Chapter 7 ini flashback yaa. Tolong baca baik-baik😭
Ada banyak kejadian yang menjadikan kita kian dekat.
Mungkin salah satunya adalah melalui rangkaian dosa yang tengah kita perbuat.
***
Jovanka turun dari mobil yang di tumpanginya untuk bisa memasuki villa dengan senyum lebar yang tak pernah pudar. Gadis itu merasa beruntung sekarang menjadi seorang sekretaris yang dipercayai oleh bosnya. Karena itu membuat dirinya ikut di perlakukan sedikit berbeda dari gadis gadis lain seusianya. Contoh kecilnya malam ini, Jovanka ingin masuk ke dalam Villa milik keluarga Delano dengan menumpang pada mobil pekerja yang sudah lumrah ke luar masuk ke sini dengan bebas. Dan mereka mengizinkan tanpa pikir panjang, padahal semua orang tahu betapa ketatnya penjagaan di Villa ini yang tidak sembarang orang di diperbolehkan datang berkunjung, apalagi jika tidak ada kepentingan khusus.
Dengan langkah tertatih dibantu tongkat yang membantunya berjalan. Jovanka memutuskan untuk melangkah menuju pintu masuk yang akan membawanya pada ruang utama. Villa ini amatlah besar, tentu saja. Makanya ia perlu sedikit berjalan cepat tidak peduli seberapa kesulitannya ia.
Meski terasa lelah dan terkesan tidak penting dengan apa yang akan dilakukannya di Villa ini, namun Jovanka tidak peduli. Ia tetap akan masuk untuk menemui Jerome Aksean Delano yang dari kabar keluarganya sudah berhari hari tidak pulang.
Awalnya nyonya Rachel meminta bantuan Yoga untuk membujuk, tapi Yoga malah menugaskan Jovanka kesini untuk sekedar memastikan bahwa kembarannya memang benar ada disini dan dalam keadaan baik-baik saja.
Waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam, ketika satu persatu para pekerja keluar dari Villa menuju paviliun sebelah barat yang dibangun khusus bagi mereka. Membuat Jovanka mengernyit bingung hingga mengurungkan niatnya untuk masuk dan berbalik menghampiri Arumi yang kebetulan juga bekerja sebagai chef di Villa ini.
"Arumi?!"
Gadis yang Jovanka panggil itupun berbalik dan kaget ketika melihat Jovanka yang datang entah dari mana. "Jovanka. Apa kabar?"
"Aku baik, kamu sendiri apa kabar?" tanya Jovanka ramah pada Arumi yang dikenalnya setelah beberapa kali datang kemari jika bosnya sedang mengajak keluarganya berlibur.
"Aku juga baik, Jovanka. Dan senang ketemu kamu di sini, kamu malam malam begini datang dengan siapa?"
"Sendiri."
"Sendiri?" Arumi tidak bisa menahan keterkejutannya. Jovanka itu seorang perempuan, dan malam malam begini datang ke daerah ini tentu sangat berbahaya. Apalagi perkebunan ini sendiri terletak cukup jauh dari perkampungan dan juga jalan raya.
"Maksud aku, aku tadi itu diantar Alex. Bodyguard tuan Yoga." Ralat Jovanka menjelaskan.
"Oh iyah, apa kamu sudah mau pulang sekarang?"Arumi mengangguk. "Iya aku udah mau pulang. Kalau kamu sendiri, apa ada tugas dari tuan Al?"
"Aku cuma mau liat Pak Rome, kira-kira apa dia ada didalam?"
"Jovanka, bisa tidak kamu urungkan niatmu itu, kamu lihat kami yang sudah bekerja di sini saja pria itu usir seperti kambing. Apalagi kamu yang tidak memiliki kepentingan."
Arumi tidak berbohong, semua pekerja memang di suruh ke luar padahal masih belum waktunya mereka pulang.
"Benarkah? Kenapa Pak Rome bersikap seperti itu?" Jovanka bertanya dan tampak tak percaya. Pasalnya Jerome itu sangat berbeda jauh sikapnya dengan Yoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu ✔️
General Fiction18+ "Jadilah pelacurku!" Mungkin Jovanka tuli, sebab ia menangkap kata asing dari suara berat Jerome. Juga bagaimana tatapan pria itu yang semakin mendingin. "Ya? M-maksud, Ba-," "Jadilah pelacurku apa kamu tuli!" Kini Jerome membentak nyaring. Jova...