8.

18 1 0
                                        

Vian tiba di rumah sakit. Sebelum turun dari mobil, ia menatap gedung rumah sakit dengan tatapan sedih. Tanpa terasa setitik air mata jatuh di pipinya. Ia segera menghapusnya dan beranjak turun dari mobil.

Ia segera menaiki lift dan berhenti di lantai yang ia tuju. Setelah berjalan melewati beberapa ruangan, akhirnya ia sampai ke tempat tujuannya.

Unit Organ Dalam.

Sebelum masuk Vian menarik nafas untuk meredakan kegugupannya. Walaupun kemarin ia sempat mengikuti rapat untuk membahas tindakan apa yang akan dilakukan pada seorang pasien tetap saja ia merasa gugup.

Tiba-tiba ada seorang dokter yang memanggilnya. Vian dengan sopan langsung mengulurkan sebelah tangannya untuk menyambut dokter senior itu.

"Kenapa tidak masuk?" tanya dokter itu

Vian hanya tersenyum mengiyakan.

"Ayo om kenalkan pada para perawat."

Baru saja dokter bernametag Galih ingin kembali berjalan, tangannya dicegat oleh Vian.

Galih menatap keponakan yang sudah ia anggap putranya sendiri dengan tatapan bertanya.

"Om inget kan perjanjian kita?" tanya Vian hati-hati.

"Kamu ingin identitas kamu disembunyikan, itukan maksud kamu?" tanya Galih dengan suara pelan.

Dengan senyum tipisnya, Vian mengangguk malu.

Dokter Galih hanya tersenyum menanggapi keinginan keponakannya lalu segera mengajak Vian masuk.

Di ruang ganti dokter Galih selaku ketua bgian organ dalam memperkenalkan Vian. Ia akan menggantikan dokter Wiliam bagian paru-paru.

"Oh ya saya mempunyai sebuah pengumuman,"

Pandangan semua orang menatap Vian,

"Dokter Retha hari ini dia izin karena alasan pribadi." ucap Vian ragu-ragu.

Salah satu perawat yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu langsung berlari mendekati Vian.

"Alasannya? Apa sesuatu terjadi pada dokt-"

Karen terlalu panik, perawat itu sampai tersandung kakinya sendiri. Untungnya sebagai seorang dokter, Vian sangat cepat tanggap.

Dengan cepat ia menangkap tubuh perawat Dahlia dan mengorbankan tubuhnya mengenai lantai.

5 menit mereka saling menatap.

"Bi-sa tolong anda bangun? Anda men-nimpa saya," ucap Vian terbata

Dahlia yang sempat terbius akan ketampanan Vian pun tersadar dan langsung berdiri sambil terus meminta maaf pada laki-laki itu.

***

Matahari telah terbenam dan langit memjadi gelap, Retha terbangun dari tidurnya. Sudah lama ia tidak tidur selelap ini. Tiba-tiba perutnya mengeluarkan suara, untuk sejenak ia mengusap perutnya dan berjalan keluar kamar menuju ke dapur.

Di depan kulkas yang terbuka, Retha menggerutu karena ia tidak menemukan apapun dalam kulkas.

Saat ia ingin menutup kulkas suara pintu di ketuk pun terdengar, tanpa berlama-lama Retha segera membuka pintu masuk. Ketika pintu di buka wajahnya berubah malas.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Retha malas

Evan tersenyum, "Galak amat bu, padahal saya bawa ini loh."

Evan mengangkat 2 bungkusan berisi makanan sambil menggoyang-goyangkan bungkusan itu.

Retha yang melihat itu hanya meneguk air liurnya dan mempersilahkan Evan masuk. Dengan gerakan cepat ia mengambil piring.

"Laper banget ya?" goda Evan

Retha memukul pundak Evan karena kesal. Sahabatnya yang satu ini sangat hobby menggodanya, tidak ada hari tidak mengganggunya.

Evan mengambil sepotong ayam lalu menaruhnya ke piring Retha. Saat Retha hendak memakannya, bel pintu kembali berbunyi. Hal itu membuat Evan tertawa terbahak-bahak.

***

Jangan lupa vote dan kasih komentar kalian ya ^^

Jangan jadi pembaca gelap loh 🤭

Koala Kecil 🐨🐨🐨



B.I.L (Because I Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang