38. Shot glass of Tears

13 4 2
                                    

(JK POV)

" Kau harus kuat, cookie, kami selalu ada di sini untukmu."

Kata penghibur terus meluncur dari mulut ke enam hyung ku. Aku yang sebenarnya mulai risih pun mendongak, menatap mata mereka satu persatu sambil memaksakan seulas senyum.

" Sudah kubilang aku baik baik saja, hyung-deul. lagipula, kalian ini aneh sekali, tahun bahkan sudah berganti tapi kulihat kalian yang gagal move on dari gadis itu?"

Hoseok yang duduk di sebelahku mendesah,

" Mungkin kau bilang seperti itu agar kami tidak khawatir, tapi sejak kepergian gadis itu, kau seolah berubah jadi orang lain. Hampir setengah tahun ini kau lebih tertutup dan pendiam, Jungkook. Tentu saja kami tidak bisa diam saja melihat itu semua."

" Itu benar, Jungkook. Kau jangan membohongi dirimu sendiri." Imbuh Taehyung seraya menepuk bahuku.

Aku sekali lagi mengedarkan pandangan ke orang yang mengerubungiku di sofa, jujur aku agak geli melihat tingkah mereka,

" Hyung ah.. aku tahu kalian sangat perhatian padaku, tapi biar kuyakinkan pada kalian bahwa aku memang baik baik saja. Dan aku tidak berubah jadi orang lain. Aku hanya berubah karena aku merasa memang sudah waktunya, tidak mungkin bukan, bila aku terus bersikap seperti anak kecil selamanya. Yeah, meski aku member termuda, tapi aku juga terus bertumbuh seperti kalian hyung. Jangan cemaskan aku."

Butuh beberapa detik untuk mereka mencernanya hingga mereka tertawa karena menyadari kekonyolan mereka sendiri.

" Jungkook benar," Cetus Sekjin, akhirnya ada yang mendukungku.

" Semua orang pasti berubah seiring waktu berjalan."

Mereka mengangguk angguk setuju, kemudian Hoseok merangkul bahuku dan memandangku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Respek mungkin? Atau sesuatu yang mendekati kata itu.

" Aigo.. tidak kusangka maknae kita sudah sangat dewasa sekarang." Ia mengacak ramutku yang sudah di tata rapi.

" Hyung!" AKu refleks berseru, " Nanti Da Kyung noona marah! Dia sudah menata rambutku tadi!.." Rengekku setengah merengek sambil celingukan, aku tidak mau sampai hairstylish ku itu tahu kerja kerasnya ini rusak.

Aku bisa tahan dengan amukan siapapun asalkan bukan Jin Da Kyung, wanita itu kalau marah dunia seakan bisa hancur kapan saja.

Tapi alih alih ikut cemas, keenam hyung ku justru menertawakanku,

" Hm, setidaknya sisi childish nya masih ada. Berarti masih aman." Kalimat Namjoon sontak membuatku sadar kalau mereka sengaja mempermainkanku.

Aku hanya mencebikkan bibir kesal karena staff lebih dulu datang sebelum aku bisa membalas.

" Malam ini kita tampilkan yang terbaik, ingat? Ini memang bukan konser terakhir, namun tiga tahun juga bukanlah waktu yang cukup singkat bagi kita semua jika berjauhan satu sama lain. Untuk ARMY?!"

Kami berseru membalas kalimat Namjoon.

" Untuk ARMY dan BTS!"

Aku menghela nafas panjang, Namjoon benar, ini bukan konser terakhir BTS, namun tetap akan jadi penutupan sebelum kami melakukan wajib militer yang akan di mulai sebentar lagi.

Aku yakin malam ini air mata perpisahan tidak akan bisa di tahan, meski sebentar, berpisah adalah hal menyakitkan yang pernah kurasakan.

🥕🥕🥕

Sudah lewat satu tahun sejak terakhir aku menatap wajah gadis yang sampai kapanpun rasanya tidak akan bisa hilang dari ingatanku.

Senyumnya, tawa renyahnya, tatapan tajam yang senantiasa bertengger di kedua iris gelapnya, suaranya yang menghipnotis, bahkan ekspresi saat dia menangis.

 EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang