***Sejak memasuki bangku perkuliahan, Sasha sudah bisa hidup mandiri. Ia bekerja sebagai driver ojek online untuk menambah uang jajannya, dan untuk tempat tinggal sendiri ia menempati apartemen yang ditempatinya sekarang bersama Jovanka dengan modal patungan yang mereka cicil setiap bulan.
Sasha menemukan ketenangan disini. Dan setahunya belum pernah ada yang menggedor pintu hingga seluruh ruangan seakan ikut bergetar. Sasha sudah mengabaikannya, ia malah menarik selimut di dekat kakinya. Sasha gunakan untuk menyumpal telinganya yang amat sangat terganggu.
"Sasha buka dong pintunya, kali aja itu penting. Aku masih mandi ini."
Huh! Kalau bukan karena Jovanka yang meminta mungkin Sasha tetap membiarkannya saja. Lagi pula orang gila mana yang menggedor pintu di pagi buta?
Brak
Brak
Brak
Bagus. Dibiarkan bukannya berhenti malah semakin menjadi. Sasha sudah tidak tahan lagi, dalam hatinya ia bersumpah akan memaki siapapun orang dibalik kegaduhan diluar sana. Maka dengan wajah kusut serta rambut yang ia sisir dengan jari secara asal, Sasha melompat dari atas kasur. Lalu berlarian keluar membuka pintu.
"LO KESURUPAN?! HAH!"
Kalimat pertama yang Sasha teriakan begitu sepenuhnya pintu ia buka. Dan kekesalannya semakin menjadi saat dilihatnya makhluk setengah jadi yang kini berdiri dibalik pintu apartemennya.
"Ck, Ck! Lo mirip banget sama anak ayam yang baru kecebur got. Muka jelek berminyak, tatanan rambut awut-awutan. Iyuww jijik banget gue."
Napas Sasha naik turun tak beraturan, bukan karena deg degan terpesona. Tapi karena menahan diri untuk tidak menerjang tubuh Romeo yang tampak tak bersalah memandang jijik kearahnya.
Pria itu, ah ralat. Pria setengah jadi jadian itu jika bertujuan kemari hanya untuk membuat Sasha marah, maka Romeo sukses besar."Sasha, siapa?"
Jovanka datang dengan pakaian kerja lengkap. Rambutnya yang basah masih digulung dengan handuk. Melihat Romeo gadis itu tersenyum. "Kok Om nggak masuk?"
"Iya, ini gue mau masuk."
Romeo masuk begitu saja, posisi Sasha yang masih menghalangi pintu ia tubruk begitu saja. Sekali lagi Sasha hanya mampu menghentakkan kaki kesal.
Selagi Romeo berbasa basi mengobrol dengan Jovanka. Sasha masuk ke kamarnya mengambil kaca kecil yang biasa digunakan perempuan untuk berhias. Setelahnya ia kembali ke dapur, dimana Jovanka dibantu Romeo tengah membuat sarapan.
"Nih, buat lo."
Sasha meletakkan kacanya di telapak tangan Romeo.
"Untuk?"
"Biar lo bisa ngaca, bentukan lo kayak apa!" Sahutnya judes.
"Sasha kok kamu gitu?"
"Karena aku nggak suka sama dia, Van. Aku masih ngantuk, dan nih laki jadi jadian ngegedor pintu kayak orang kesurupan. Udah gitu ngatain aku kayak ayam lagi."
"Gue nggak ngatain. Cuma bilang lo mirip sama anak ayam."
"Sama aja cokdi!"
"Cokdi?"
"Cowok nggak jadi. Kayak bentukan lo ini!"
"Wah, parah. Lo nantangin gue?"
Romeo menyingsingkan kemejanya sebatas siku. Iapun mendekat pada Sasha, dan siapa sangka bahwa pria bertubuh besar itu rupanya langsung menarik rambut Sasha. Menjambaknya.Jovanka memekik, dan bertambah panik saat Sasha kini juga membalas menjambak rambut gondrong Romeo. Tak hanya itu, kakinya dengan lincah juga menendang nendang ke tubuh Romeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu ✔️
Ficción General18+ "Jadilah pelacurku!" Mungkin Jovanka tuli, sebab ia menangkap kata asing dari suara berat Jerome. Juga bagaimana tatapan pria itu yang semakin mendingin. "Ya? M-maksud, Ba-," "Jadilah pelacurku apa kamu tuli!" Kini Jerome membentak nyaring. Jova...