XVI

6.2K 284 23
                                    

"Bunda harus jawab Khayla ! Khayla tahu kalo Bunda pasti dipaksa bos Arhan buat ngejual Khayla .... sebenarnya apa yang terjadi sama Khayla, Bun? Kenapa Bunda mau ngejual Khayla ke Bos Arhan?"

"Ngejual kamu?" ulang Bunda, memastikan, aku mengangguk mantap.

Bunda kembali menatapku, sedetik berikunya, Bunda tiba-tiba tertawa.
Sekarang giliran aku menatap bingung bunda.

"Kenapa gak kamu tanyain dari kemarin? Bunda kira kamu gak liat Bos Arhan datang ke sini, makanya bunda pikir itu  gak penting buat diceritai."

"Jadi, Bunda gak ngejuali Khayla ?"

"Sayang, mana mungkin bunda ngejual kamu ke Bos Arhan, itu gak masuk akal. Malah, kalo kamu suka sama bosmu itu, dengan senang hati bunda jadiin bosmu sebagai menantu Bunda. Gratis, tanpa bayar sepeser pun."

" Bunda ...." protesku cepat.

Bunda terkekeh pelan melihat wajahku yang spontan memberengus mendengar jawaban bunda. Jika dipikir-pikir, apa yang bunda katakan jauh lebih masuk akal ketimbang pertanyaanku barusan.

"Lalu dari mana Bunda dapat uang buat beli apartemen ?"

"Itu uang tabungan hasil kerja bunda selama ini. Bunda gak tega liat kamu takut telat terus.  Makanya, bunda putusin buat cari apartemen yang dekat dengan kantor kamu."

"Dan soal surat keterangan pengganti Ijasah SD kamu, Bunda minta maaf ya ... itu memang bukaan surat keterangan asli. Bunda sengaja cepat-cepat membuatnya supaya kamu gak kepikiran terus." 

"Hm, maafin Khayla, Bun. Khayla gak maksud buat bunda sedih ..." 

"Ya udah gak papa, Sayang. Yang penting sekarang semua udah jelas." 

***

Aku pikir, pindah ke apartemen bagus yang terletak di dekat kantor merupakan kabar terbaik yang bisa kusampaikan pada Prisil. Namun, aku salah, ada banyak kabar baik yang harus aku sampaikan pada Prisil.

"Khayla, ngapain lo duduk di bangku ini ?" tanya Prisil kebingungan saat aku menjatuhkan diri di kubik kerja sebelahnya. Kubik kerjaku dulu.

Aku tersenyum simpul, lalu menujukkan layar ponselku pada Prisil. "Baca deh ...."

Prisil dengan segera membaca pesan yang Arhan kirim padaku, lima menit berikutnya, mata Prisil seketika terbelalak. Persis seperti ekspresiku tadi pagi saat pertama kali melihat pesan dari Arhan.

"Lo serius? Bos Arhan balikin lo jadi ke posisi awal ?" ulang Prisil.

Aku mengangguk antusias. "Gue gak tahu Bos Arhan kesambet jin apa, tapi gue benar-bener bahagia banget dapat kabar ini. Akhirnya Bos Arhan berhenti juga dengan pikiran dan peraturan gilanya itu."

"Peraturan gila ? Maksud lo, Bos Arhan nyabut peraturan setiap karyawan yang berpapasan samo lo wajib nyapa lo ?" Prisil menatapku tidak percaya.

"Itu kabar baik selanjutnya .... "

Semua orang tahu betul, bagaimana keras kepalanya Arhan dalam mempertahankan peraturan konyol itu. Dia bahkan tidak peduli sekali pun harus bertentangan dengan para  pemegang saham. Peraturan itu tetap ada.

Dan sekarang, tanpa protes dari siapa pun, Arhan mencabut peraturan itu. Ini merupakan salah satu keajaiban yang tidak pernah kuduga.

"Sekarang, gak akan ada lagi senyum fake, sapaan palsu. Ini waktunya gue menikamati masa indah di kantor !" seruku sangat bersemangat.

"Tapi, gue masih bingung. Kenapa Bos Arhan tiba-tiba ngelakuin ini ?"

"Gue rasa ini efek jatuh cinta ... "

Nikah Atau Potong Gaji ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang