♥️ HAPPY READING GUYS ♥️
Saat pagi hari, seperti biasanya Retha sedang menonton tv sambil makan ditemani oleh Sandra. Lalu tidak lama kemudian keluarlah Narendra dari dalam kamar sambil memakai dasi. Sigap Sandra langsung membantu dengan cekatan. Tiba-tiba siaran tv yang ditonton Retha berganti siaran berita.
"Sebuah mobil ditemukan di tepi danau dengan kondisi sang pengemudi pingsan. Korban dilarikan ke rumah sakit terdekat diketahui korban adalah CEO Mulia Grup. "
"RETHA APA YANG KAMU TONTON! MATIKAN" bentak suaminya.
Alis Sandra langsung mengkerut melihat sikap suaminya, "Ada apa sayang?"
Narendra yang kebingungan itu pun segera menjauh dari Sandra. "Tidak apa-apa. Aku pikir tidak baik bagi Retha menonton kejadian seperti itu."
Atas suruhan Darwin, Narendra benar-benar 'menghabisi' lawannya. Tapi ia tidak sekejam itu. Ia masih memiliki hati nurani untuk membiarkannya hidup.
"Mari kita sarapan." ajak Narendra kaku.
Rasa penasaran masih menggerogoti hati Sandra. Ia heran mengapa suaminya itu tiba-tiba saja membentak Retha.
'Apa jangan-jangan... ah, tidak mungkin dia melakukan itu.'
Sore harinya, Sandra sedang duduk seorang diri di teras rumah. Ia duduk sembari melamunkan masalah tadi pagi.
'Apa benar dia yang telah melakukannya?'
'Ini sangat tidak masuk akal,'
'Tapi bagaimana jika itu benar?'
Saking fokusnya ia dengan pikirannya sampai tidak menyadari, kalau suaminya itu sudah pulang dan ada tepat di hadapannya.
***
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, Evan dan Retha sudah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Evan sekarang sudah menjadi seorang CEO muda di perusahaan Ayahnya, ia tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan juga usil, khususmya terhadap Retha. Sedangkan Retha sudah menjadi seorang dokter muda yang cantik. Bahkan kecantikannya itu mengundang banyak laki-laki untuk mendekatinya.
Sampai terkadang ia kewalahan untuk menangani laki-laki yang medekatinya. Beruntung ada Dahlia sahabatnya. Ia yang selalu menjaga Retha karena mereka seprofesi.
Menjadi seorang dokter buknlah keinginan Retha. Sebenarnya ia ingin mengambil jurusan design sesuai dengan keahliannya. Tapi, Ayahnya tidak mengizinkannya dan menyuruhnya kuliah di jurusan kedokteran.
Jadi di sinilah Retha sekarang, ia di aula sedang berdiskusi tentang penyakit seorang pasien. Bukan Retha namanya kalau tidak serius memperhatikan. Ditengah-tengah keseriusannya, tiba-tiba ponselnya genggamnya bergetar di saku bajunya.
Ia mengeluarkannya sedikit dan di sana tertera nama Evan. Retha segera memasukan ponselnya itu ke dalam saku. Tiba-tiba suara dering ponsel terdengar di penjuru ruangan dan membuat dokter yang sedang presentasi terpaksa menghentikan presentasi nya.
Sepertinya Retha salah pencet tombol tadi.
"Tolong keluar dan angkat teleponnya, siapa tau dari UGD." ujar seorang dokter senior.
Retha pun segera keluar dari ruangan itu dan mengangkat panggilan itu. Awas saja kalau tidak penting.
"Berisik banget, ada apa sih?" ujar Retha kesal. Rasanya ia ingin menendang kaki Evan sekarang.
"Wohoo, santai... lagi senggang gak? Kita dinner yuk, shay." ujar Evan dengan nada genit.
Retha mengusap wajahnya gemas. Benar dugaannya telepon itu tidak begitu penting. "Evan sayang, lo tahukan kalo telepon lo sama sekali gak penting?"
Setelah berbicara semanis madu tanpa permisi, Retha langsung menekan tombol end pada ponselnya lalu berdecak kesal. Baru akan kembali masuk, teleponnya kembali berdering.
"Lo tuh ganggu tau gak?" ujar Retha kali ini dengan suara agak meninggi.
Tepat pada saat itu, seorang dokter laki-laki keluar dari dalam ruangan dan terkejut mendengar ucapan Retha.
Takut dokter itu salah paham, Retha buru-buru menunjuk ponselnya dan tersenyum pada dokter itu. Dalam hatinya ia memaki Evan yang meneleponnya di tengah-tengah rapat.
"Oh lagi sibuk ya, kita ketemuan nanti malem di kafe seberang rumah sakit." ujar Evan sebelum menutup telepon secara sepihak.
Retha hanya bisa mengendus lalu kembali ke ruangan itu.
***
JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA ♥️ ♥️ ♥️
FOLLOW INSTAGRAM @jwriter00
Koala kecil 🐨🐨🐨
KAMU SEDANG MEMBACA
B.I.L (Because I Love)
ספרות נוערSejak insiden itu, Retha dipaksa menikah dengan Evan. Sementara itu ia memiliki perasaan romantis dengan orang lain yang juga satu profesi dengannya. Ketika Retha sudah membuat keputusannya, orang yang telah membuat hidupnya menderita kembali masuk...