25. Just one Night

11 8 1
                                    

(Senja POV)

Sabtu yang di katakan Jungkook akhirnya tiba, aku tengah mengemudikan mobil menuju kompleks Hannam saat mendapat telepon dari Jungkook.

“ Ada apa, Jungkook ah?” Tanyaku seraya masih fokus menyetir Tesla hitamku. Gerbang komplek sudah terlihat dari sini.

“ Bersiaplah pukul delapan, aku akan menjemputmu.”

Aku mengernyit geli, kenapa pula dia harus menjemputku padahal rumah kami bersebelahan dan dia tahu aku akan berangkat sendiri—atau bersama Shin Ha Ri dan Han Soon Hee, kedua orang itu turut mengonfirmasi undangan jungkook padaku.

“ Aku tahu, dan kau tidak perlu menjemputku, Jungkook. Aku akan berangkat bersama Ha Ri dan Soon Hee.”

“ Tidak ada penolakan, nona. Lagipula mereka nanti akan berangkat bersama hyung ku.”

Okay, posesif Jungkook.

Pria itu ternyata diam diam memiliki sifat posesif yang sebelumnya tidak pernah ku dapati dari Jungkook.

Tapi sejauh ini, dia adalah kekasih yang manis. Betapapun sibuknya dia latihan, dia tidak pernah absen menanyakan kabarku.

Apalagi jika dalam satu hari itu kami tidak bertemu. Jangan tanya bagaimana ributnya ponselku karena dentingan notifikasi darinya.

Hal yang belum pernah kurasakan selama ini kini menjadi makanan sehari hariku.

“ Baiklah, terserah kau saja.”

“ Okay, sampai bertemu nanti malam. Aku mencintaimu.”

Pipiku otomatis memerah mendengar kaliamt terakhirnya, “ hei! Berhenti menggodaku!” Seruku pelan.

“ Tidak ada yang menggodamu, aku mengatakan hal yang sebenarnya.”

Aku menghela nafas, pria ini. Untung saja aku masih bisa memarkir mobilku dengan benar.

“ terserah kaulah.” Balasku.

“ Tidak ada balasan yang lebih manis?”

Anak ini!

Tidak terbiasa dengan kalimat kalimat aneh itu, aku refleks mematikan sambungan telepon. Biar saja dia kesal karena aku tiba tiba mengakhiri panggilan, siapa suruh membuatku salah tingkah begini?

.
.
.
.

Bel apartemen ku berbunyi tepat saat aku selesai mengoles liptint ke atas bibirku.

Entah kenapa aku ingin terlihat berbeda malam ini di depan Jungkook.

Bahkan untuk memilih pakaian saja aku sampai harus mengobrak abrik seluruh isi lemari dalam walk in closet ku.

Maka disinilah aku, beranjak dari meja rias dengan tubuh di balut kaus putih yang dilapisi setelan semi jas ber lengan pendek serta rok sebatas paha berwarna serupa dengan jas yang kukenakan, putih tulang.

Cklek..

Aku membuka pintu apartemen. Dan betapa terkejutnya aku ketika sebuket bunga mawar putih berukuran besar yang di bungkus kertas biru muda tepat berada di depan wajahku.

Mematung beberapa detik, wajah Jungkook muncul dari balik buket yang rupanya di sodorkan oleh pria itu.

Senyum yang selalu bertengger di wajahnya tampak sangat manis malam ini.

Aku tidak bisa sedikitpun menahan senyum saat dia menyerahkan buket itu kepadaku,

“ Hah, harusnya aku tadi beli yang lebih indah agar tidak kalah oleh dirimu.” Ia menggumam.

 EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang