15.

8 1 0
                                    

"Retha!"

Sebuah teriakan yang memanggil nama Retha dan membuat pemilik nama menoleh, termasuk juga semua orang di loby rumah sakit. Dahlia berlari menghampiri Retha,

"Nebeng ya," ujar Dahlia

Retha hanya bisa mengangguk sambil tersenyum masam. Tidak tau saja kalau Retha sedang berusaha menghindari dirinya.

Di dalam mobil Dahlia sedang bersenandung, sedangkan Retha fokus menyetir mobil. Sampai di lampu merah mobil pun berhenti dan Dahlia pun mulai berbicara.

"Re gue mau cerita,"

Retha hanya diam, dalam hatinya memohon ini bukan tentang Vian.

"Tadi pagi gue makan bareng Vian, aaa gue seneng banget!"

Ingin rasanya Retha keluar dari mobil itu sekarang juga, tanpa sadar sebutir air mata lolos dari matanya.

"Lo kok nangis, Re?"

Buru-buru Dahlia memalingkan wajahnya dan mengusap air matanya.
"Gue tiba-tiba kelilipan. Lo punya air gak?"

Retha terpaksa berbohong, karena ia tidak mungkin jujur pada sahabatnya kalau ia menyukai orang yang sama.

***

Tidak terasa sudah tiga setengah bulan Vian bekerja di rumah sakit ini. Selama itu pula Dahlia terus mengejar cinta Vian dan tidak kunjung mendapatkan balasan.

Sementara Retha menahan perasaannya untuk Vian, tiba-tiba saja Evan juga ikut menghilang. Bagaikan di telan bumi.

Retha tidak kehilangan akal untuk menghindari Vian. Selalu ada saja alasannya, mulai dari yang masih masuk akal dan tidak.

Sayangnya hari ini tidak semulus hari kemarin. Hari ini ia dan Vian harus pergi ke UGD bersama karena mendapat panggilan. Kedua dokter muda itu berlari beriringan menuju ruangan UGD.

Sesampainya di ruangan UGD, mereka langsung melakukan penanganan pada pasien-pasien itu.

Setelah melakukan penanganan kepada 2 orang pasien, Vian pun menghela nafasnya sambil melepaskan masker dan sarung tangan karet dari tangannya. Tepat pada saat itu ada seorang perawat yang berlari sambil mendorong sebuah alat kejut jantung.

Melihat hal itu Vian mengikuti ke arah perginya perawat itu. Ia membantu sesaat ketika meliat Retha yang sedang melakukan CPR kepada pasien yang mengalami henti jantung.

Poni tipis milik Retha bergoyang-goyang mengikuti tubuhnya, bibirnya yang mungil tidak berhenti menghitung. Keringat membasahi pelipis gadis itu membuat jantung Vian kembali berdetak cepat.

Salah satu perawat yang membantu Retha melihat Vian dan segera memanggil Vian untuk ikut bergabung membantu. Tanpa menunggu lama Vian pun ikut membantu.

"Awas, dok biar saya yang tangani," ucap Vian sambil memegang kedua bahu Retha

Retha yang disentuh secara mendadak pun sedikit terkejut dan tanpa sadar wajahnya memerah.

Dan tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya meninggalkan UGD.

***

Jangan lupa like and command  supaya aku tambah semangat bikin next part oke?!

Instagram ; @jwriter00

Koala Kecil 🐨🐨🐨

B.I.L (Because I Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang