Bab 36 Big Dog, Small Dog

32 4 0
                                    

"Selamat malam, Yang Mulia."

"Nwanni uga, tidul enyak." (Pengasuh juga, tidurlah yang nyenyak.)

Aku memejamkan mata, dan Pengasuh mencium pipiku, menutupiku dengan selimut, dan keluar.

Buk, Buk.

Hanya suara detak jantungku yang terdengar. Aku menghabiskan waktuku memandangi langit-langit yang redup dengan tenang.

'Hm. Apa yang harus aku lakukan?'

Aku belum memutuskan apa yang harus kulakukan dengan catatan yang dikirimkan Aidan. Aku berpikir untuk menunjukkannya pada Lisandro sekitar 0,1 detik, tapi aku segera membuang pikiran itu.

'Aku tidak bisa memberi tahu mereka bahwa aku bisa membaca. Bahkan jika aku berpura-pura hanya menerima surat itu, aku tidak akan bisa memberitahunya bagaimana aku mendapatkannya.'

Ada banyak kesulitan bagi seseorang yang mempunyai banyak rahasia.

"Hah."

Itu adalah malam yang penuh dengan desahan mendalam.

Saat aku terjaga sepanjang malam dengan mata terbuka, fajar segera tiba. Setelah banyak pertimbangan, aku memutuskan untuk keluar sebentar.

'Jika kamu akan membunuhku, kamu pasti sudah melakukannya.'

Aku melepas selimut dan mengaturnya seolah-olah ada seseorang yang berbaring di dalamnya untuk berjaga-jaga jika Lissandro atau pengasuhnya masuk.

"Wagus." (Bagus.)

Setelah berkeringat tanpa alasan, aku berjalan perlahan menuju balkon.

Berderak-.

Setelah membuka pintu, aku menjulurkan kepalaku keluar, tapi tidak ada seorang pun di sana.

"Iya dak tetini?" (Dia tidak di sini?)

Aku berjalan keluar tanpa alas kaki. Aku mendengar teriakan burung hantu memburu mangsanya.

Tampaknya itu adalah sebuah catatan yang tidak berarti apa-apa.

"Ah, dwingin... ung?" (Ah, dingin... ung?)

Sesuatu muncul di hadapanku saat aku menghentakkan kakiku.

"Bwua antwong?" (Sebuah kantong?)

Ada sebuah kantong di sudut. Ketika aku mengambilnya, itu berat dan terdengar bergemerincing.

'...Apaka ini seperti yang aku pikirkan?'

Jantungku mulai berdebar kencang. 

Segera setelah aku membuka kantongnya, yang bisa aku lihat... hanyalah koin emas dan permata!

"Ah!"

Aku menutup kantong itu karena terkejut. Aku merasa seperti aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya kulihat.

'Apakah ini asli?'

Aku mengumpulkan keberanianku dan dengan hati-hati membuka kantong itu lagi. Koin dan permata emas yang cemerlang menyambutku.

'Wow. Sekarang ini benar-benar seperti apa yang aku inginkan sebagai hadiah."

Jika ini benar-benar sebuah hadiah, tidak ada hadiah yang lebih sempurna.

Uang. Emas. Perhiasan. Jika itu bukan barang curian, selalu bisa digunakan!

Aku melihat sekeliling lagi untuk berjaga-jaga, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Aku menyelipkan kantong itu ke kamarku dan melihat sekeliling.

Tapi yang bisa kulihat hanyalah malam yang gelap dan lantai yang gelap.

'Terserah. Mari masuk dan kembali tidur.'

Bayik TiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang