Happy reading! ^^
Ini sudah melebihi kapasitas kemampuan kakinya untuk dipergunakan. Tak heran bila ngilu dan kebas Jovanka rasa sangat menyakitkan. Tapi Raga yang tidak ia temukan di ruangan manapun memaksa Jovanka untuk tetap menyeret kakinya keluar dari pabrik.
Jovanka berpegangan pada sepanjang dinding agar sedikit mengurangi sakit pada lutut dan pergelangan kaki, keringat dingin tampak di keningnya. Sesekali gadis itu juga meringis tapi tetap tak berhenti untuk melangkah.
Lalu seseorang menyentuh bahunya, membantu menopang tubuh Jovanka. Dan ketika pandangan mereka bertemu, Jovanka melihat penampilan Jerome masih rapi meski pria itu baru saja terlibat perkelahian.
"Saya bantu," tawarnya. Tapi Jovanka menggeleng, ia teringat kembali pada adiknya yang suka nekat itu.
"Raga, Raga nggak ada, Pak."
"Biar saya cari." Sesudahnya Jerome langsung melesat pergi, pergerakannya sangat cepat. Memeriksa disetiap ruangan, hingga saat pria itu melewati sudut lain di lorong tersebut Jerome sudah tidak lagi terjangkau penglihatan.
Jovanka tetap mengikutinya, ia yakin Raga mengejar gadis yang dibopong paksa itu. Untuk itu ia harus bisa keluar dari sini.
Sementara Jerome, yang sudah lebih dulu melesat keluar segera berlari ke halaman pabrik. Ia melihat Raga tengah melawan tiga orang, dua diantaranya baru turun dari motor.
Meski tak jatuh, Raga mengerang menekan ulu hatinya ketika salah satu dari musuhnya memukulnya. Tapi kemudian bangkit lagi, tak gentar walau tubuhnya kualahan menghadapi serangan bertubi tubi dari berbagai sisi.
Jerome masuk dan melawan salah satunya, ia melayangkan serangan pada area perut dan begitu musuhnya membungkuk berusaha menangkis ia dengan cepat menggunakan sikunya untuk dipukulkan kearah tengkuk.
Jerome berhasil membuat musuhnya tumbang.
"Kita nggak ada urusan sama lo ya, Ga! Tugas kita cuma bawa cewek Bos Reza dari sini!" Seru salah satunya.
"Akan menjadi urusan gue karena kalian udah nyekap tuh cewek. Dan kalian berdua yang ngikutin gue selama di rumah sakit bukan? Mau apa kalian?"
Tak ada jawaban dan Raga mengerti bahwa niat mereka tentulah mencari kelemahannya. Raga melihat cewek yang ditolongnya sesaat lalu menggedor kaca mobil dan cowok itu semakin yakin bahwa ini adalah penculikan.
"Kalian bisa membebaskan Reza di dalam, asal tuh cewek dilepaskan." Tawarnya.
Ketiganya bertatapan, tapi salah satunya kembali berujar. "Tuh cewek istrinya Reza, dan Reza punya hak atas cewek itu."
"Istri?" Lalu Raga tertawa terbahak, mereka saja masih seorang pelajar. "Lo kalau mau begoin gue pake alasan yang masuk akal. Nggak ada ceritanya istri disekap ditempat kotor kayak gini."
"Reza punya alasan untuk melakukan itu. Jadi kita damai, biarkan kita bawa tuh cewek dari sini."
"Kalo begitu kalian cari mati, karena gue nggak akan biarkan kalian bebas gitu aja keluar dari sini." Selepas mengucapkan hal tersebut Raga kembali maju. Lawannya kali ini cukup kuat tidak seperti Reza yang biasanya mudah ia kalahkan. Tapi Raga tidak mau menyerah, ia menggunakan segenap kemampuannya dalam bela diri untuk tetap melawan dan menyerang.
Selama saling serang itulah baik Raga maupun Jerome sama sama sibuk dengan lawan mereka, hingga salah satunya memasuki mobil dan berhasil membawa cewek itu kabur.
"Sial!" Pelipis Jerome berdenyut, ia baru saja kena pukul dibagian sana. Itu membuatnya tertawa sumbang merasa sangat dipermalukan oleh bocah ingusan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu ✔️
General Fiction18+ "Jadilah pelacurku!" Mungkin Jovanka tuli, sebab ia menangkap kata asing dari suara berat Jerome. Juga bagaimana tatapan pria itu yang semakin mendingin. "Ya? M-maksud, Ba-," "Jadilah pelacurku apa kamu tuli!" Kini Jerome membentak nyaring. Jova...