MD 30

1.1K 59 2
                                    

MD 30

Yim telah tiba di rumahnya, dia masuk kedalam rumah dan memang benar dia tidak mendapatkan sosok James di seluruh ruangan, Yim menelpon James namun tak kunjung dijawab.

"Aduh, gimana ini." Panik Yim.

"Apa kamu mau aku anter rumah nenek kamu saja?." Tanya Tutor menawarkan.

"Nggak." Tolak Yim.

"Terus?."

"Kamu pulang saja dulu, biar aku yang selesaikan ini semua." Ucap Yim.

"Kamu yakin gak apa apa aku tinggal?." Tanya Tutor meyakinkan.

"Iya, cepat pulang." Ucap Yim dan di angguki oleh Tutor.

"Kalau ada apa apa kabarin aku ya." Ucap Tutor kemudian dia keluar dari dalam rumah dan pulang.

Yim menghela napasnya berat kemudian dia mendudukkan badannya diatas sofa, "Kalau tahu bakal seperti ini mendingan gua pulang semalam." Keluh Yim.

Disisi lain Net kini tengah menandatangani berkar bekar, sebenarnya dia tidak fokus karena masalah diantara dirinya dan juga James, ditambah dia juga terus kepikiran tentang dia yang mengusir James dari rumah.

Net menghela napasnya berat kemudian melemparkan bolpoin yang berada ditangannya ke sembarang arah, "BANGSAT!." Teriak Net.

"Harusnya gua gak bilang seperti itu, gua yakin perkataan itu menyakiti hati dia." Gumam Net.

Net membuka ponselnya kemudian dia melihat ada pesan masuk dari Yim dan dengan cepat dia membuka pesan tersebut dan membalasnya.

Net menghela napasnya berat ketika melihat balasan pesan dari Yim, "Maaf Yim, dady tahu dady salah tetapi dady tidak bisa mengakuinya." Gumam Net.

"Dan dady juga sadar kalau dady adalah seseorang yang egois seperti yang kamu bilang." Lirihnya.

Net memijat pelipisnya yang terasa sakit, dia menghela napasnya berat kemudian dia kembali membuka ponselnya kemudian dia mengirimkan pesan kepada James, tak membutuhkan waktu yang lama bagi Net untuk mendapatkan balasan pesan dari James, hanya saja balsan pesan dari James seperti tamparan online untuknya.

"Ya, kamu benar James, luka akan tetap membekas walaupun mulut sudah memaafkan." Lirih Net.

Disisi lain James tengah menangis dikamarnya, dia mengunci pintu kamarnya setelah dia tiba dirumahnya, "Ini benar benar sakit dan kamu dengan seenaknya meminta maaf tanpa tahu bagaimana keadaanku saat ini." Isak James.

"Sulit sekali untuk melupakan kata kata yang menyakitkan, walaupun mulut sudah memaafkan tetapi lukanya akan tetap membekas." Lirih James.

Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu kamar dari arah luar terdengar, James menghapus air matanya dengan cepat kemudian dia bangkit dari duduknya dan turun dari kaaur kemudian dia membuka pintu kamarnya dan dia melihat ibunyalah yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ada apa bu?." Tanya James dengan suara parau sehabis menangis.

"Boleh ibu masuk?." Tanya ibunya lembut kemudian di angguki oleh James.

Ibunya masuk kedalam kamar James kemudian duduk diatas kasur James dan diikuti oleh James yang duduk disampingnya.

Ibunya menghela napasnya berat sebelum memulai berbicara, "Kamu bertengkar lagi dengan Net?." tanya ibunya dengan lembut.

"Iya bu." Jawab James lirih.

"Kalian baru saja kemarin berbaikan dan sekarang kalian bertengkar lagi. Sebenarnya apasih yang kalian pertengkarkan?." Tanya ibunya.

MAS DUDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang