Bab 10; Berbicara Cinta Pertama

4.6K 347 7
                                    

Sebenarnya Thabi tidak benar-benar menginap di rumah Daniar malam ini. Ia hanya mampir sebentar untuk bercerita kepada sahabatnya itu, juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan Gerald-anak bayi kesayangannya sekaligus anak Daniar. Setelahnya Thabi akan menginap di apartemen miliknya. Apartemen yang berhasil dibeli dari hasil jerih payahnya bekerja selama ini. Apartemen yang menjadi tempat Thabi untuk merenung atau sesekali kabur karena tidak ingin bertemu dengan Pras di rumah.

"Tha ... Sorry nih ya gue masih bisa bedain mana tatapan mata orang yang udah move on sama orang yang belum move on. Dan gue rasa Pras belum sepenuhnya move on sama Sharina, Tha." Daniar langsung berkomentar begitu Thabi selesai bercerita tentang semua yang terjadi hari ini. Apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar juga turut ia ceritakan kepada sahabat satu-satunya sejak kuliah itu.

Thabi mengangguk, mengiyakan. Tak langsung memberi respon karena tangannya sibuk memainkan mobil-mobilan milik Gerald-anak Daniar.

"Tapi itu emang beneran bukan anak Pras kan, Tha? Duh, gue kok takut ya kalau itu ternyata anak dari suami lo yang hot itu? Secara kan selama ini lo tahu nya Sharina belum punya anak." Timpukan kacang berhasil mengenai wajah Daniar yang asalnya tentu saja dari Thabi.

Daniar itu ... haduh! Mulutnya selalu susah untuk menyaring kata-kata. Katanya lulusan psikologi tapi mulutnya suka asal banget! Pantesan setelah lulus dia malah jadi tukang bunga aka florist daripada jadi psikolog. Gak kebayang pasien nya nanti bukannya di nasehatin tapi malah di takut-takut in kayak apa yang barusan ia lakukan ke Thabi.

"Mulut lo Daniar!" Thabi cuma bisa lihat Daniar malah cengengesan sambil menunjukkan peace dengan kedua tangannya.

"Lo tuh sabar banget dah jadi istri, Tha. Udah mertua lo nggak suka sama lo, bahkan sampai niat ngejodoh-jodohin Pras sama cewek lain padahal udah jelas-jelas Pras bukan pria hot single lagi. Terus suami hot lo itu juga bisa-bisanya hidupnya masih berhubungan sama masa lalu. Tha, kalau gue jadi lo, gue udah kabur dah tuh balik ke rumah orang tua gue. Nggak kuat asli." Daniar dengan mulut cerewetnya terus mengoceh layaknya burung yang belum di kasih makan.

Kepribadian Thabi dengan kepribadian Daniar memang berbeda 180 derajat. Ya saling melengkapi lah ya, Thabi introvert sedangkan Daniar super duper extrovert. Wajar Thabi kadang merasa kewalahan kalau Daniar lagi ada di fase extrovert nya on. Tapi Daniar adalah satu-satunya sahabat yang ia punya yang masih berhubungan baik hingga sekarang dari sejak kuliah.

Meski berbeda jurusan karena Thabi berada di jurusan Kedokteran sedangkan Daniar berada di jurusan Psikologi, perkenalan mereka berawal dari mereka berada di satu kelompok OSPEK yang sama saat itu. Saat menjadi mahasiswa baru. Dan karena Daniar juga Thabi akhirnya bisa bertemu dengan Pras sekilas dan tanpa sadar. Seolah takdir hanya ingin mengenalkan Thabi pada sosok Pras. Selebihnya ternyata takdir lah yang juga ikut serta menyatukan mereka hingga sampai pada tahap pernikahan sekarang.

"Gue juga nggak tahu apa yang gue pertahankan ya ... " Berada di labirin rumit sehingga menyulitkan Thabi untuk menemukan jalan keluar. Atas semua perlakuan tidak baik yang ia terima dari orang-orang terdekatnya, Thabi sampai tidak tahu alasan apa yang mendasari ia berada di posisi nya sekarang. Sekali lagi, jika ia menjelma menjadi perempuan lain. Mungkin ia sudah pergi ke tempat yang tidak akan ada orang yang bisa menemukannya lagi. Alias ia akan menghindari orang-orang yang akan menyakitinya.

Kesetiaannya pada Pras sekarang mungkin akan ditertawakan jika ia banyak bercerita kepada orang lain yang tidak percaya pada arti setia. Hei, lagipula setia itu menurutmu memang ada? Tidak ada. Yang ada hanyalah tak tahu caranya berhenti mencintai yang membuat ia tetap bertahan meski beribu-ribu kali tersakiti hatinya.

Let's End This MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang