MD 50

404 26 0
                                    

MD 50

Acara telah berjalan dengan sangat lancar dan kini Tutor dan Yim tengah melakukan penyambutan tamu undangan.

Di sisi lain, Net dan James kini duduk tak jauh dari kursi pengantin. Mereka berdua tak henti hentinya memandangi anak mereka yang kini sudah resmi menjadi milik Tutor yang kini sudah merupakan suaminya.

"Aku masih gak nyangka kalau Yim sudah menjadi milik pasangannya. Rasanya baru kemarin aku mendaftarkannya ke sekolah dasar dan kini dia bisa di bilang sudah menjadi seorang istri." Ucap Net kepada James dengan matanya yang terus fokus kepada Yim yang tengah menyalami tamu tamu undangan yang datang.

James tersenyum kemudian dia mengelus lengan Net, "Yim memang bukan anak kandung aku, tapi dia sudah aku anggap sebagai anak kandung aku dan apakah kamu tahu, saat ini aku benar benar terharu." Ucap James seraya menghapus air mata nya yang sudah berada di ujung mata nya.

"Aku bisa dibilang belum lama mengurus Yim dan bahkan di antara kami berdua sempat menjadi musuh dalam jangka waktu yang begitu lama. Tapi kini seseorang yang melabrakku dulu sudah besar bahkan sudah menikah." Lanjut James.

"Lambat laun anak akan meninggalkan orang tuanya dan saat ini adalah waktu itu terjadi. Di mana anak satu satunya yang aku miliki dan aku besarkan harus pergi dari dekapanku." Ucap Net.

"Sumpah, gak suaminya gak istrinya, benar benar dramatis." Ketus Nunew yang berada di samping mereka sejak tadi.

"Ayolah, bahkan Yim akan tetap tinggal bersama kalian. Tapi kalian berdua benar benar berlebihan." Lanjut Nunew.

"Sumpah merusak suasana banget sih lu Nu." Ketus Net.

Nunew memutar bola matanya dengan malas, "Nih ya Net dengar gua baik baik. Semua orang yang mendengar percakapan kalian barusan juga bakal bilang kalau kalian lebay, apalagi ketika mereka tahu jika sepasang pengantin yang di depan itu akan tinggal bersama kalian." Jelas Nunew dengan malas.

James merasa jika ucapan Nunew benar, hanya saja tidak bisa di pungkiri jika dia memang benar benar terharu melihat Yim kini tengah menyapaa semua tamu undangan. Karena James merasa baru kemarin dia masih terus berdebat dengan Yim dan juga masih terasa melekat di ingatannya dimana Yim mengirimkan pesan sebuah labrakan kepadanya, padahal saat itu bahkan James sama sekali belum mengenal Net. "Waktu berjalan begitu cepat." Batin James.

Hari yang melelahkan bagi Tutor dan juga Yim kini telah usai, kini waktu menunjukkann pukul sebelas malam. Kini Tutor tengah berada di kamar milik Yim, karena memang Tutor sudah menyetujui jika dia akan tinggal bersama orang tua Yim.

Tutor kini tengah berbaring di atas kasur milik Yim, seraya menunggu Yim mandi Tutor menggunakan waktu itu untuk meregangkan badannya seraya memejamkan matanya sebentar.

Di sisi lain James kini tengah merapihkan tempat tidurnya, dia sudah ingin membringkan tubuhnya yang terasa sangat pegal dan terasa ingin patah. "Sumpah kalau lagi mau istrirahat cepat tuh perasaan kerjaan gak beres beres deh. Badan gua udah sakit banget pengen tiduran." Keluh James.
Dan di saat James terus mengeluh, Net keluar dari dalam kamar mandi dengan sudah mengenakan baju tidurnya. "Kamu langsung tidur aja kalau gitu, biar aku yang beresin kamar." Ucap Net.

"Mata lu buta atau gimana sih, sudah jelas jelas kalau yang gua bereskan itu tempat tidurnya. Gimana gua mau tidur kalau gua gak bereskan kasurnya!." Omel James yang awalnya sudah dalam keadaan suasana hati yang buruk kini malah menjadi semakin buruk karena perkataan Net.

Net menelan salivanya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Mampus, habis gua. Salah ngomong lagi nih gua." Batin Net.

"Mending lu tidur di luar saja sana!." Ketus James seraya dia melanjutkan membereskan kasurnya. Sekitar hampir lima belas menit Net merasa tegang dengan seluruh urat urat yang berada di dalam tubuhnya terasa saling terikat dengan kusut dan kencang juga dengan napasnya yang terus dia tahan, namun detik berikutnya Net menghembuskan napasnya lega ketika dia melihat James masuk kedalam kamar mandi. "Akhirnya!." Ucap Net lega, "Sialan gua terasa di ambang kematian!." Gumam Net hati hati seraya terus melihat kearah pintu kamar mandi, dia berhati hati takut di dengar oleh James.

Di sisi lain Tutor kini baru saja keluar dari dalam kamar mandi, dia sudah mengenakan baju tidurnya. "Sini sayang." Ucap Yim seraya menepuk kasur di sampingnya.

Yim tersenyum kemudian dia menghampiri Yim yang tengah berbaring di atas kasur. Ketika Tutor sudah mendekat kearah kasur dan baru saja dia hendak naik keatas kasur, dia di kejutkan dengan Yim yang membuka selimutnya.

Bukan selimutnya yang membuat Tutor terkejut, tetapi Tutor terkejut dengan apa yang berada di balik selimut tersebut. "Kamu ngapain sayang?." Tanya Tutor. "Kok kamu masih nanya sih, kamu gak lihat memangnya maksud aku apa." Jawab Yim.

Tutor meggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Iya sih, tapi kan gak gini juga gak sih konsep malam pertama." Gumam Tutor.

"Ayo sayang kesini, ngapain berdiri terus disitu sih." Ucap Yim. Tutor yang tak mau Yim merajuk, dia langsung naik keatas kasur dan duduk di samping Yim. Yim duduk mendekat kearah Tutor kemudian dia mengalungkan tangannya di leher Tutor, "Terima kasih sudah mau terus bersamaku." Bisik Yim. "Ayo kita mulai sekarang." Bisik Yim lagi, "Hm." Deham Tutor yang suasana hatinya sudah tidak bagus lagi.

"Baiklah!." Jawab Yim dengan semangat kemudian dia naik ke atas pangkuan Tutor. Yim mengerutkan keningnya ketika dia merasa jika Tutor tak kunjung memulainya, "Kenapa gak mulai mulai sayang?." Tanya Yim.

"Suasana hati aku sudah sangat buruk." Jawab Tutor dengan sedikit ketus. Bagaimana tidak marah jika malam pertama yang Tutor bayangkan adalah sebuah malam yang panas namun manis, dengan kamar yang dipenuhi dengan harum nya sebuah lilin yang sudah dia siapkan, juga dengan suara desahan Yim yang begitu terdengar seksi di telinganya.

Namun semua rencana juga ekspektasinya hancur begitu saja ketika Yim sudah membuka selimutnya dan menampakan beberapa alat pijat dan juga tablet yang menampakkan beberapa rekomendasi serial kartun kesukaan Yim.

Yim menggaruk kepalanya kebingungan kemudian dia turun dari pangkuan Tutor, "Kamu gak mau puk puk aku biar tidur ya?." Tanya Yim dengan nada bicara yang terdengar kecewa. Tutor menghela napasnya dengan berat kemudian dia duduk menghadap Yim, "Bukannya gak mau sayang, tapi malam pertama kita benar benar jauh dari apa yang sudah aku rencanakan dan juga dengan apa yang aku bayangkan." Jelas Tutor.

"Memangnnya kamu mau malam pertama seperti apa?." Tanya Yim lirih, "Sudahlah tak perlu di bahas lagi." Jawab Tutor mengalihkan, karena dia tidak mau di malam pertama mereka menikah malah di isi dengan panasnya perdebatan.

Yim menghela napasnya dengan berat, dia sebenarnya mengerti apa yang Tutor inginkan, hanya saja dia benar benar lelah karena dia menyalami tamu undangan yang datang bukan lagi sepuluh dua puluh orang. "Aku tahu apa yang kamu inginkan sayang, tapi kalau malam ini aku benar benar lelah." Ucap Yim kemudian dia berbaring dan memunggungi Tutor.

Tutor yang mendengar itu merasa sangat bersalah, karena dia tidak memikirkan perasaan Yim saat ini. Tutor membaringkan badannya kemudian dia merapatkan badannya kepada Yim dan memeluk Yim dari arah belakang. "Maaf, padahal ini hari pertama aku menjadi suami kamu tapi aku sudah egois dan gak ngerti perasaan kamu yang lagi cape." Bisik Tutor tepat di telinga Yim.

Yim membalikkan badannya kemudian dia menatap Tutor dengan lekat, "Bukan kamu yang egois, tapi aku yang belum bisa melakukan tugas aku." Lirih Yim.

"Ah... pelan pelan."

"Sh... Ah..."

Suara desahan terdengar begitu jelas dan nyaring. Tutor melirik kearah Yim dengan wajah yang sudah memerah juga dengan napasnya yang ter engah engah. Tutor tak menjawabnya, keduanya saling bertukar pandang dengan diam.

"Kamu benar benar cape?." Tanya Tutor.

Yim tersenyum malu ketika merasakan ada yang menusuknya di bawah sana. Kali ini giliran Yim yang tidak menjawabnya, dia tidak menjawab pertanyaan Tutor melainkan dia langsung meraup bibir Tutor yang basah karena dia terus menjilatnya karena nafsunya yang sudah benar benar memuncak.

Tutor yang mendapatkan ciuman dari Yim, dia langsung membalas ciuman Yim dengan sangat berutal, karena momen seperti inilah yang dia pikirkan dengan sebutan sebuah malam pertama.

"Aku sudah gak kuat, masukin sekarang gak apa apa kan?." Tanya Tutor dengan napas yang ter egah engah, Yim menganggukkan kepalanya sebagai sebuah jawaban kemudia dia langsung kembali mencium bibir Tutor, kini ciuman mereka tak se kasar seperti di awal, ciuman mereka kini berubah menjadi ciuman yang lembut dan lebih ke sepeti saling menyalurkan kasih sayang.

MAS DUDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang