#11 ~ Istriku Yang Menggemaskan

396 11 0
                                    

Hari sudah larut ketika Kaiden mematikan TV dan berjalan memasuki kamar tidurnya. Dia melihat istrinya duduk terdiam di tepi ranjang. 

Ya Tuhan, Sofia terlihat sangat sexy dengan gaun tidur pendek yang menempel di tubuh putihnya. Damn. Kaiden merasa terangsang hanya dengan melihatnya saja. Istrinya itu benar-benar sebuah godaan yang tidak bisa dia tolak. 

Kaiden berdehem sambil berjalan mendekati Sofia. 

"Kamu belum tidur?" 

Sofia mengangkat wajahnya dan menggeleng pelan. 

"Eh, kamu menangis?" 

Kaiden terkejut melihat mata Sofia yang memerah dan berkaca-kaca. Jantungnya langsung terasa berdetak lebih cepat, penyesalan menyelinap di hatinya. Apakah dia terlalu keras pada istrinya yang cantik dan sexy itu?

"Sofia... kenapa kamu menangis?" tanyanya lembut. Sofia menatap mata Kaiden lalu berkata dengan suara pelan.

"Aku hanya sedih karena aku ga bisa melakukan apapun dengan benar hari ini. Ini hari pertamaku di sini sebagai istrimu dan kamu udah marah sama aku." 

Kaiden tertengun sejenak mendengar kata-kata Sofia yang menggelitik telinganya. 

"Fia, aku ga marah." Dia duduk di samping istrinya.

Kaiden merasa khawatir melihat air mata Sofia yang membasahi pipi putinya. Tapi dia juga tidak bisa mengabaikan tubuh harum Sofia yang begitu mulus menggoda. 

"Iya, kamu marah, Kai." Sofia merajuk. 

Dan itu sangat lucu di mata Kaiden. Istrinya benar-benar menggemaskan! Kaiden berusaha untuk menahan senyum dan tetap memasang ekspresi datar di wajah tampannya. Padahal sesungguhnya Kaiden sudah tidak sabar untuk menghujaninya dengan ciuman hangat. 

"Aku tau aku punya banyak kekurangan... Aku ga bisa jadi istri yang kamu harapkan." Sofia terisak pelan. "Kamu pasti sangat kecewa padaku sekarang..." 

Mata coklat Sofia yang berurai air mata membuat Kaiden tertengun untuk beberapa saat. Takjub. 

"Jangan menangis, Fia. Aku ga marah." katanya sambil tersenyum. Kaiden menghapus air mata di pipi putih Sofia dengan lembut. "Kamu kan bisa mulai belajar, Fia... Jadi kamu ga usah merasa sedih begitu." 

"Aku sedih karena aku ga bisa apa-apa." 

"Siapa bilang? Kita berdua tau bahwa kamu sangat hebat dalam satu hal." bisik Kaiden di telinga istrinya. 

Sofia menoleh pada Kaiden. "Hah? Dalam hal apa?" tanyanya polos. 

Dengan cepat Kaiden merunduk dan melumat bibir merah Sofia. Tangannya meraih tangan Sofia dan membawanya untuk menyentuh bagian celananya yang sudah menggembung. 

"Kamu sangat hebat dalam menangani ini." 

"Ah, Kai..." Sofia mendesah mendengar bisikan nakal suaminya itu. Wajah cantiknya langsung memerah.

Dan Kaiden tidak melepaskan tubuh Sofia dari pelukannya dan bibir manis wanita itu dari ciuman panasnya. Sofiapun larut dalam kehangatan tubuh dan bibir suaminya. 

Kaiden selalu saja merayu Sofia setiap ada kesempatan. Sejak menikah sepasang suami istri itu memiliki aktivitas malam yang selalu panas dan bergairah. Lelaki itu mengenalkan Sofia pada banyak keajaiban indah yang bisa diciptakan oleh suami istri di kamar tidur mereka. 

Seperti juga malam ini, Sofia hanya bisa mendesah-desah manja ketika Kaiden membuatnya merasa melayang dan lepas kendali. Oh ya, Kaiden memang benar-benar ahli dalam hal itu.


Malam inipun mereka lalui dengan gairah yang panas dan bergelora. Dan Kaiden tidak melepaskan Sofia dari pelukannya sampai pagi menjelang.


***** 


"Ya ampun... Kaiden Alexander Lee!" Sharon tampak kaget ketika dia melihat apartment kecil yang ditinggali oleh Kaiden dan Sofia.

"Ya, Mom?" Kaiden menanggapi teriakan ibunya dengan santai.

Dengan mata terbelalak Sharon menatap sekelilingnya. "Apa-apaan ini, Kai?!" Teriakannya terdengar lagi.

"Aduh... Iya, kenapa Mom?"

"Kamu bawa Sofia untuk tinggal di sini? Di tempat ini? Ya ampun, Kai..."

Sharon masih belum dapat menerima fakta kalau Kaiden menolak untuk tinggal di mansion keluarga Lee bersama istri barunya. Dan sekarang dia mengetahui kalau anak dan menantunya tinggal di tempat yang jauh dari apa yang dia bayangkan.

"Tapi kenapa, Kai? Gimana nanti kalau keluarga Levine tau putri kesayangan mereka tinggal di tempat kecil dan sederhana seperti ini?" tanyanya khawatir.

"Memang apa yang salah dengan tempat ini, Mom?" Kaiden menatap ibunya dengan ekspresi acuh tak acuh.

"Kaiden!!" Sharon mendelik.

"Mom, kita kan udah sepakat. Aku akan menuruti keinginan Mom untuk menikahi Sofia. Dan Mom akan mengikuti sesuai dengan cara yang aku mau. Ingat kan, Mom?"

"Tapi Kai, kan ga seperti ini..." Sharon menghela nafas.

"Sorry, Mom. Ga ada tapi-tapian. Kita kan udah kesepakatan. Dan inilah yang aku mau." Kaiden tersenyum penuh kemenangan.

Sharon memelototi putranya dengan kesal. "Kamu ini... Sekarang dimana istrimu?"

"Sofia lagi keluar, katanya tadi mau belanja beberapa bahan makanan dan kepeluan sehari-hari."

"Sendirian? Gimana kalau dia tersesat?" Sharon bertanya resah. "Astaga, dia kan masih baru di tempat ini. Ya Tuhan, Kai!" Dia benar-benar kesal pada putranya.

"Dia udah tau jalan kok, Mom. Santai aja."

"Santai? Kamu minta Mom untuk santai? Dia itu ga terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Mom heran dengan jalan pikiran kamu. Kenapa kalian ga tinggal di salah satu rumah atau penthouse kamu yang besar dan mewah? Atau kalian kan bisa tinggal dengan kami, ada banyak pelayan dan pengurus rumah tangga di sana. Kalian bisa hidup dengan nyaman. Tapi ini... Ini mengerikan, sayang...."

Kaiden hanya tersenyum melihat ibunya yang sedikit histeris. "Sofia ga mengeluh tinggal di sini kok, Mom. Dia kan sekarang istriku jadi dia harus mengikuti keputusanku."

"Ah, kamu ini benar-benar bikin sakit kepala." Sharon memijat pelipisnya yang berdenyut. "Jadi, siapa yang memasak untuk kalian berdua?"

"Istriku."

"Sofia? Oh Tuhan..." serunya saat melihat anggukan kepala Kaiden. "Dan yang mencuci baju?"

"Istriku juga."

"Yang menyetrika baju?"

"Istriku juga."

Sharon melongo. "Maksudmu Sofia yang melakukan semua pekerjaan rumah tangga?"

"Ya terus siapa lagi, Mom?" tanggap Kaiden geli.

"Aduh, Kaiden!! Kepala Mom benar-benar sakit gara-gara kelakuan kamu!." Sharon terus memijat pelipisnya.

Kaiden terkekeh. "Memangnya kenapa, Mom?"

"Sofia itu lahir dari kalangan kelas atas, Kai. Kamu kan tau sendiri keluarganya kayak gimana. Waktu di LA Sofia itu salah satu direktur di perusahaan fashion besar milik keluarganya. Dan sekarang kamu minta dia untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga? Apakah dia ga mengeluh?"

"Well... Dia ga mengeluh. Cuman Sofia pernah bilang dia ingin bekerja di salah satu perusahaan yang dia tau di sini, tapi aku melarangnya. Dia juga ingin melanjutkan study untuk ambil gelar master tapi aku bilang nanti aja. Aku akan biayai kuliahnya setelah aku punya cukup uang."

"Cukup uang apanya?! Astaga, ini anak..." Sharon menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Apa yang kamu lakukan pada bidadari kecilku yang malang? Kaiden Alexander Lee! Kamu ga bisa lakukan ini pada Sofia!" teriaknya gemas.

"Mom, relax! Sofia baik-baik aja. Dia ga pernah membantah dan dia menerima semua keputusanku dengan baik."

Sharon mendesah kesal. Ingin rasanya dia membawa Sofia pulang bersamanya ke mansion keluarga Lee. Tapi putranya yang keras kepala itu pasti tidak akan mengizinkannya.


***** 

Please add, vote and follow yaa... Thanks <3

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang