#21 ~ Mari Kita Bicarakan Soal Pacarmu!

231 1 0
                                    

"Oh God! Sofia!!!"

Setengah berlari Kaiden meraih tubuh wanita itu. Kemudian dia memeluk istrinya dengan erat.

"Thanks God. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kamu dari mana aja? Kenapa baru pulang sekarang?" Dia meremas bahu ramping Sofia.

Dengan enggan Sofia menepis tangan Kaiden. "Aku jalan-jalan."

"Apa? Kamu pergi kemana? Dengan siapa? Kenapa kamu ga memberitahuku? Kenapa ponselmu ga bisa dihubungi?" Kaiden memberondong Sofia dengan banyak pertanyaan karena dia sangat cemas.

Tapi sekarang Kaiden merasa lega setelah si cantik itu kembali dan terlihat baik - baik saja. Hanya saja dia masih tetap penasaran tentang keberadaan Sofia selama dia menghilang.

"Oh, Sofia. Kenapa kamu ga menjawabku? Aku pikir kamu tersesat atau ada orang yang menculikmu. Kamu baik-baik aja kan?" Kaiden berniat untuk memeluk tubuh Sofia lagi tetapi wanita muda itu segera mendorongnya menjauh.

"Aku hanya pergi kemanapun kakiku melangkah. Ke tempat yang aku suka. Selama ini kamu ga pernah membawaku jalan-jalan kan?" kata Sofia sambil mendelikkan mata bulatnya.

Kaiden tercengang, ini pertama kalinya dia melihat Sofia berbicara seperti itu.

"Sofia..."

Sofia hanya menggelengkan kepalanya. Kaiden bisa melihat kekesalan yang mendalam di wajahnya yang cantik. Dan dia tahu sebabnya.

"Sofia, dengarkan aku. Soal kejadian di kantorku tadi siang--"

"Oh. Soal kamu dan pacarmu? Aku ga mau mendengarkan."

"Sofia, tunggu..." Kaiden meraih tangan halus Sofia.

"Jangan pegang aku!" Sofia menarik tangannya.

"Dengarkan aku dulu." Kaiden meraih tangan Sofia lagi. "Soal Bella... Aku dan dia ga ada hubungan apa-apa. Kami hanya berteman. Itu aja."

"Teman? Aku tahu kalau dia itu pacarmu!"

"Iya, dulu dia pacarku. Tapi sekarang aku ga ada hubungan apa-apa dengan dia. Hubungan itu udah berakhir sebelum aku bertemu dengan kamu."

"Terserah kamu mau bilang apa." Sofia hanya mengangkat bahu.

"Kamu harus percaya padaku." Kaiden meraih bahu Sofia dan meremasnya.

"Jangan sentuh aku!" Sofia menepis tangan Kaiden.

"Sofia, please. Jangan marah padaku..."

"Apa? Jangan marah? Kamu memeluk wanita itu di depan mataku! Teman ga berpelukan dengan mesra seperti itu. Dia menangis tersedu-sedu di dadamu. Dia bahkan bilang kalau dia mencintaimu dan kamu juga mencintainya. Aku tau apa yang aku lihat dan aku dengar, Kai. Kamu pasti masih berhubungan dengan wanita itu." kata Sofia dengan kesal.

Entah kenapa Kaiden merasa senang melihat Sofia marah seperti itu. Istrinya terlihat begitu cemburu. Dan kecemburuan Sofia membuktikan satu hal yang selalu jadi pertanyaan di hati Kaiden. Pertanyaan tentang apa yang sesungguhnya Sofia rasakan padanya.

Sofia masih terus menatapnya dengan kesal dan Kaiden berusaha menahan senyumnya.

"Dia memang sangat cantik dan dia itu tipe idealmu! Benar kan? Aku membaca banyak berita tentang kamu dan pacarmu di majalah. Kalian berdua sudah lama berpacaran kan?" Wajah cantik Sofia memerah karena menahan emosinya.

Astaga, dia benar-benar menggemaskan kalau sedang marah... desah Kaiden dalam hati, sambil mengamati makhluk cantik di depannya.

"Akui aja kalau kamu masih berhubungan dengan pacarmu itu. Ah, aku tahu sekarang... Ternyata dia sebabnya kenapa kamu sering pulang malam dan membuatku menunggumu sampai aku tertidur di sofa. Dan aku bisa membayangkan bagaimana kamu memberinya apartemen yang mewah, pakaian yang bagus dan semua yang dia minta. Sementara kamu membiarkan aku tinggal di tempat kecil ini, seakan-akan kamu ingin menyembunyikan aku. Kamu bahkan ga pernah membelikan sehelai bajupun untukku." Sofia hampir menangis saat mengatakan itu semua.

