiwa, jiwanya seolah menghilang bersamaan dengan hilangnya Arhan.

"Siapa Anda? Berhenti menipu saya!" Gina mengeram, tangannya sudah hendak menghempas keras ponsel itu ke lantai, tepat di saat itu panggilan masuk.

Panggilan itu terangkat sendiri.

"Hey ... apa setelah dua bulan kamu lupa pada saya? Sahabatmu sendiri?"

Gina tertegun. Hati seolah berhentik berdetak, ada perasaan membuncak tinggi di dadanya membuat lidahnya keluh seketika. Itu suara orang yang sangat ia rindukan.

Nikah Atau Potong Gaji ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang