Kini waktu menunjukkan pukul dua belas siang, James mengambil istirahat pertama dan kini dia sedang makan siang di kantin bersama satu teman kerjanya.
"James."
James berhenti mengunyah ketika mendengar seseorang memanggilnya, namun James merasa asing dengan suara tersebut. James membalikkan badannya dan melihat siapa yang memanggilnya.
"Saya?." Tanya James seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Iya."
"Kenapa ya?." Tanya James yang masi merasa bingung.
"Saya adalah sekretaris pak Net, saya ditugaskan untuk menyampaikan kepada anda jika besok anda diperkenankan untuk memakai setelan jas yang rapi." Jelasnya.
"Hah?, kan saya office boy pak, mana bisa ke kantor pake jas, yang ada juga saya pake seragam OB lah." Jawab James yang heran mengapa seseorang yang di depannya ini menyuruhnya untuk memakai jas.
"Tolong ikuti saja perkataan saya."
"Saya gak punya jas." Ucap James.
"Sebentar." Ucapnya kemudian membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
James semakin dibuat bingung dengan melihat seseorang didepannya itu sibuk dengan ponselnya. James diam diam mencoba untuk kabur dari seseorang yang bahkan dia tidak tahu itu siapa.
James bangkit dari duduknya dengan perlahan dan dia melangkahkan kakinya dengan sangat hati hati agar tidak menimbulkan suara, dan syukurnya James berhasil kabur dari seseorang tersebut yang merupakan sekretaris dari Net.
Tutor mendongakan kepalanya ketika dia sudah mengirimkan pesan kepada Net beberapa menit yang lalu, namun Tutor dibuat kaget ketika saat dia mendongakkan kepalanya seseorang yang dia ajak bicara tadi sudah tidak ada lagi ditempatnya.
Tutor dengan cepat kembali mengirimkan pesan kepada Net dan memberitahukan kepadanya jika James sudah kabur dari hadapannya.Disisi lain James kini sudah berada di dapur kantor, dia sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri. James menghela nafasnya ketika isi kepalanya kembali mengingat tentang Net yang mengajaknya menikah.
"Kalo gua terima ajakan nikah itu apa gua bisa ya jalani semuanya." Gumam James.
Ditengah tengah lamunan James, dia dikagetkan oleh seseorang yang dia hidari, James gelagapan ketika melihat Tutor yang berjalan mendekat kearahnya.
"Kamu siapa sih sebenarnya, ikutin saya terus dari tadi, kamu maunya apa si?." Tanya James kesal.
"Saya Tutor, sekretaris nya pak Net." Jawab Tutor.
"Lho, kalo kamu sekretarisnya pak Net, ngapain kamu ikutin saya terus, ya ikutin saja boss kamu." Kesal James lagi.
"Saya ditugaskan oleh pak Net untuk menemui anda, namun baru saja saya mengatakan jika anda harus memakai jas, anda sudah kabur duluan tanpa mendengar penjelasan saya." Jelas Tutor.
James menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia saat ini menjadi sangat malu ketika mendengar penjelasan dari sekertaris Net, awalnya James mengira jika seseorang yang menghampirinya tadi adalah orang jahat tapi ternyata dia salah.
"Tapikan saya udah bilang, kalo saya gak punya jas."
"Nanti pulang kerja kita ke mall untuk membeli jas dan juga kepentingan anda yang lain."
"Hah?." Kaget James, dia merasa semakin bingung dengan apa yang terjadi, untuk apa dia harus sampai membeli jas, rencana apa lagi yang Net buat kali ini.
"Pak Net mengatakan jika saya harus membawa anda berbelanja apa saja yang harus dibutuhkan, bahkan pak Net mengatakan jika anda boleh membeli apapun yang anda inginkan." Jelas Tutor.
James yang mendengar itu semakin terkejut, dia benar benar tidak menyangka jika Net akan bertindak sejauh ini.
"Apa lagi yang lu rencanain Net, kebanyakan duit banget kah sampe lu nyuruh gua boleh buat beli apa aja." Batin James.
"Net juga ikut?." Tanya James kepada Tutor.
"Tidak, pak Net sudah berangkat ke bandara untuk pekerjaan diluar kota."
"Kok dia gak bilang ya sama gua." Batin James.
"Oh gitu, yauda."
"Pulang kerja tunggu saya di pintu keluar biar saya enak jemput nya." Ucap Tutor dan di angguki oleh James.
Sepeninggalan Tutor, James langsung membuka ponselnya dan membuka Line lalu mengetuk nama "Mas Duda" kemudian James langsung mengirimkan pesan kepada Net. James menghela nafasnya berat ketika Net tak kunjung membalas pesannya.
Kini waktu menunjukkan pukul lima sore hari, James sudah berdiri menunggu Tutor didepan pintu keluar seperti yang Tutor katakan. Sekitar lima menitan James melihat mobil berhenti didepannya, James melihat Tutor keluar dari mobil tersebut dan membukakan pintu mobil untuk James, tanpa berlama lama lagi James langsung masuk dan mereka berdua langsung berangkat.
Selama diperjalanan James sama sekali tidak membuka suara, dia hanya berdiam diri dengan mata yang terus tertuju kepada jendela dan melihat jalanan yang tidak begitu macet hari ini. James membuka ponselnya dan melihat pesan yang dia kirimkan kepada Net tak kunjung dibalas.
James menghela nafasnya berat kemudian dia memejamkan matanya, hari ini cukup melelahkan bagi James, bukan karena pekerjaannya yang banyak, melainkan hati dan juga pikirannya yang sedang tidak tenang.
"Pak Net belum sampai, jadi dia tidak bisa mengabari." Ucap Tutor disela sela keheningan.
"Lama amat." Ketus James.
"Penerbangannya delay, yang harusnya berangkat jam tiga sore, di undur jadi jam empat sore." Jelas Tutor.
"Padahal gua chat dia dari jam satu." Gumam James.
Sekitar tiga puluh menit akhirnya mereka berdua sampai disalah satu mall yang sangat besar, Net memang menyuruh Tutor untuk membawa James ke mall yang besar dan juga lengkap, agar dia bisa mencari apa yang dibutuhkan.
James masuk kedalam mall, dia berjalan didepan Tutor, namun James menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Tutor.
"Kenapa?." Tanya Tutor.
"Kamu aja lah duluan, saya gak tahu apa apa dan saya gak pernah ke mall." Jelas James.
Tutor menahan tawanya kemudian dia berjalan menuntun jalan untuk James. Pertama Tutor membawa James kesalah satu toko setelan Jas yang mewah dan besar, Tutor meminta James untuk berkeliling dahulu dan melihat apakah ada yang dia suka atau tidak.
James berjalan dan melihat lihat koleksi koleksi jas mewah yang berada di toko tersebut, James benar benar dibuat kagum dengan semua jas yang berada disana, James tidak bisa memilih semua yang fia lihat terasa bagus semuanya.
"Ada yang cocok gak?." Tanya Tutor kepada James, karena Tutor melihat James seperti tidak memilih satupun
"Semuanya bagus, aku jadi gak bisa milih." Jawab James cengengesan.
"Tinggal tunjuk aja mau yang mana, pak Net bilang tinggal pilih aja maunya yang mana, mau semuanya juga boleh." Jelas Tutor.
"Saya gak matre ya kalo kamu gak tau." Ketus James.
Tutor hanya terkekeh mendengar jawaban dari Net, Tutor tidak aneh jika boss nya sangat menyayangi James, dia bisa melihat dengan Jelas tidak ada kekurangan dari diri James semuanya sempurna.
"Wajar ngebucinin James, bening, mulus, montok, sexy, sempurna beginim." Batin Tutor.
"Aku pilih yang ini aja." Ucap James seraya menghampiri Tutor dengan setelan jas yang berada ditangannya.
Tutor melihat setelan jas yang James pilih, Tutor menganggukkan kepalanya Tutor mengakui jika selera fashion James sangat bagus sekali.
"Cuma satu?." Tanya Tutor dan di angguki oleh James.
Tutor mengambil Jas yang berada ditangan James kemudian berjalan kearah kasir dan membakarnya. Setelah Membayarnya Tutor mengajak James ke sebuah toko sepatu bermerek dan setelah semuanya selesai Tutor mengantarkan James pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS DUDA [END]
RomanceJames seorang office boy disalah satu kantor besar, dan James jatuh hati kepada pemilik perusahaan tersebut yang status nya adalah duda dengan anak dua. Namun kisah cinta James tidak semulus itu, walaupun James dan pemilik perusahaan saling mencinta...