Kaiden tertegun untuk beberapa saat mendengar kata-kata Sofia. Dia tidak menyangka kalau Sofia sampai berpikir dan merasakan sejauh itu.

"Tapi Sofia..." Dia menatap wanita di depannya dengan tak percaya. "Semua yang kamu pikirkan soal Bella itu salah. Aku ga ada hubungan apa-apa lagi dengan dia. Dan soal apartemen ini, aku pikir kamu ga keberatan kalau kita tinggal di sini. Dan aku tau kamu punya banyak pakaian dan gaun mahal dan indah yang kamu bawa dari Los Angeles."

"Tapi semua baju-baju itu terbuka dan sexy! Aku ga suka!" ucapnya dengan kesal, setengah terisak.

Kaiden tertengun melihat reaksi Sofia tapi lalu dia tersenyum tipis. Lelaki gagah itu meraih pinggang ramping istrinya.

"Tapi aku suka." bisiknya nakal. "Kalau kamu ingin membeli baju baru, kenapa kamu ga bilang padaku?"

Sofia menengadahkan kepalanya, menatap lekat-lekat pada pria berbadan tinggi yang berdiri di depannya.

"Kalau kamu mengira aku terlahir sebagai gadis sexy dan hot, kamu salah. Aku jadi seperti ini sejak aku bertemu dengan kamu." Dia melepaskan tangan pria itu dari tubuhnya.

Kaiden mengerutkan kening. "Maksud kamu apa?"

"Sudahlah. Itu ga penting." Sofia menghela nafas pelan. "Kamu bilang keuanganmu sedang bermasalah karena investasi sahammu gagal. Tapi kamu ga mau keluargamu mengetahui masalah ini karena kamu ga mau bantuan dari mereka. Jadi sementara kita harus hidup seperti ini di tempat ini."

"Ya, itu benar." Kaiden menjawab sambil mengalihkan pandangan dari mata Sofia.

"Kamu bohong. Aku yakin kamu menghabiskan semua uangmu untuk pacarmu itu kan?" kata Sofia dengan wajah cemberut. "Kamu pasti membelikan segalanya untuk dia."

"Astaga. Aku ga membelikan apapun untuk dia. Harus berapa kali aku katakan? Aku dan dia udah ga ada hubungan lagi."

"Tapi dia memelukmu dan kalian--"

"Itu ga berarti apa-apa." Kaiden memotong kata-kata Sofia lalu menghela nafas.

"Sofia... aku hanya menyentuhmu. Sejak kita menikah, kamu satu-satunya wanita untukku. Hanya kamu yang aku sentuh..." Pria itu memeluk dan mengelus tubuh istrinya.

"Lepaskan aku!" Sofia menggeliat dan menepis kedua tangan Kaiden. "Biarkan aku pergi..." dia berjalan cepat menuju dapur, sengaja menjauh dari Kaiden.

Tapi pria itu segera mengejarnya dan mencoba meraih Sofia ke dalam pelukannya.

"Jangan sentuh aku!" Sofia mendorong dada Kaiden dengan sekuat tenaga tapi lelaki bertubuh kekar itu tidak bergeming.

Malah badan Sofia yang kehilangan keseimbangan dan dia tersandung kakinya sendiri hingga hampir jatuh ke lantai.

"Fia, awas!" Kaiden meraih tubuh Sofia dan memeluknya. "Kamu ga apa-apa?"

"Aku bilang jangan sentuh aku!" Sofia menepis tangan Kaiden dan memelototi lelaki itu.

Kaiden melebarkan matanya. "Apa? Oh, begitu? Jadi aku ga bisa menyentuhmu lagi sekarang? Kamu itu adalah istriku! Tubuhmu adalah milikku!" Dia berkata dengan dingin sambil menatap tajam pada Sofia.

Emosi Kaiden mulai terpancing karena Sofia terus saja menolak kontak fisik dengannya. Tapi saat ini Sofia juga sedang marah, dia hanya ingin meluapkan emosinya tanpa peduli dengan konsekuensinya.

Tatapan mata mereka bertemu, penuh amarah dan emosi yang campur aduk.

Tiba-tiba dengan gerakan cepat Kaiden mendekat. Satu tangannya meraih leher Sofia dan segera menariknya. Mulut Kaiden langsung mencium bibir Sofia yang selalu terasa manis baginya.

Sofia tampak terkejut tapi dia tidak bergerak. Salah satu lengan Kaiden yang kuat melingkari pinggang rampingnya dengan erat. Dan ciuman Kaiden terasa semakin dalam dan panas. Tubuh keduanya sudah menempel begitu dekat dan Sofia tahu dia akan menyerah dalam pelukan Kaiden.


*****

Please show this story some love, thank youuu <3


The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang