Bab 2 : Makmum Yang Baik.

80.2K 4.9K 205
                                    

"Banyaknya itu yang paket komplit, kayak Gus Rayyan contohnya," balas Adel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Banyaknya itu yang paket komplit, kayak Gus Rayyan contohnya," balas Adel.

Terdengar hembusan napas kasar dari Farah.
"Kalau yang kayak beliau itu nggak bisa digapai hanya dengan cara berhalu. Bangun, Del. Mimpi ketinggian itu nggak baik."

Adel berdecak.
"Gue nggak cuma halu, ini gue juga lagi berjuang, kok."

"Dengan cara lihatin satu persatu santri putra yang lewat, gitu? Seleksi maksud kamu?"

Adel mengarahkan kedua ibu jarinya pada Farah.
"Pinter."

"Kamu nggak inget sama Qur'an Surah An-Nur ayat tiga puluh dan tiga puluh satu?"

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat," sambung Farah.

Adel terlihat mencerna apa yang baru saja Farah jelaskan.
"Jadi, kalau misal ada yang suka dan mau ngelamar gue, gimana caranya dia lihat muka gue? Kan, itu nggak diperbolehkan."

"Nah, untuk itu sendiri udah masuk ke dalam bab pandangan mata yang disunnahkan." Farah menjeda ucapannya. "Hal ini disandarkan pada hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : "Apabila di antara kalian melamar seorang wanita, maka tidak berdosa baginya untuk melihat hal tersebut, asalkan hal ini semata-mata untuk melamar." (H.R. Ahmad)

"Wah nggak nyangka temen gue calon ustadzah." Adel menatap Farah takjub.

"Nggak harus ustadzah, semua orang bisa selagi dia mau belajar dan mengamalkannya, itulah sebaik-baik ilmu. Nggak kayak kamu, raganya di tempat tapi jiwanya dimimpi," sindir Farah.

Mendengar itu, Adel kembali mengingat perbincangannya dengan Kafka.
"Kalau Mbak itu semakin menunduk semakin mengantuk. Mbak gitu, kan, kalau ngaji?"

"Hei!" Farah menepuk bahu Adel membuat si empu tersadar dari lamunannya. "Malah ngelamun."

"Gue keinget sama Gus Kafka," celetuk Adel tiba-tiba.

"Mau berlayar jadinya?" goda Farah.

"Bukan gitu maksud gue. Mereka, kan, lagi pergi buat lihat keadaan Gus Rayyan. Kira-kira keadaan beliau sekarang gimana? Gue berharap keadaan beliau membaik dan bisa kembali lagi ke pesantren."

"Aku juga berharapnya sama seperti itu. Tapi, Del, keadaan beliau sekarang kembali memburuk," balas Farah mengingat kabar yang baru saja ia dapatkan di ndalem.

"Memburuk gimana?" tanya Adel dengan tatapan khawatir.

"Tadi di ndalem ustadzah Najwa dapat kabar kalau keadaan Gus Rayyan kembali drop, setelah setor hafalan nanti kita akan kumpul untuk acara doa bersama lagi buat kesembuhan beliau."

MUARA KIBLATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang