Sebagai paman Oscar, Sir Donovan pastilah saudara dari Duchess Donovan.
Suasananya agak dingin.
Sir Donovan mentap Oscar dengan sedikit dingin, mempertanyakan apakah boleh tersenyum padaku.
"Oscar. Mengapa kamu disini? Saya pikir sudah waktunya untuk mempelajari Caesarisme."
Meski suaranya berubah. Itu sangat dingin bahkan membuatku takut.
Oscar, lawan bicaranya, menundukkan kepalanya dengan wajah penuh kekesalan.
"Aku sudah menyelesaikan semua tuga yang disuruh oleh Paman."
"Lihat kamu akan langsung bermain karena kamu menyelesaikan tugas yang aku berikan. Siapa yang akan melihatmu sebagai penerus kekaisaran? Kamu, mengecewakan, Oscar Alle Ermâneau. Bukankah Ermâneau akan malu padamu?"
"...."
Sir Donovan mungkin adalah guru Oscar.
'Kalau begitu, apakah pria itu yang membacakan 'Tentang penyakit Bordeauxisme yang diklaim oleh Algor Chekhov' kepada Oscar?'
Oscar masih sangat muda. Bahkan jika dia adalah Kaisar berikutnya, masih terlalu dini untuk membaca buku yang begitu sulit.
Usia enam tahun adalah usia untuk bermain. Jika itu buku, dia seharusnya membaca buku dongeng.
Meskipun dia sebagai Pamannya, dia terlalu kasar.
Ketika aku melihat keatas, Pengasuh tidak terlihat terlalu senang karena dia memikirkan hal yang sama denganku.
'Apa yang harus aku lakukan.'
Tidak banyak yang bisa aku lakukan, tapi aku bisa membantu Oscar.
"Jangan mempermalukan keluarga Kekaisaran dan keluarga Donovan, Oscar. Jika kamu tidak melakukan apa-apa, sebaiknya kamu kembali dan berlatih."
Sir Donovan menembak Oscar secara dingin.
Bahkan Kaisar tidak tegas dengan putranya, mengapa Pamannya begitu keras?
Oscar yang kelelahan berbalik dan berjalan dengan susah payah keluar pintu.
Aku meras tidak nyaman tanpa alasan.
'Hah, mau bagaimana lagi.'
Aku menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tinjuku.
Dan.
"Heuaaang!"
Aku menangis, sangat keras.
Kemudian mata semua orang yang ada di ruangan itu tertuju padaku.
Aku menangis lebih keras.
"Heeeuuuuuung!"
"Ya ampun, beliau tidak pernah menangis jadi kenapa tiba-tiba..."
Pengasuh mulai memeriksaku. Tapi aku tidak mengompol, aku juga tidak lapar.
Bahkan jika dia seorang pengasuh, dia tidak tahu mengapa aku menangis.
Karena aku pura-pura menangis!
Aku menangis untuk Oscar.
Oscar, yang mendekatiku, memegang tanganku erat-erat. Tidak ada lagi rasa takut pada Pamannya di wajahnya yang tersenyum.
"Mabel, tidak apa-apa."
"Eung."
"Tidk apa-apa, berhentilah menangis."
Oscar menenangkanku dengan tenang. Pengasuh, yang ragu sejenak saat aku merentangkan tangan ke arah Oscar, membawaku ke Oscar.
"Kamu baik-baik saja, Mabel, kan?"