Hiii... Let's continue the story ;)
Hope you like it ya guys... Happy reading! <3
*****
"Jadi tolong tandatangani surat – surat itu sekarang!" Sofia menangis sambil terisak. "Mari kita bercerai."
Mendengar suara Sofia yang bergetar tapi penuh dengan kebulatan tekad, Kaiden tak bergeming. Lelaki yang biasanya penuh percaya diri, selalu cool dan tak mudah terpengaruh dengan apapun di sekitarnya, kini lelaki yang sama itu untuk sesaat tertegun menatap wajah cantik Sofia yang berurai air mata.
Gesh. Kenapa jadi begini? Apa aku kelewatan ya? desahnya dalam hati.
"Just sign it now! Pleasee!!" Melihat Kaiden yang masih terus terdiam, Sofia berteriak dan terus mendesak.
"Shut up!" Suara Kaiden terdengar keras, menghentikan isakan Sofia. Wanita cantik itu sedikit tersentak, menatap lelaki tinggi yang ada di hadapannya dengan mata nanar.
"Fuck..." rutuk Kaiden pada dirinya sendiri dengan rahang yang mengatup keras. Untuk sejenak dia kehilangan kendali diri dan membentak istrinya tanpa sadar dan dia tidak suka tindakannya itu.
Tangannya dengan cepat meraih pinggang ramping Sofia dan menariknya hingga tubuh lembut itu menabrak tubuhnya yang keras. Dan sedetik kemudian mulutnya menutup mulut Sofia yang manis dengan ciuman yang dalam dan basah. Untuk beberapa saat tidak ada suara yang terdengar, hanya engahan lembut dan bunyi kecupan - kecupan yang tercipta dari penyatuan dua bibir yang terasa panas.
"Kamu selalu banyak bicara kalau sedang emosi... Selalu mengatakan hal – hal bodoh setiap kali kamu marah..." Kaiden berguman di sela – sela ciumannya. Tangannya yang besar bergerak membuka kancing silk fitted shirt yang mencetak lekukan tubuh bagian atas Sofia yang indah. Yang sedari awal sudah cukup mengganggu konsentrasinya. Dia mengecup bibir merah istrinya yang mulai membengkak. "And I hate it when you like that... Kamu tau itu?"
"Kai..." Sofia melenguh pelan, seluruh permukaan kulitnya yang kini terbuka dibuat merinding, merasakan sentuhan panas suaminya. Shirt mahalnya yang berwarna cream sudah tergeletak begitu saja di lantai marmer kantor Kaiden.
"Look at you..." Kaiden berdecak, menatap wanita cantik yang berdiri di hadapannya hanya dengan mengenakan pakaian dalamnya yang menantang. "You came here to see me and wear such a sexy bra?" Lelaki itu bertanya dengan nada menggoda.
Sofia tersentak ketika menyadari dirinya kini sudah setengah naked akibat perbuatan Kaiden.
"A-apa maksudmu? Semua pakaian dalamku kan seperti ini..." Wajahnya memerah. "A-aku memakai ini bukan untuk kamu... I-ini bra favoritku." lanjutnya sedikit tergagap.
Kaiden menyeringai, sengaja terang - terangan menatap tubuh molek istrinya dengan nakal.Sofia menyadari betapa dominannya Kaiden dan dia tidak menyukai itu. Kenapa sih dia selalu tidak berdaya di hadapan lelaki yang tidak punya perasaan itu? Jelas - jelas Kaiden sudah membuatnya menderita. Si cantik itu segera mengangkat dagunya tinggi - tinggi dan balik menatap Kaiden dengan berani, tidak mau kalah dari lelaki tampan di hadapannya.
"Kaiden, kamu seenaknya aja ya buka baju aku kayak gini!" katanya dengan mata mendelik.
Kaiden tersenyum tipis. "My bad, sorry... Tapi kamu juga boleh melakukan hal yang sama." katanya dengan tenang.
Mata indah Sofia membulat mendengar kata – kata Kaiden yang berbau tantangan. Apa dia pikir aku ga berani? Sofia berdecak pelan, tangannya yang ramping bergerak cepat melepas dasi sutra di leher Kaiden dan berlanjut membuka kancing kemeja putih suaminya satu per satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret
RomansaAda sebuah rahasia yang meliputi hubungan yang terjalin antara seorang CEO muda dan tampan yang berada dalam puncak hidupnya, dengan seorang gadis cantik yang menjalani hidupnya dengan hampa dan tanpa gairah. Apakah rahasia itu akan terungkap dalam...