Sementara itu, makanan mulai keluar satu per satu.
Sup dalam piring kecil dengan amuse-bouche diletakkan di depanku. (T/N: Amuse-bouche adalah makanan pembuka Perancis yang berukuran sekali gigit.)
Satu-satunya perbedaan antara milikku dan milik kaisar atau milik Oscar adalah ukurannya.
Melihat standar makananku berangsur-angsur membaik membuatku merasa emosional. Aku tidak akan diberikan sesuatu seperti ini beberapa bulan yang lalu, yang berarti aku selangkah lebih dekat untuk menjadi manusia seutuhnya.
'...Sangat enak!'
Supnya luar biasa. Aku memakannya, menikmati kekayaan rasa di setiap gigitan, dan mendapati mangkukku kosong dalam beberapa detik.
"Waw."
Aku kagum. Ini sangat enak.
'Apa hidangan selanjutnya?'
Saat aku menunggu dengan hati berdebar-debar, tiba-tiba aku menoleh karena merasakan tatapan.
"...?"
Estevan dan Oscar menatapku dengan tatapan panas.
Entah kenapa, mereka belum menyentuh makanan itu.
Pandanganku sekilas tertuju pada sup mereka. Mereka mendorong piring itu ke depan pada saat yang sama seolah-olah mereka sedang menunggu.
"Makan ini juga, Mabel."
"Makan lebih."
"...ung?"
Ayah dan anak saling bertukar pandang, meninggalkanku terjebak di tengah suasana yang tidak biasa
'Apakah ini semacam kontes menatap?'
Hubungan keduanya telah tumbuh sedikit lebih baik dibandingkan ketika aku pertama kali lahir, meskipun mereka berdua masih menjaga jarak secara emosional satu sama lain. Jadi mengapa mereka mulai bertengkar karena hal ini?
Bahkan pada tatapan tajam dari bupati kaisar. Oscar menolak untuk mundur dan merespons dan merespons dengan tatapan tajamnya sendiri.
Ini adalah situasi yang meresahkan, terjebak di antara keduanya hingga mereka seperti ini.
'Kenapa...kenapa mereka begitu terobsesi memberiku makan?'
Aku bingung dan menarik piring yang mereka berdua keluarkan.
"Temwasih awtas akwananywa!" (Terima kasih atas makanannya!)
'Terserah. Aku hanya akan memakan semuanya.'
Ini adalah masalah yang bisa diselesaikan dengan memakan keduanya. Seperti yang diharapkan, memakan kedua mangkuk sup meredakan ekspresi Estevan dan Oscar.
"Makan perlahan."
"Mabel. Apakah itu enak?"
Mata kedua pria itu hanya tertuju padaku yang sedang makan sup. Saat aku mengangguk, Estevan dan Oscar tersenyum.
'Wajah tersenyum mereka sangat mirip. Seperti ayah seperti anak.'
Sementara itu, hidangan berikutnya keluar. Aku tidak tahu jenis ikan apa itu, tapi itu adalah ikan putih panggang dengan mentega. Kali ini porsi masakanku dipotong kecil-kecil agar lebih mudah dimakan.
Aku sedang makan hidangan ikan dengan sisa sup yang diberikan kepadaku. Sekali lagi, aku bisa merasakan mata panas dari depan dan samping.
"...Engapwa?" (...Mengapa?)