48. Daydream

17 2 0
                                    

(Au Ra POV)

Cahaya gemerlap memenuhi stadion.

Bangunan raksasa berbentuk kubah itu sekarang sudah di penuhi oleh lautan manusia.

Warna biru mendominasi.

Orang orang di dalam sudah tidak sabar menunggu konser di mulai.

Di antara ribuan manusia yang tengah saling bercakap dengan suara rendah membahas rencana yang telah disampaikan langsung oleh idola mereka lewat live ekskulisif serta undangan yang di sebar secara acak beberapa hari sebelumnya, duduk seorang gadis yang tampak anggun mengenakan dress selutut bermotif kotak kotak denggan warna merah gelap. Ia adalah pusat perhatian malam ini.

Namun, di atas semuanya, jantung gadis itu sudah berdegup tidak karuan. Wajahnya menunjukkan ekspresi gugup dan gelisah.

Meski wanita yang duduk di sebelahnya sudah berusaha menenangkannya, batinnya tetap merasa resah.

Ketika matanya sibuk mengedarkan pandangan, di sisi kanan panggung, ia mendapati sosok Joon Young, Ji Won, serta seluruh member BTS dan istri Seokjin asyik bercengkrama dengan suara rendah. Namun anehnya ia tidak menemukan Jungkook di antara mereka.

Ia lalu beralih ke kanan dan kirinya. Jo Hyun sudah sibuk mengobrol dengan si kembar Moon Joon dan Hyu Bin, entah kenapa orang orang yang Senja kenal hadir malam ini, namun mereka tampak santai dan mengacuhkan gadis itu.

Sementara, Dal Rae di sebelahnya bercanda kecil dengan Min Na yang duduk di pangkuan wanita itu.

" Bisakah kita pindah ke bagian belakang saja..? aku tidak mau duduk tepat di depan stage seperti ini." Bisik senja pada He Ra.

Tak bisa di pungkiri, dia bertambah gugup karena duduk dibangku VVIP yang terletak persis beberapa langkah dari tangga utama panggung.

Tangga raksasa tersebut tampah megah di lapisi karpet berwarna abu abu yang tersambung dengan panggung. Tangga dengan lebar hampir lima meter itu menjulur hingga beberapa meter di hadapan Senja.

" Sudahlah, cukup diam dan nikmati saja. Kau tahu dia sudah mempersiapkan semuanya dengan serius."

Meski tidak terlalu memahami maksud kalimat He Ra, Senja yang sudah terlanjut sebal mendecakan lidah,

" Ck, dan dia seharusnya tahu kalau aku tidak suka jadi pusat perhatian seperti ini," Desisnya.

Ia sadar sedari tadi berpasang pasang mata memandangi sosoknya, bersamaan dengan bisikan berbagai bahasa yang menelisik telinga Senja.

He Ra di sebelahnya hanya berdesut, tak lama setelahnya, lampu di sekeliling stadion mati total, menyisakan lampu sorot yang menyinari panggung, juga kerlap kerlip lightstick yang selama ini di kenal dengan sebutan ARMY Bomb berwarna putih seperti kerlipan bintang di tangan orang orang.

Sejenak mata Senja berbinar melihat sekelilingnya sudah serupa dengan pemandangan langit malam favoritnya.

Beberapa detik hening.

Sama sekali tidak ada orang yangg berniat mengeluarkan suara, hanya helaan nafas yangg terdengar samar.

Masing masing berusaha menetralkan degup jantung yang berdegup kencang. Siapapun yang ada di sana setengah mati menahan diri untuk tidak berteriak dan malah mengacaukan rencana.

Mereka berusaha semaksimal mungkin melakukan permintaan tolong sang idola yang kini berdiri di balik tirai raksasa panggung yang mengeluarkan cahaya gemerlap.

" Euphoria.."

Sekejap, seruan seirama menggelegar memenuhi stadion. Namun, di luar perkiraan Senja, penonton kembali hening.

 EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang