"Guhtab, tmpwat sepelti apwa ituw Abelaldwo?" (Gustaf, tempat seperti apa itu Abelardo?)
Gustaf Druvalle, ajudan bayi Kaisar, sedang menghadapi krisis terbesar dalam hidupnya!
Dia bertanya balik dengan wajah pucat, "Ya...?"
"Abelaldwo!" (Abelardo!)
Gustaf sangat terpukul karena dia tidak salah dengar.
Gustaf semakin putus asa sekarang karena dia tahu dia tidak salah dengar untuk pertama kalinya.Selama dua tahun terakhir, Mabel telah bertemu orang-orang dari Abelardo beberapa kali, namun dia tidak pernah bertanya tentang negara tersebut sampai sekarang. Kenyataan itu telah melegakan mantan kaisar, kekaisaran secara keseluruhan, dan kedamaian dalam pekerjaan dan kehidupan Gustaf sendiri.
'Mantan kaisar sangat waspada terhadap Abelardo jika mereka mencoba mengambil Mabel darinya.'
Jadi perdamaian tetap terjaga, tetapi apa yang akan terjadi pada akhirnya akan datang.
Gustaf tersenyum seolah tertarik dan gemetar.
"Ahaha. Abelardo...Mari kita lihat. Tempat apa itu?"
"Benwih Tuwhan." (Benih Tuhan.)
"Hup."
Gustav menutup mulutnya saat mendengar kata itu.
Mata bayi Kaisar yang menatapnya sangat menakutkan.
'Yang Mulia benar-benar jenius abad ini. Tapi aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padanya. Kurasa aku harus membujuknya agar tidak menyukai Abelardo.'
Itu sebabnya Gustaf memilih 'kebohongan putih'. Meskipun secara teknis itu adalah penipuan, tindakan seperti itu dianggap dapat ditoleransi demi perdamaian kekaisaran.
'Akan merepotkan jika dia tertarik pada Abelardo.'
Ekspresi Gustaf berubah menjadi kaku dan dia akhirnya mulai menjawab pertanyaan aslinya.
"Jadi,Abelardo adalah... Itu adalah tempat di mana orang-orang paling jahat tinggal."
"Huh...?"
"Mereka bahkan menculik anak-anak kecil dan melakukan hal-hal buruk terhadap mereka. Soalnya, mereka bahkan..."
Gustaf mencoba memikirkan 'perbuatan jahat' yang mudah dipahami dan dalam level anak-anak. Saat itulah dia teringat betapa Mabel sangat menyukai makanan penutup.
"Jadi misalnya mereka tidak memberi kue yang enak dan malah makan di depannya. Membuat mereka kelaparan adalah hal yang biasa terjadi. Hanya untuk anak-anak seusia Yang Mulia!"
"......"
Gustaf menganggap itu adalah ancaman yang pantas, tapi tidak bagi Mabel.
Dia cukup bingung dengan tatapan dingin yang diberikan Mabel padanya.
"Mengapa... Anda melihat saya seperti itu, Yang Mulia?"
"Guthab, kamu sangat buruk dalam bwebohong." (Gustav, kamu sangat buruk dalam berbohong.)
"B-bohong?"
"Twidak ahpwa. ayo." (Tidak apa-apa. Ayo.)
Gustaf menatap kosong ke punggung Mabel saat dia berbalik dengan dingin.
"Saya pikir beliu baru saja melihat saya dengan jijik... Apa saya salah?."
Dia tidak melihat ada yang salah.
***
"Guthab amwu tihdwak bwelghuna." (Gustaf kamu tidak berguna.)
Dia tidak membantu, hanya kartu lain yang harus dibuang.