Ayra tidak habis pikir dengan semua santri yang dengan mudahnya menerima berita yang tidak jelas tentang Adel hingga menyebabkan temannya itu kabur dari pesantren. Apalagi setelah tau bahwa dalang dibalik menyebarnya berita itu adalah santriwati yang dulu juga pernah membuat keributan dengannya, Amel.
Entah apa yang menjadikan santriwati itu masih sama seperti yang ia kenal awal dulu ia masuk pesantren, padahal dulu gadis itu sudah berjanji untuk berubah menjadi lebih baik.
Langkahnya menuju asrama putri, ia ingin bertanya lebih jauh pada Farah dan Maya tentang semua berita yang sedang menjadi trending di seluruh sudut pesantren.
Sesampainya di kamar asrama, ia tak lupa mengucap salam sebelum masuk yang kemudian disambut hangat oleh kedua temannya tersebut.
Farah dan Maya, keduanya tentu tau apa tujuan Ayra berkunjung ke asrama, pada akhirnya mereka membuka suara tentang semua berita itu tanpa terkecuali.
"Amel udah dipanggil buat menghadap Gus Kafka, Ning," kata Farah. "Dan sepertinya, hukumannya juga udah berlaku mulai hari ini."
"Memang seharusnya gitu, Far, biar dia menerima akibat akan kesalahannya. Tapi yang jadi pikiranku sekarang, ke mana Adel pergi? Atau mungkin dia balik ke Jakarta?" Ayra terlihat sangat khawatir dengan gadis itu, meski Adel terlihat sangat kuat, tapi Ayra tentu tau apa yang gadis itu rasakan saat ini.
"Meskipun dia nggak pernah cerita tentang masa lalunya, aku sebagi teman yakin kalau berita itu adalah hal yang tidak benar. Seharusnya, semua santri di sini tidak menelan mentah-mentah berita yang ada. Apalagi, berita itu tidak jelas asal-usulnya," sambung Ayra.
Suara Farah terdengar menimpali. "Ning Ayra benar. Meski aku yakin berita itu adalah omong kosong, tapi pikiran Adel pasti sangat terguncang. Apalagi, sampai kabur seperti ini, itu pasti nggak main-main sakitnya," kata Farah.
Semua terdiam dengan pemikirannya masing-masing, seketika Ayra mengingat tentang asrama yang cukup sepi padahal semua kegiatan belum berlangsung. Biasanya mereka akan sekedar pergi ke kantin untuk menunggu waktu kajian tiba.
"Tumben semua santri nggak ada yang keluar padahal kegiatan belum berlangsung?"
Farah dan Maya saling bertukar pandang mendengar pertanyaan itu.
***
Kafka yang hendak menuju ndalem dikejutkan dengan kehadiran Arzan yang sedang duduk di depan masjid seorang diri. Sesaat, Kafka menghela napas panjang, memikirkan cara untuk membicarakan semuanya baik-baik dengan keluarga gadis tersebut.
Di tempat Arzan, lelaki itu tersenyum tipis ketika netranya tak sengaja melihat Kafka berjalan ke arahnya. Sebelumnya ia merasa heran karena tidak ada santri putri satu pun yang keluar dari asrama. Lelaki itu pikir, mereka sedang ada kegiatan pesantren. Jadi, ia memutuskan untuk menunggu mereka pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUARA KIBLAT
Fiksi Remaja📌Spin off "Kiblat Cinta". Disarankan untuk membaca Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengenal masing-masing karakter tokoh di dalam cerita Muara Kiblat. *** Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung ja...