❤HAPPY READING GUYS❤
Seluruh pegawai kantor Evan sudah pulang dari 45 menit yang lalu, di kantor ini hanya menyisakan dirinya dan Reyhan sekretarisnya. Evan masih saja sibuk dengan berkas dan layar komputer dihadapannya sesekali ia juga menyeruput kopi yang ada di mejanya.
Secara tiba-tiba Rey masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintu. Terlihat Rey membungkuk hormat sebelum ia memberikan map yang ada ditangannya.
Evan langsung menerima surat itu dan membacanya. Setelah dirasanya tidak ada kesalahan lagi, barulah Evan menandatangani surat itu.
"Capeknya!" seru Evan sambil merentangkan kedua tangannya ke udara
"Kalau tidak ingin capek, di rumah saja," balas Rey dengan wajah datar yang langsung mendapat lirikan sinis dari Evan
Reyhan memang seperti itu. Dingin. Tapi ia bukanlah tipikal orang yang cuek pada keadaan sekitar, hanya saja ia kurang bisa mengekspresikan dirinya.
Setelah Evan mengembalikan map itu, ia segera mematikan komputernya. Melihat itu membuat Rey sedikit bingung. "Apa ada janji?"
Evan melirik Rey sekilas tersenyum sambil mengangguk mengiyakan.
"Semoga makan malam anda menyenangkan."
Evan berjalan keluar ruangan menuju lift. Di setiap langkahnya ia terus saja bersenandung, menggambarkan suasana hatinya yang sedang baik.
Evan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata karena jam pulang kantor sudah lewat jadi jalanan sudah agak lenggang.
Ia sengaja memilih restoran taman kita karena letak restoran itu berseberangan dengan rumah sakit jadi mudah bagi Retha.
Tinggal menunggu satu lampu merah lagi Evan sudah sampai di restoran. Pikirannya sudah membayangkan Retha yang kesal karena dirinya tadi siang menelepon di waktu yang salah.
Evan langsung mencari tempat karena bisa dipastikan jika Retha belum tiba.
Ia langsung mengambil tempat duduk di pojokan dengan pemandangan ke arah taman restoran.Sembari menunggu ia memainkan ponselnya hingga tidak lama kemudian Retha pun datang. Masih lengkap dengan jubah dokter dan rambut yang diikat asal, Retha langsung menyeruput minuman milik Evan.
"WOI MINUMAN GUE!" teriak Evan sambil berusaha merebut gelasnya kembali
Retha malah mengabaikan teriakkan Evan dan menghalangi laki-laki itu merebut gelasnya.
"Ah, seger. Makasih loh minumannya." ucap Retha sambil mengembalikan gelas yang sudah kosong pada Evan.
"Rese lo! Pesen sendiri napa?" kesal Evan dengan raut kesal
Si pelaku hanya bisa senyum tanpa dosa lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan.
Setelah selesai dengan pesanan Retha dan Evan memulai pembicaraan. Mulai dari curhat soal keluarga, pekerjaan sampai masa lalu. Terutama soal bona boneka gajah Retha yang buntung karena ditarik Evan. Hal itulah yang membuat mereka bersahabat sampai sekarang. Keduanya sama-sama tertawa kala mengingat itu.
Saat satu menu sudah dihidangkan, Retha pamit ke toilet ingin mencuci tangan. Kembali dari toilet ia pun berjalan kembali ke meja tempat Evan sedang menunggunya.Terlihat laki-laki itu sedang memainkan ponselnya dan membiarkan lalat hinggap di makanan mereka. Melihat itu membuat Retha gemas pada Evan dan ingin menegurnya.
Akan tetapi, Retha melihat sesuatu yang sangat mengejutkan dan reflek menarik Evan menjauh.
DOR.
Dari balik semak-semak terdapat sebuah pistol yang sedang membidik Evan. Sayangnya bidikan itu meleset dan mengenai lengan atas Retha.
"RETHA!" teriak Evan saat menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Retha memegangi lengan kanannya yang terluka, "Van... Tolong bawa aku akh-"
Dengan sigap Evan langsung membawa Retha ke rumah sakit di seberang untuk segera mendapat pertolongan.
Sesampainya di rumah sakit, Retha langsung dapat pertolongan dari Dahlia yang juga merupakan satu-satunya sahabat sekaligus roommatenya di apartemen.
Tiba-tiba saja entah dari mana ada seorang dokter laki-laki yang berlari sambil meneriakkan nama Retha. Evan dan seluruh pengunjung menatap dokter itu dengan kesal.
Evan kesal karena dirinya tidak diizinkan masuk oleh perawat, sedangkan dokter itu masuk dengan bebasnya. Kenapa di saat seperti ini ia sama sekali tidak berguna? Percuma ia sebagai anak salah satu pemilik pemegang saham.
Tidak lama kemudian, Evan segera dipanggil masuk ke ruang UGD. Ia menemukan dokter yang tadi berlari sedang bersama dengan Retha.
Entah kenapa suasana hatinya langsung berubah saat itu. Seperti rasa marah. Tanpa kata ia langsung menarik jubah dokter itu dan membawanya ke luar ruangan UGD.
"Kamu siapa sih, main tarik-tarik aja?" ucap dokter itu sambil merapihkan kemeja serta jubahnya
"Jangan dekati Retha!" ucap Evan dingin dan penuh penekanan.
Dokter dengan nametag Dave itu mengngibaskan jubahnya ke belakang, "Memangnya anda siapa?"
Evan segera mencengkeram jubah Dave sambil berkata dengan suara yang rendah, "Dia milikku. Ja-"
"Evan?"
Kedua laki-laki itu menoleh secara bersamaan dan Evan buru-buru melepaskan cengkeraman di kerah jubah Dave. Dan dokter itu langsung meninggalkan Retha dan Evan.
"Dokter Dave kenapa?" tanya Retha heran. Biasanya koleganya yg satu itu tidak bisa diam jika ada Retha di dekatnya.
"Mau pulang? Ayo aku antar."
***
MAAF PENDEK ✌
JANGAN LUPA LIKE DAN KASIH KOMENTAR YA ORANG BAIK
DITUNGGU LOH ♥️
FOLLOW INSTAGRAM : @jwriter00
Koala Kecil 🐨🐨🐨

KAMU SEDANG MEMBACA
B.I.L (Because I Love)
Novela JuvenilSejak insiden itu, Retha dipaksa menikah dengan Evan. Sementara itu ia memiliki perasaan romantis dengan orang lain yang juga satu profesi dengannya. Ketika Retha sudah membuat keputusannya, orang yang telah membuat hidupnya menderita kembali masuk...