#22 ~ Stop Fighting, Let's Make Love

309 2 0
                                    

Sofia memejamkan matanya, menikmati ciuman hangat yang Kaiden berikan dengan bertubi-tubi. Sekujur tubuhnya terasa lemas tak berdaya. Kaiden benar-benar tahu bagaimana harus menyentuh dan memberinya kenikmatan hingga Sofia tak kuasa untuk menolak.

Wanita muda itu masih kesal terhadap suaminya tapi saat ini dia lebih kesal lagi dengan dirinya sendiri. Kenapa tubuhnya selalu bereaksi setiap kali disentuh oleh Kaiden dan dengan mudah tubuhnya itu mengkhianati pikirannya seperti ini? Dia merasa sedikit frustasi.

Sofia benar-benar tidak habis pikir. Tanpa dia sadari lelaki ini telah mengubahnya menjadi wanita yang tidak bisa mengendalikan gairahnya sendiri. Itu adalah sesuatu yang baru bagi Sofia karena sebelumnya dia adalah seorang wanita yang cenderung bersifat naif, pemalu dan old fashioned jika menyangkut soal hubungan pria dan wanita.

Terkadang dia merasa seakan tidak mengenali dirinya sendiri saat badai gairah menerpa tubuhnya. Dan itu membuatnya merasa sedikit takut. Tapi dia tidak kuasa menolak semua keajaiban yang Kaiden ciptakan saat mereka bercinta.

Apakah semua perasaan yang bergejolak di hatinya itu karena percintaan mereka yang selalu panas bergelora? Atau karena lelaki itu? Sofia ingin memastikannya walau entah bagaimana caranya.

Sofia menarik nafas panjang ketika akhirnya Kaiden melepaskan bibirnya setelah mereka berdua hampir kehabisan nafas.

Mata Kaiden terlihat lebih gelap karena gairah dan sepasang mata itu kini tengah menatapnya dengan tajam.

"Sofia Ann Lee." bisiknya pelan tetapi jelas. Aura CEO yang dingin dan dominan terpancar dengan kuat.

Sofia tercekat mendengar nama lengkapnya disebut oleh lelaki itu. Bukan Sofia Ann Levine, tapi Sofia Ann Lee. Dan Sofia tahu apa artinya.

Sofia balas menatap suaminya yang begitu manly. Oh God, he's so gorgeous, bisiknya dalam hati. Harus dia akui kalau rasa kagumnya pada Kaiden semakin hari semakin bertambah.

Berbanding terbalik dengan sorot mata Kaiden yang dingin, nafas hangatnya terasa membelai lembut wajah Sofia. Dan seluruh permukaan kulit Sofia merinding saat merasakannya.

"Dengarkan aku baik-baik." Kaiden mengelus dagu lancip Sofia. "Aku akan menyentuhmu kapanpun aku mau."

Dan kemudian Kaiden mengecup ujung hidung Sofia. Kedua tangannya bergerak, melepaskan jaket besar miliknya yang masih Sofia kenakan. Dengan mudah jaket itupun jatuh ke lantai.
Sofia terhenyak tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kaiden meraih kedua sisi kepalanya dan langsung melumat bibir Sofia dengan penuh hasrat.

"Gosh, you're so sexy..." desah Kaiden terdengar.

Matanya semakin menyala-nyala karena gairah, menatap tubuh indah istrinya yang dibalut oleh dress pendek berwarna pastel yang terbuka di bagian dada. Memamerkan dada indahnya yang sexy dan begitu menggoda.

Sofia memekik pelan ketika tubuh besar Kaiden mendorongnya ke meja dapur. Lalu kedua tangan kekar Kaiden mengangkat pahanya dan mendudukannya di meja dapur sambil terus menciuminya dengan mesra.

"Kai... Ahh..."

"Bahkan waktu kamu lagi marah, kamu kelihatan sangat sexy." bisik Kaiden di bibir Sofia. "Dan itu membuatku semakin bergairah..." Lalu dia kembali menikmati bibir Sofia yang terasa amat manis baginya.

Desahan manja Sofia pecah ke udara. Elusan, ciuman dan gigitan kecil Kaiden sekarang semakin turun ke lehernya lalu ke dadanya. Lelaki tampan itu menikmati penjelajahan di tubuh indah istrinya hingga pakaian Sofia jadi berantakan.

"Kai..." Sofia membelalakkan matanya ketika Kaiden membuka ikat pinggang dan melepaskan celananya. Dia tahu suaminya itu sudah tidak bisa lagi menahannya.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang