Entah apa yang gadis itu pikirkan, tetapi Kafka bisa melihat kerapuhan yang teramat dalam di balik mata indah milik sang istri.
"Sini, peluk." Kafka memberi bahunya untuk tempat bersandar, mengusap puncak kepala sang istri yang tengah menumpahkan apa yang kembali gadis itu rasakan.
"Udah, ya? Jangan nangis lagi," kata Kafka, memahami perasaan gadis itu. Ia mengerti ada sesuatu yang kembali gadis itu pikirkan hingga membuat sikapnya selalu berubah-ubah.
Anxienty disorder, dua kata yang cukup familiar dan banyak dari beberapa orang yang mengalami. Meskipun Kafka tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, ia tak akan menutup mata untuk membantu gadis itu terlepas dari bayang-bayang masa lalu.
Kafka melepas pelukan, mengusap sisa air mata yang lagi dan lagi kembali hadir di sana. Setelahnya, ia kembali membawa gadis itu bersandar pada dada bidangnya.
"Segala sesuatu yang terjadi itu adalah qadanya Allah. Entah itu baik atapun tidak, tugas kamu adalah menerimanya. Kamu tahu? Cara Allah mengangkat derajat manusia itu berbeda-beda, mungkin dengan apa yang sudah terjadi di dalam hidup kamu yang menurut kamu sangat berat untuk dijalani, sebenarnya itu adalah bukti kasih sayang Allah sama kamu."
"Walaupun itu sangat berat sekalipun?" Gadis itu kembali membuka suara dengan parau.
"Hem. Bukankah di dunia ini semuanya diciptakan berpasang-pasangan?" Dagu Kafka bertumpu di puncak kepala sang istri. "Dua kali berturut-turut Allah menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Begitu juga dengan sesuatu yang sangat berat sekalipun. Tentu ada kata ringan yang membersamai. Sama halnya dengan kesedihan, pasti akan ada kebahagiaan. Pun sebaliknya. Maka dari itu, alangkah baiknya kita bersikap sewajarnya aja dalam menghadapi segala sesuatu, karena kita nggak tahu apa yang akan terjadi ke depannya."
Setiap kalimat yang keluar terdengar sangat lembut, membuat gadis itu terhipnotis dengan ketenangan yang lelaki itu berikan.
"Tapi ini sangat sangat berat dan saya merasa nggak—"
"Jangan bilang nggak sanggup. Bahwasannya Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan. Itu adalah hal dasar yang bahkan semua orang tau. Itu artinya, segala ujian apapun yang setiap manusia hadapi, pasti ada jalan keluar. Kuncinya tinggal bagaimana mencari jalan keluar itu," potong Kafka.
"Gimana cari jalan keluarnya? Bukankah setiap ujian manusia itu berbeda-beda?"
Kafka tersenyum, karena pagi harinya ia mulai dengan dakwah untuk istrinya sendiri.
"Jawabannya ada di Surah At-Talaq, terakhir ayat kedua dan awal ayat ketiga," kata Kafka, menjeda ucapannya. " وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَل لَهُ مَخْرَجَاً "
• وَمَنْ : Persoalan hidup atau ujian
Takwa kepada Allah : يَتَّقِ الله •
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA KIBLAT
Teen Fiction📌Spin off "Kiblat Cinta". Disarankan untuk membaca Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengenal masing-masing karakter tokoh di dalam cerita Muara Kiblat. *** Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung ja...