LXIV

3.6K 144 3
                                    

Pov Ketiga

"Saya terima nikah dan kawinnya Asyah binti Imron dengan mas kawin seperangkat alat salat di bayar tunai."

"Sah ..."

"Saya mencintaimu ..."

"Tolong, jangan pernah pergi dari saya."

"Saya titipkan ia padamu sekarang..."

"Apa mungkin kita akan selalu bersama?"

"Tetaplah bersama saya ..."

"Saya juga mencintaimu ...."

"Tolong saya!"

"Asyha !"

"Tolong saya, Arhan!"

"Asyha!"

Arhan tersentak dari tidurnya, air mata langsung mengalir jatuh dari matanya.

Sudah tidak terhitung kapan Arhan menangis, bantal yang dia gunakan sudah basah karena air matanya sendiri.

"Maafkan saya. Maaf ...." Arhan terisak, ia pikir semua akan segera berakhir.

Kemarin, semua baik-baik saja. Semua nampak indah. Semua seolah sudah berakhir. Penantiannya telah selesai.

Ia telah bersama gadisnya, tapi hari ini ... semua mendadak lenyap.

Kebahagian itu bagai fatamorgana.
Arhan tidak tahu dimana orang yang sangat dia cintainya sekarang.

"Sekali lagi, saya gagal melindunginya."

Arhan terduduk lemas di lantai. Satu-satunya yang dia punya bahkan tidak bisa ia lindungi. Lalu untuk apa semua ini?

Saat pertanyaan itu datang, Arhan bagai dibawa pada ingatan lamanya.

"Tolong, jangan menyerah untuk tetap hidup .... "

"Minum obat ini, agar kamu bisa segera pulih ...."

"Tapi untuk apa? Saya bahkan tidak punya siapa-siapa yang merindukan saya saat pulang. Dan sekarang, orang berlomba ingin membunuh saya ...."

Gadis itu tersenyum hangat, senyum yang sangat Arhan ingat. Seulas senyum yang memberikan sercecah harapan padanya.

"Jika tidak ada manusia, kamu masih punya Tuhanmu. Tuhan selalu merindukanmu ...."

"Saya bahkan tidak akrab dengan-Nya," sahut Arhan jujur. "Apa kamu bisa membantu saya?"

"Akrab dengan Tuhan-Mu? Tapi—" Gadis itu terlihat bingung mengatakan alasannya, tapi Arhan tahu alasan kebingungannya itu.

"Saya beragama sama sepertimu ...."

"Islam?" Gadis itu bertanya kaget. Arhan menganggap itu sebagai ekspresi lucu yang untuk pertama kalinya membuat ia tertawa setelah 2 bulan lamanya.

Seulas senyum yang Arhan ingin lihat lagi dan lagi. Ya Rabb, bantu hambamu ini ... lirih Arhan.

"Saya tidak akan menyerah ...." Arhan bangkit dari lantai, meraih ponselnya yang terus bergetar di atas nakas.

"Apa ada kabar baik yang harus saya dengar?"

"Baiklah, saya akan ke sana sekarang."

Sercercah harapan kembali menerangi hati Arhan. Arhan berharap kali ini dia berhasil menyelamatkan gadisnya itu.

"Sekarang katakan pada saya siapa yang menyuruh kalian!" teriak Arhan menggelengar memenuhi ruangan gelap itu.

"Kami tidak tahu apa yang Anda maksud."

Nikah Atau Potong Gaji ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang