21.

4 0 0
                                    

etelah selesai memesan secangkir kopi panas, Vian dan Evan segera duduk disalah satu meja kosong. Awalnya mereka saling menatap tetapi dilihatnya dokter Vian hanya mengaduk-aduk kopinya saja. Akhirnya Evan membuka percakapan.

"Maaf kalau ti-"

"Saya menyukai Retha!" potong Vian cepat

Evan terdiam sejenak dan kembali duduk di bangkunya.

"Saya menyukai Retha, apa itu tidak apa-apa? Hubungan kalian hanya sebatas teman, kan? "

Evan tersenyum penuh kemenangan. Di tatapnya laki-laki itu tepat di bola matanya.

"Aku sarankan untuk menjauhinya." Evan tersenyum miring

"Kenapa? Anda tidak punya hak untuk melarang saya!" ujar Vian geram

"Tentu ada karena dia adalah tunangan saya!" ungkap Evan tersenyum menang

Vian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Kalian sudah tunangan ya?" jada ekpresi kekecewaan yang terpancar dari mata laki-laki yang berprofesi sebagai dokter itu.

Evan mengangguk penuh kemenangan, 'Beruntung aku cepat bertindak!'

Evan berdiri dari duduknya, "Tolong anda jaga tunangan saya!" kata Evan lagi seraya mengkancing jas yang ia kenakan dan berlalu pergi.

Vian yang kaget masih saja terduduk di bangku kafetaria, ia memijit kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut karena mendengar kabar dari Evan.

"Baru ingin dekat, kenapa begini?"

Setelah Vian selesai menghabiskan kopinya, ia segera keluar dari kafetaria tersebut dan masuk ke ruangan ICU untuk melihat kondisi Ayahnya.

Dapat Vian lihat, seorang lelaki separuh baya terbaring di atas sebuah brangkar. Berbagai macam alat bantu pernafasan dan alat elektrokardiogram  terpasang di tubuh lelaki tua itu.

"Hai, Ayah. Apa kabar?"

Sebutir air mata jatuh membasahi pipi Vian.

"Ayah aku ingin bercerita,"

Vian mengambil jeda sejenak, "Aku suka sama orang yang sudah bertunangan, yah."

"Awalnya aku mengira dia masih sendiri..."

"Mungkin Vian yang bodoh,"

Vian menangisi takdirnya, mengapa ia harus mengenal Retha kalau akhirnya harus seperti ini?

*** 

Setelah puas meluapkan rasa kecewanya Vian bangkit dan keluar dari ruang ICU. Saat hendak keluar ia berpapasan dengan seseorang lelaki yang seumuran dengan Ayahnya.

Awalnya Vian memberikan jalan pada orang itu untuk lewat. Tetapi bukannya lewat orang itu malah bertanya sesuatu padanya.

"Maaf, dengan dokter Vian?" tanya lelaki itu

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" jawab Vian ramah

Meski Vian sama sekali tidak mengenal orang itu, tapi ia tetap berusaha ramah pada orang itu.

"Perkenalkan saya Narendra, Ayah dokter Retha."

***

Wah, kira-kira ada apa Narendra ketemu Vian?

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Salam, Koala Kecil 🐨🐨🐨

B.I.L (Because I Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang