23. Extra-ordinary Confession

19 10 2
                                    

(Au Ra POV)

Jam menunjukkan pukul dua pagi. Mansion sudah sepi, pesta usai setengah jam lalu.

Setelah berbenah, mereka memutuskan untuk beristirahat, memberi waktu pada Jungkook dan Senja agar dapat berduaan.

Karena sudah terlalu larut, para gadis malam ini menginap di apartemen Senja.

Senja meminjamkan satu flat untuk ketiganya. Sontak, Chae Rin, Ha Ri, dan Soon Hee langsung ambruk ke kasur masing masing karena terlampau mengantuk. Begitu juga member Bangtan di mansion mereka.

Sementara itu, dua insan yang masih terjaga terpekur diam memandang langit malam Seoul di balkon kamar Jungkook. Keduanya duduk bersebelahan di atas karpet bulu.

" Gomawo," Gumam Jungkook tanpa mengalihkan pandangan dari langit yang di taburi jutaan bintang.

Senja menoleh ke arahnya, " Kau senang?"

" Sangat.. aku tidak menyangka akan dapat kejutan seperti ini." Pria itu membalas tatapan senja. Senyum terukir di bibirnya.

" syukurlah kalau begitu, aku ikut senang."

Hening sejenak, Senja menghela nafas, kepalanya kini menghadap lurus sementara netranya menelusuri pagar Jungkook dengan pandangan menerawang.

" Neo gwaenchana?" Tanya Jungkook, menyadari ekspresi Senja seperti tengah merenungi sesuatu.

" Ah, apa pantas di bicarakan saat hari bahagiamu?"

Jungkook mendengus, " Itu tidak berkaitan. Sudah ku bilang kau bisa bercerita dan mengeluh setiap saat padaku." Jawab Jungkook, ringan.

Senja menoleh, dadanya agak sesak mendengar kalimat itu. Entah kenapa dia mendadak jadi sentimental. Mendengar kalimat semacam itu saat kau sedang terpojok, siapa yang tahan?

Senja sangat ingin bercerita mengenai kekalahannya. Kekalahan berkompetisi dengan diri sendiri.

Harapannya untuk bebas sudah lebur. Sudah terlambat untuk mundur.

Tanggung jawab sudah di pikulkan padanya, dan menyerah hanya akan memperburuk hidupnya.

Sungguh Senja ingin menangis sat itu juga pada Jungkook. Berseru kalau dunia tidak adil membunuh paksa mimpinya.

Tapi, tidak mungkin.

Ia tidak mau merusak hari ini dengan rintihan pada sifat lemahnya yang terus mengikuti.

Andai saja dia bisa lebih berani seperti yang selama ini orang orang harapkan padanya. Dirinya harapkan.

Namun kenyataannya dia tetap pengecut. Tetap diam menurut mengangguki perintah Park Joon Young, lalu.

Jika sudah seperti itu, apa dia ber hak untuk menangis?

Menyesali takdir yang tercipta atas rasa pengecutnya?

Rasanya tidak.

" senja ssi? Neo gwaenchana?" Ulang Jungkook. Kedua irisnya memancarkan kekhawatiran.

Senja menggeleng, mencoba tersenyum,
" Ani. Eopseoyo."

" Jinjja..?"

Gadis itu menggigit bibir bagian dalamnya. Yang mulai bergetar.

Oke, gadis itu tidak sanggup menahan air matanya yang tahu tahu sudah lolos dari pelupuk mata.

Ia buru buru menunduk.

Jungkook yang melihatnya spontan merengkuh tubuh gadis itu, persis seperti saat pertama kali ia melihat Senja menangis di taman dulu.

Bedanya sekarang dia lebih mengenal Senja. Dia tahu apa yang harus di lakukan.

 EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang