Hari-hari telah berlalu tanpa kehadiran Dahlia di rumah sakit. Sebelumnya Retha mengira kalau ia tidak akan bisa melalui hari tanpa kehadiran Dahlia, tapi pada kenyataannya gadis itu mampu melewatinya dan semua ini berkat Evan yang menemaninya sepulang kantor.
Dan disinilah ia sekarang, hari Sabtu yang dikhususkan untuk menemani Retha. Ia sengaja mengkosongkan jadwalnya demi menemani Retha, lagipula waktu bertemu dengan Retha sudah berkurang semenjak selesai kuliqh karena kesibukan masing-masing.
Saat ini keduanya sedang menonton acara televisi, dengan posiai Retha yang tiduran di sofa dan Evan yang duduk di lantai dekat sofa. Keduanya sama-sama diam, entah itu sibuk memperhatikan acara televisi atau sibuk dengan pikiran yang berkecamuk. Sampai pada akhirnya Retha pun mulai pembicaraan.
"Van, gimana dengan tawaran aku yang waktu itu?"
Evan pun segera menoleh dan menatap gadis itu dengan kening berkerut.
"Ajakan untuk menikah."
Tiba-tiba ada sejuta kupu-kupu yang berterbangan di hati Evan. Ia mengira waktu itu Retha hanya bercanda dan memang gadis itu sendiri yang menyuruhnya untuk melupakan. Tapi siapa sangka kalau ternyata ucapan yang tadinya hanya candaan berubah jadi serius?
"Kamu serius?"
Retha mengangguk perlahan, seperti menanggung suatu beban.
Jauh dilubuk hatinya, gadis itu keberatan dengan idenya sendiri. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas keputusannya wudah bulat untuk menikah dengan Evan, walau hatinya menolak.
Sebenarnya ia sengaja menikahi Evan bukan tanpa sebab. Sahabatnya menyukai orang yang Retha sukai, mana mungkin ia tega menghianati sahabatnya? Lebih baik ia yang mengalah karena baginya melihat senyuman orang yang ia sayangi merupakan kebahagia tersendiri baginya. Kedengarannya tentu sangat konyol memang tapi begitulah sifat Retha.
"Kalau itu keputusan kamu, akan aku beri tahu ke Ayah untuk mempersiapkan semuanya."
Dengan perasaan senang, Evan segera menghubungi Ayahnya. Tanpa memperhatikan wajah Retha yang menatap langit-langit ruang tamu. Tanpa gadis itu sadari sadari sebutir air bening mengalir dari ujang matanya yang tertutup.
***
Evan mengemudikan mobilya membelah jalanan yang sudah sepi akibat jam yang kian larut. Perasaan bahagia tidak bisa ia tutupi, senyumannya tidak pernah luntur dari bibir tipisnya setiap otaknya memutar kejadian beberapa waktu lalu di apartemen Retha.
Perasaannya yang ia simpan dari dulu akhirnya terbalas tanpa ia ungkapkan terlebih dahulu. Sepertinya kali ini ia harus berterima kasih pada Dahlia karena berkat kepergiannya dari apartemen Retha, keingiannya untuk menikahi sahabatnyq jadi terwujud. Mungkin motivasi Retha untyk mwnikahi dirinya karena kesepian, setidaknya itu yang ada dipikiran Evan.
Begitu laki-laki seesai memarkirkan mobilnya ia segera masuk ke dalam rumahnya sambil menelepon Ayahnya.
"Halo Ayah, aku akan menikah Ayah!"
Tanpa ia sadari ada telinga yang mendengarkan.
"Ya, Ayah. Secepatnya aku dan Retha akan menikah,"
Deg.
Jantung orang itu mencelos ketika mendengar percakapan Evan di telepon. Tanpa ia sadari tangannya sudah terkepal erat.
***
Terima kasih sudah membaca 🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak, ok?!
Salam hangat, Koala Kecil 🐨🐨🐨

KAMU SEDANG MEMBACA
B.I.L (Because I Love)
Teen FictionSejak insiden itu, Retha dipaksa menikah dengan Evan. Sementara itu ia memiliki perasaan romantis dengan orang lain yang juga satu profesi dengannya. Ketika Retha sudah membuat keputusannya, orang yang telah membuat hidupnya menderita kembali masuk...