Sepertinya kedua insan ini memang selalu berdoa mengharapkan yang terbaik dan dimudahkan dalam segala proses atau apapun yang sedang dan akan mereka kerjakan.
Thabi dan Pras tak pernah luput dari berdoa. Meminta supaya segalanya dipermudah, dilapangkan hati nya untuk bisa menerima bahwa mereka sudah tidak bisa bersama lagi melanjutkan kasih yang sudah melebur bersama kenyataan. Kenyataan yang harus mereka hadapi ke depannya, tanpa titel pasangan suami istri lagi.
Hari sabtu adalah hari dimana mereka berdua—Thabi dan Pras resmi menyelesaikan sidang perceraian untuk yang kedua kali nya. Hasilnya? Sudah sah. Mereka sudah bercerai seperti apa yang selama ini Thabi harapkan. Keputusan yang Thabi pertahankan ini bukannya membuat Thabi senang, justru malah sebaliknya. Dia merasa seperti kehilangan sesuatu. Dia seperti sedang tidak menapak di bumi dan enggan menerima kenyataan bahwa mereka sudah resmi bercerai.
Kenapa? Kenapa dia mendadak sulit menerima semua ini, di saat dia sedari dulu menginginkan ini terjadi secepat mungkin?
"Meski sudah tidak bersama lagi, gue harap hubungan kalian akan baik-baik saja. Mungkin berteman? Gue rasa itu jauh lebih terdengar oke daripada harus jadi musuh kan, Tha?" Grace bertanya pada Thabi, sejak keluar dari ruang sidang.
Thabi tak merespon. Dia bahkan melangkah tetapi seperti jiwa nya tidak ada di sana.
"Bitha!" Barulah teriakan dari Pras membuat kesadaran Thabi kembali. Dia melambai pada pria itu yang tengah berjalan menghampirinya.
"Terima kasih ya, Pras. Atas kerja sama nya dan bikin perceraian kita jadi cepat selesai." Thabi kembali pada sikap awal. Mengabaikan keresahan hatinya akan dirinya yang tak di mengerti.
Pras tampak tenang, mengulum senyum, kemudian menepuk pundak Thabi beberapa kali. "Aku sedih sih, sejujurnya. Tapi nggak apa-apa. Semoga kamu bisa lebih bahagia setelah ini ya."
Ketika Pras mengatakan itu, hati nya sedikit berdesir. Perasaan aneh.
Tetapi Thabi memilih untuk mengangguk sambil tersenyum. "You too." Balas Thabi.
Pras membuka kedua lengan nya lebar-lebar, "Pelukan? Untuk yang terakhir kali nya." Katanya.
Mendengar itu, Thabi tersenyum dan menghambur menabrak dada bidang Pras untuk memeluk pria itu.
Pras mendekap nya erat. Dia membiarkan jari-jari tangannya mengelus rambut panjang Thabi yang sengaja dibiarkan tergerai hari ini. Wangi shampo dan hair care Thabi ini akan hilang dari indra penciumannya. Jadi Pras harus terbiasa tanpa bau tubuh Thabi untuk ke depannya setelah ini. "Maafin perlakuan aku, keluarga ku dan segala hal yang membuat kamu sakit ya, Bi. Aku nggak bohong saat meminta supaya kamu bisa lebih bahagia setelah ini, meski tanpa aku." Ucap nya.
Mencoba menahan, tapi akhirnya pertahanannya runtuh juga. Thabi tetap menangis di pelukan Pras.
Bagaimana pun perceraian ini memang bukan sebuah keterpaksaan, tetapi mengingat mereka pernah bahagia bersama, sedikit membuat Thabi kembali pada kenyataan kalau disamping Pras memperlakukannya tidak baik, pria itu pernah mencintainya.
Grace yang melihat itu memandang nanar pasangan tersebut. Rasanya mereka seperti dipaksa bercerai oleh semesta, padahal mungkin saja keduanya tidak ingin ada di posisi ini.
"Kalau ada hal yang nggak bisa kamu kerjakan sendiri dan kamu perlu aku, telepon aku ya, Bi. Aku mungkin bisa bantu kamu nanti." Ucap Pras lagi.
Mengingat ke depannya mereka akan hidup masing-masing dan Thabi kerap kali kesulitan mengurus pekerjaan rumah atau misal ada kerusakan di dalam rumah dan Pras selalu mencoba untuk memperbaikinya, mungkin hal itu juga akan tetap Pras lakukan meski mereka sudah tidak lagi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's End This Marriage
Chick-LitKehidupan setelah menikah itu benar-benar tidak bisa ditebak. Bahkan pasangan suami istri yang sebelumnya telah menjalin hubungan lama pun, bisa saja mengambil keputusan untuk bercerai. Seperti apa yang ingin dilakukan oleh seorang perempuan bernama...